KALAMA SUTTA
Pada masa hidup sang Buddha, seperti kehidupan sebelumnya dan sekarang dibuat bingung oleh kepercayaan-kepercayaan agama yang jumlahnya banyak sekali, yang diajarkan oleh guru-guru agama yang mengangkat ajaran-ajaran mereka sendiri dan secara terbuka menentang yang lain-lainnya. Khotbah ini diberikan oleh Sang Buddha ketika Beliau ditanya oleh para Kalama (penduduk dari Kesaputta) yang merasa bingung oleh banyaknya jumlah agama pada waktu itu.
Sang Buddha mengatakan:
Janganlah menanggapi apapun yang hanya kabar angin (misalnya: menganggap bahwa begitulah memang kita sudah lama mendengarnya)
Janganlah menanggapi apapun oleh karena hanya tradisi (misalnya: menganggap bahwa memang begitulah yang telah diwariskan selama beberapa generasi)
Janganlah menanggapi apapun atas dasar gosip (misalnya: mempercayai apa yang dikatakan orang tanpa menyelidiki)
Janganlah menanggapi apapun yang hanya karena itu terasa cocok dengan kitab sucimu
Janganlah menanggapi apapun yang sifatnya hanya kira-kira yang bisa dijadikan perumpamaan belaka
Janganlah menanggapi apapun karena sifatnya hanya usaha untuk menyimpulkan suatu keadaan belaka
Janganlah menanggapi apapun karena sifatnya hanya dipandang dari segi penampilan belaka
Janganlah menanggapi apapun hanya karena cocok dengan jalan pikiran yang telah ada pada kita
Janganlah menanggapi apapun hanya karena kelihatannya seperti masuk diakal (misalnya: harus diterima)
Janganlah menanggapi apapun karena berpikir bahwa pendeta itu terhormat ; kita hormati (oleh karenanya adalah benar untuk menerima kata-katanya)
Tapi setelah mencari tahu dan menganalisa, ketika angkau mendapatkan bahwa semuanya cocok dengan hal tersebut dan bisa membawa kebaikan dan keberuntungan bagi sesorang dan semua orang, barulah terima dan berpeganglah kepadanya.
DAFTAR ISI
1. PRAKATA
2. KRITIK TERHADAP ARGUMENTASI KRISTEN TENTANG ADANYA TUHAN
3. MENGAPA TUHAN TIDAK MUNGKIN ADA
4. TUHAN ATAU BUDDHA - SIAPA YANG TERTINGGI?
5. KENYATAAN DAN KHAYALAN DI DALAM KEHIDUPAN YESUS
6. KRITIK TERHADAP ALKITAB
7. BUDDHISME - ALTERNATIVE YANG LOGIS
8. BAGAIMANA UNTUK MENJAWAB PARA PENGABAR INJIL
9. KESIMPULAN
1
PRAKATA
Ada tiga lapisan dalam tujuan dari buku ini . Yang pertama bertujuan untuk menguji secara kritis akan kleim kleim yang sering dibuat oleh para golongan Kristen fundamentalis, evangelis dan karismatik, dan dengan demikian menegaskan problem-problem yang sifatnya logis, filosofis dan etis dalam interpretasi mereka tentang Kristiani. Dalam melakukan ini saya berharap untuk dapat menyediakan fakta-fakta kepada umat Buddhis yang dapat mereka gunakan pada saat golongan Kristen mencoba mengkhotbahi mereka. Buku ini akan membuat suatu pertemuan yang lebih seimbang, dan mudah-mudahan lebih memungkinkan umat Buddhis untuk tetap sebagai Buddhis. Sebagaimana nyatanya, banyak umat Buddha yang hanya tahu sedikit sekali akan ajaran agama sendiri, dan sama sekali tidak tahu tentang Kristiani – yang akan menyulitkan mereka untuk menjawab pertanyaan pertanyaan orang Kristen atau untuk menangkis kleim kleim yang mereka buat.
Tujuan kedua dari buku ini adalah untuk menolong siapa saja dari golongan Kristen fundamentalis yang kebetulan membacanya agar mengerti mengapa beberapa orang tidak, dan tak akan pernah menjadi Kristen. Semoga, pengertian ini bisa membantu mereka untuk meningkatkan daya terima mereka darisana suatu persahabatan yang sejati dengan umat Buddhis, daripada menganggap mereka sebagai calon calon yang mempunyai potensi untuk dibujuk pindah agama.. Demi inilah, saya memajukan pertanyaan-pertanyaan sulit sebanyak mungkin dan bukan pertanyaan yang nilai kebenarannya hanya sepihak. Kalau kelihatannya kadang-kadang saya agak terlalu keras terhadap Kristiani, saya harap agar tidak diinterpretasikan sebagai motif dari rasa dengki. Sayapun dulunya juga umat Kristen selama bertahun-tahun and masih mempunyai anggapan yang baik, dan bahkan kekaguman, untuk beberapa aspek dari Kristiani. Bagi saya, ajaran Yesus justru merupakan langkah langkah penting kearah menjadikan saya seorang Buddhis dan saya merasa bahwa saya telah menjadi umat Buddhis yang lebih baik karenanya. Akan tetapi, ketika para orang Kristen golongan fundamentalis, evangelis dan karismatik meng-kleim, sebagaimana banyak yang berbuat seperti ini, bahwa agama merekalah yang benar, dan berusaha untuk memaksakan kepercayaan mereka atas orang lain, maka mereka haruslah bersiap sedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sasarannya adalah tentang agama mereka.
Tujuan ketiga dari buku ini adalah untuk membangunkan orang orang Buddhis akan apresiasi yang lebih dalam atas agama mereka sendiri. Di beberapa negara Asia, Buddhisme dianggap sebagai suatu tahyul yang sudah kadaluarsa, sedangkan agama Kristen dianggap sebagai agama yang mempunyai semua jawaban. Sebagaimana negara negara ini makin mendapat pengaruh Barat, Kristiani dengan kesan “modern”-nya mulai kelihatan makin tambah menarik. Saya rasa buku ini akan cukup mendemonstrasikan bahwa Buddhismepun mampu mengajukan banyak pertanyaan mengenai Kristiani yang sulit dijawab, serta sekaligus, menawarkan penjelasan-penjelasan tentang teka-teki kehidupan, yang membuat penjelasan penjelasan Kristen menjadi terlihat agak kekanak kanakan.
Banyak orang Buddhis yang mungkin tidak setuju terhadap buku seperti ini, karena yakin akan ajaran yang lembut dan toleran seperti Buddhisme seyogyanyalah menahan diri demi tidak mengkritik agama lain. Tentunya ini bukan apa yang telah diajarkan oleh Sang Buddha. Di dalam Mahaparinibbana Sutta ia berkata bahwa murid-muridnya harus bisa “mengajarkan Dhamma, menyampaikan Dhamma, menjadikan Dhamma, menguraikan Dhamma, menganalisa Dhamma, membuatnya menjadi jelas, dan dapat bertindak secara Dhamma untuk menangkal ajaran-ajaran palsu yang telah muncul.” Mengarahkan suatu pandangan kedalam penyelidikan dan kritik memainkan peranan penting dalam membantu memperjelas kebenaran dari yang salah, supaya kita berada dalam posisi yang lebih baik untuk memilih di antara “dua dan enam puluh sekte yang saling bersaing.” Kritik-kritik terhadap agama lain tidaklah pantas jika hanya berdasarkan atas kesengajaan dalam suatu kesengajaan salah penyajian dari agama tersebut, atau bahkan memburuk kedalam suatu aksi leceh-melecehkan dan saling mengatai. Saya harap saya telah menghindari ini.
2
KRITIK TERHADAP ARGUMENTASI KRISTEN TENTANG ADANYA TUHAN
Orang-orang Kristen berpendapat bahwa ada Tuhan yang Maha Tahu dan Maha Pengasih itu ada yang menciptakan serta mengontrol alam semesta ini. Beberapa argumen dipakai untuk membuktikan ide ini. Kita akan menguji setiap argumentasi tersebut dan menampilkan sangkalan Buddhis terhadap argumen tersebut.
Kuasa dari Alkitab
Ketika diminta untuk membuktikan adanya Tuhan, orang Kristen seringkali akan membuka Alkitab dan berkata,”Alkitab mengatakan Tuhan ada, Dia pasti ada.” Masalahnya adalah, jika kita bertanya kepada seorang Hindu, Islam, Sikh atau Yahudi, maka merekapun akan menunjukkan kitab suci untuk membuktikan adanya tuhan tuhan mereka. Haruskah kita hanya percaya kepada Alkitab Kristen tapi tidak percaya dengan kitab suci agama lain ? Menggunakan Alkitab untuk menunjukkan adanya Tuhan baru mutlak JIKA hanya Alkitab sendiri yang berisi kata-kata Tuhan. Akan tetapi, kita tidak menemukan bukti bahwa begitulah adanya. Malahan nyatanya, seperti yang akan kita demonstrasikan selanjutnya bahwa Alkitab sesungguhnya adalah suatu dokumen yang tak dapat diandalkan.
Adanya Alam Semesta
Dalam usaha mereka untuk membuktikan adanya Tuhan, orang Kristen terkadang berkata,”Alam semesta ini tidak terjadi begitu saja, pasti ada seseorang yang membuatnya, oleh karenanya pasti ada Sang Pencipta.” Argumenttasi sangat lemah. Ketika hujan mulai turun kita tak bertanya,”Siapa yang membuat hujan ini?” karena kita tau bahwa hujan ini tidak dikarenakan oleh seseorang akan tetapi karena sesuatu,- fenomena alam seperti panas, penguapan, pengendapan dalam bentuk awan, dsb. Ketika kita melihat batu yang halus di sungai, kita tidak bertanya,”Siapakah yang memoles batu-batu itu?” karena kita tau bahwa permukaan batu yang halus itu disebabkan bukan oleh seseorang, akan tetapi oleh sesuatu - kejadian-kejadian alam seperti pergesekan pasir dan air.
Semua hal seperti ini ini terjadi mempunyai sebab,tapi tak harus oleh sesuatu mahluk. Sama halnya dengan alam semesta ini - tidak diciptakan oleh Tuhan, tapi oleh fenomena alam seperti pemecahan nukleus, gravitasi, tenaga inersia, dsb. Akan tetapi, walau kita percaya bahwa mahluk dari surga dibutuhkan untuk menerangkan terjadinya alam semesta, ada bukti apa bahwa mahluk tersebut adalah Tuhannya orang-orang Kristen? Bisa juga Tuhan orang Hindu, Tuhan orang Islam atau salah satu tuhan tuhan yang disembah dalam kepercayaan suku suku kecil. Akhirnya semua agama, bukan hanya Kristiani semata mata, yang berpendapat bahwa Tuhan ataupun tuhan tuhan lah yang mencipta alam semesta ini.
Argumentasi dari Perancangan
Sebagai respon terhadap pembuktian yang salah, orang Kristen akan mempertahankan bahwa alam semesta ini tidak terjadi begitu saja, tetapi keberadaan alam semesta ini menunjukkan suatu rancangan yang sempurna. Ada, Orang Kristen mungkin akan mengatakan, suatu susunan dan kesetimbangan yang menunjukkan bahwa ini telah didesain oleh intelegensia yang lebih tinggi Dan intelegesia yang lebih tinggi ini adalah Tuhan. Tapi seperti sebelumnya, terlihat ada permasalahan dengan argumentasi ini.
Pertama, bagaimana seorang Kristen bisa tahu bahwa ini adalah Tuhan mereka yang melatarbelakangi penciptaan? Mungkin saja tuhan-tuhan dari agama agama yang bukan Kristen yang merancang dan menciptakan alam semesta ini.
Kedua, bagaimana seorang Kristen bisa tahu bahwa hanya satu Tuhan yang mendesain semua ini? Nyatanya, sebagaimana alam semesta ini begitu ruwet dan kompleks sehingga kita boleh saja berpendapat bahwa diperlukan intelegensia dari beberapa, mungkin berlusin-lusin tuhan untuk merancangnya. Bagaimana sekiranya argumentasi penciptaan alam semesta membuktikan bahwa ada banyak tuhan, bukan satu seperti menurut pendapat orang Kristen.
Selanjutnya, kita juga harus menanyakan, apakah alam semesta ini telah dirancang secara sempurna? Kita harus mempertanyakan ini karena kalau Tuhan yang Maha Sempurna yang merancang dan menciptakan alam semesta ini, maka alam semestanyapun seharusnya sempurna. Marilah kita pertama-tama meneliti alam tanpa kehidupan. Hujan memberikan kita air murni untuk diminum, akan tetapi kadangkala karena kelebihan curah hujan, orang kehilangan nyawa, rumah, dan mata pencaharian. Dilain kejadian tiada hujan sama sekali, jutaan orang meninggal karena kekeringan dan kelaparan. Apakah ini rancangan yang sempurna? Gunung-gunung memberikan kesedapan ketika kita memandangnya menjulang keangkasa. Tapi tanah longsor dan letusan gunung api telah berabad abad menimbulkan bencana dan kematian. Apakah ini yang disebut rancangan yang sempurna? Hembusan angin yang sejuk memang menyenangkan, tapi badai dan topan telah berulang ulang menyebabkan kematian dan kehancuran. Apakah ini rancangan yang sempurna? Malapetaka malapetaka ini dan lainnya membuktikan alam tanpa nyawa tidak mencerminkan kesempurnaan rancangan dan oleh karenanyalah mereka bukan diciptakan oleh suatu Tuhan yang sempurna.
Sekarang perhatikanlah alam yang ada kehidupan untuk melihat apakah mereka juga menampilkan rancangan yang sempurna. Bila dilirik pada bagian luarnya saja alam kelihatan indah dan harmonis; semua mahluk hidup dicukupi dan masing-masing mempunyai tugas di dunia ini. Akan tetapi, semua ilmuwan biologi menyatakan dan membenarkan bahwa alam ini sangatlah kejam. Untuk hidup, mahluk hidup harus memakan mahluk hidup yang lain, dan harus bergulat untuk untuk tidak dimangsa oleh mahluk yang lain. Di alam ini tidak ada sayang, cinta dan belas kasihan. Kalau Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang merancang semua ini, mengapa rancangan yang kejam yang terlihat? Dunia binatang bukan hanya terasa tidak sempurna secara ethis, juga tidak sempurna karena sering terlihat tidak baik.. Setiap tahun jutaan bayi dilahirkan dengan cacat phisik maupun mental ataupun mati didalam perut atau mati begitu dilahirkan. Mengapa sang pencipta yang sempurna merancang hal hal yang mengerikan ini?
Jadi, kalau ada rancangan di alam semesta ini, kebanyakan darinya adalah tidak sempurna dan kejam. Ini menandakan bahwa alam semesta ini tidak diciptakan oleh Tuhan yang Maha Sempurna dan Penyayang.
Argumentasi dari Penyebab Utama
Terkadang orang-orang Kristen akan mengatakan bahwa semua yang terjadi pasti mempunyai sebab, pasti ada penyebab yang pertama dan Tuhanlah penyebab yang pertama. Argumen yang sudah tua ini justru berisikan sangkalan terhadap dirinya sendiri. Karena jika semuanya yang terjadi mempunyai dikarenakan sipenyebab, maka sipenyebab itu sendiri juga harus terjadi karena suatu sebab.
Ada problema lain dari argumentasi tentang penyebab pertama ini. Secara logika, Tidak ada alasan yang kuat untuk berasumsi bahwa semuanya mempunyai hanya satu saja penyebab yang pertama. Mungkin saja enam, sepuluh atau tiga ratus penyebab terjadi secara bersamaan yang menjadikan semuanya ini.
Mujizat-mujizat
Orang-orang Kristen mengkleim bahwa keajaiban dan mukjizat seringkali dilakukan dalam nama Tuhan membuktikan bahwa Tuhan itu ada. Inilah Argumen yang terasa menarik bila belum diperhatikan secara lebih seksama.
Selagi orang-orang Kristen secara terburu buru menyatakan bahwa karena doa-doa mereka orang buta untuk jadi bisa melihat kembali, yang tuli bisa mendengar, dan yang pincang bisa berjalan normal mereka lamban sekali dalam memperlihatkan bukti yang menujang kleim kleim mereka.Buktinya, orang-orang Kristen sangat ingin membuktikan bahwa mukjizat telah terjadi karena doa persekutuan mereka, seringkali dihanyutkan oleh kleim kleim yang sifatnya sembarangan, berlebihan, penuh dengan bualan bahkan seringkali kebohongan yang disengaja.
Memang hal hal yang tak umum dan sulit diterangkan benar benar terjadi dalam upacara upacara keagamaan - akan tetapi bukan hanya bagi Kristen saja. Orang-orang Hindu, Islam, Taoisme dan semua orang dari berbagai agama juga menyatakan Tuhan atau tuhan-tuhan menampilkan keajaiban-keajaiban. Yang pasti bukan hanya Kristen memonopoli semua keajaiban. Demikianlah, jika mukjizat yang dilakukan dalam nama Tuhan membuktikan bahwa keberadaannya Tuhan dari golongan Kristen, maka mukjizat mujizat terjadi dalam nama banyak tuhan seharusnyalah sama sama membuktikan bahwa mereka juga ada.
Orang-orang Kristen boleh mencoba untuk mengatasi kenyataan ini dengan mengklaim bahwa, ketika mukjizat terjadi di dalam agama lain, mukjizat itu dilakukan dalam nama Iblis. Mungkin cara terbaik untuk menkonter kleim tersebut ini adalah untuk mengambil salah satu isi Alkitab. Ketika Yesus menyembuhkan orang sakit, lawan-lawannya menuduhnya melakukan penyembuhan itu melalui perantaraan Iblis. Yesus menjawab bahwa menyembuhkan orang yang sakit menimbulkan kebaikan, dan jika Iblis berbuat kebaikan, maka Iblis akan menghancurkan dirinya sendiri. (Markus 3:22-26). Maka hal yang sama juga bisa dikatakan atas keajaiban-keajaiban yang dipertunjukkan didalam agama Hindhu, Yahudi maupun Sikhs. Jika ini dilakukan demi kebaikan, bagaimana mungkin ini pekerjaan Iblis?
Argumen akan Pentingnya Tuhan
Orang-orang Kristen akan sering berkata bahwa hanya dengan percaya kepada Tuhanlah, orang akan mempunyai kekuatan untuk menghadapi banyak problema kehidupan, dan dengan demikian kepercayaan kepada Tuhan itu adalah sangat penting. Klaim ini kelihatannya didukung oleh banyak buku yang ditulis oleh orang-orang Kristen yang telah menjalani dan mengatasi berbagai macam krisis kehidupan melalui kekuatan Tuhan. Beberapa dari buku buku ini adalah bacaan yang tinggi inspirasinya, begitulah katanya, bahwa seseorang bisa mengatasi problema problema hanya dengan pertolongan tuhan menjadi agak meyakinkan kedengarannya. –sebelum kita selami lebih dalam.
Kalau klaim di atas benar, kita bisa mengira bahwa yang bukan Kristen tentunya hidup dalam perasaan yang tertekan, kebingungan dan keputusasaan, sedangkan semua orang Kristen yang percaya pada Tuhan akan selalu dapat mengatasi semua kendala tanpa perlu bantuan dari konsultan maupun dokter jiwa. Jelasnya, bahwayang bukab Kristen dan bahkan orang-orang tak beragama sekalipun juga bisa mengatasi krisis hidup seperti orang Kristen malahan kadang kadang lebih baik. Juga sering terlihat bahwa pemeluk Kristen yang patuh menjadi kehilangan iman mereka terhadap Tuhannya sesudah berhadapan dengan problem problem pribadi yang sangat besar. Dus, kleim bahwa Tuhan itu penting demi memecahkan serta mengatasi problema problema adalah tidak berdasar sama sekali.
Argumentasi “Mencoba dan Menyangkal”
Ketika orang-orang Kristen mendapatkan bahwa mereka tidak bisa membuktikan keberadaan Tuhan dengan memakai fakta fakta yang meragukan maupun logika, mereka akan merubah taktik mereka dan berkata,”Mungkin memang tidak bisa dibuktikan bahwa Tuhan itu ada. tapi anda juga tidak bisa membuktikan bahwa Tuhan itu tidak ada.” Tentu saja pernyataan cukup ini benar. Anda tidak bisa membuktikan keberadaan Tuhan- berarti tuhan tuhan dari Taoisme, Hindhuisme dan lusinan agama lainnyapun juga tidak terbukti ada. Dalam kata lain, sebaliknya omongan yang berlebihan, maupun kleim kleim yang hebat dan cara memproklamirkan yang meyakinkan, tetap saja tidak ada bukti yang lebih menunjukkan bahwa kenyataan adanya Tuhan orang Kristen itu lebih daripada tuhan-tuhan yang disembah dalam agama agama lain.
Kesaksian
Setelah semuanya gagal, orang-orang Kristen akhirnya akan mencoba untuk meyakinkah kita bahwa Tuhan itu ada dengan pernyataan-pernyataan yang mengharukan. Orang-orang yang menyatakan dengan penuh haru tersebut akan berkata,”Saya dulunya sangat tidak bahagia dan tak pernah puas tapi setelah saya menyerahkan hidup saya ke tangan Tuhan, hidup saya menjadi bahagia dan penuh ketenangan.” Pengakuan-pengakuan seperti ini sangatlah menyentuh hati, tapi apa yang pengakuan-pengakuan itu bisa buktikan? Jutaan orang yang juga sama yaitu hidup dalam kehidupan yang bahagia dan penuh arti setelah mereka memeluk ajaran agama Buddha, Hindu atau Islam. Sama halya, tidak bisa disangkal bahwa banyak orang yang hidupnya tidak berubah lebih baik sedikitpun walau mereka telah menjadi Kristen – kelemahan kelemahan dan problema problema yang sama tetap saja ada. Demikianlah argumentasi ini seperti juga yang lainnya tidak dapat membuktikan adanya Tuhan orang Kristen.
3
MENGAPA TUHAN TAK MUNGKIN ADA
Kita telah melihat beberapa argumentasi yang digunakan untuk membuktikan keberadaan Tuhan itu tidak cukup kuat. Sekarang kita akan mendemonstrasikan secara logika bahwa Tuhan yang Maha Pengasih, Maha Tahu dan Maha Kuasa seperti yang di-imani oleh orang Kristen itu tidak mungkin ada.
Problema Kebebasan Kehendak
Bagi kehidupan beragama, supaya lebih berarti, kita harus memiliki kebebasan kehendak, kita harus bebas menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Sebab tanpa kebebasan kehendak, kitapun tidak harus bertanggungjawab atas perbuatan kita.
Menurut orang-orang Kristen, Tuhan itu Maha Tahu. Dia tahu masa yang lampau, masa sekarang, dan semua di masa yang akan datang. Kalau benar demikian, maka Tuhan pasti sudah tahu semua yang kita mau kerjakan jauh sebelum kita melakukannya. Ini berarti seluruh hidup kita sudah di tentukan olehnya terlebih dahulu, jadi kita bertindak bukanlah atas dasar kebebasan kehendak, tetapi menurut yang telah ditentukan. Kalau kita jauh sebelumnya sudah ditentukan untuk menjadi orang baik, maka kita akan menjadi baik, dan bila kita sebelumnya ditentukan untuk menjadi buruk, maka kita akan menjadi orang buruk/jahat. Kita berbuat sesuatu bukan karena kehendak atau pilihan kita, akan tetapi menurut yang telah ditentukan Tuhan. Meskipun demikian orang Kristen akan bersikeras bahwa kita tetap mempunyai kebebasan kehendak, hal inilah yang justru membuat ke-Maha Kuasaan Tuhan secara logika makin jauh daripada mungkin.
Kalau manusia sifatnya jahat, ini dikarenakan Tuhan telah menentukan mereka untuk menjadi jahat (Roma 1:24-28) dan menyebabkan mereka untuk tidak menuruti perintahNya (Roma 11:32). Kalau mereka tidak mengerti firman-firman Tuhan, itu dikarenakan Dia telah membuat otak mereka tumpul (Roma 11:8) dan menyebabkan mereka untuk membandel (Roma 9:18). Tuhan mencegah penyebaran ajaran Nasrani di beberapa tempat (Kisah Para Rasul 16:6-7) dan Dia menentukan segala sesuatu jauh hari sebelum semuanya terjadi, kapan seorang itu akan dilahirkan, kapan orang itu akan mati. (Kisah Para Rasul 17:26). Mereka yang akan diselamatkan telah terpilih sebelum asal mulanya waktu( Timotius II 1:9; Efesus1 ayat 11). Jika seorang beriman dan maka ia akan diselamatkan, iman berasal dari Tuhan, bukan usaha sendiri (Efesus 2:9-10). Siapa saja boleh bertanya,”Kalau seseorang hanya dapat berbuat apa apa yang telah ditentukan oleh Tuhan, dapatkah mereka dipegang agar bertanggung jawab atas perbuatan perbuatan mereka ?” Alkitab mempunyai suatu jawaban untuk pertanyaan ini.
“Sekarang salah seorang darimu akan berkata kepadaku: “Jika demikian, bagaimana bisa Tuhan mencari kesalahan seseorang? Sebab siapa yang menentang kehendak-Nya?”. Tapi kau anggap siapa dirimu, hei sahabat, berani benar menyahuti Tuhan? Sebuah Pot tanah liat tidaklah bertanya kepada yang membuatnya “Mengapakah engkau membentuk aku seperti ini?” Dan toh, sipembuat pot berhak untuk memilih tanah liat yang mana yang mau dipakainya, untuk membuat dua buah pot dari satu gumpalan tanah liat, yang satu untuk acara tertentu dan yang lain untuk penggunaan umum. Dan hal serupa ini adalah yang benar benar telah dilakukan Tuhan (Roma 9:19-22).
Jadi terlihat nyata di dalam ajaran Kristiani, jalan hidup seseorang dan takdirnya adalah sepenuhnya ulah Tuhan. Dan sebagai manusia belaka kita tidak punya hak untuk mengeluh tentang apa yang telah Tuhan putuskan untuk kita. Ide di mana semuanya telah ditentukan cukup cocok dengan ide bahwa Tuhan itu Maha Tau tapi membuatnya menjadi tidak masuk akal jika ditinjau dari segi konsep usaha untuk berbuat kebaikan atau menghindari kejahatan.
Problema Tentang Kejahatan
Mungkin argumen yang paling kuat terhadap adanya Tuhan yang Maha Kuasa, penyayang adalah fakta yang tak bisa dipungkiri bahwa dunia ini terlalu banyak pedih dan derita didunia ini. Kalau benar benar ada Tuhan Yang Maha Penyayang yang mempunyai kekuatan yang tak ada batasnya, mengapa Dia tidak mengakhiri semua kejahatan? Orang-orang Kristen akan mencoba untuk menjawab pertanyaan ini dengan berbagai cara.
Yang pertama, mereka pasti mengatakan bahwa kejahatan itu disebabkan oleh manusia bukan oleh Tuhan dan kalau saja manusia mau mengikuti perintah perintah Tuhan, mungkin tak akan ada kepedihan, kejahatan dan penderitaan ataupun kejahatan. Walau benar bahwa kejahatan seperti perang, perkosaan, pembunuhan, dan eksploitasi dapat disalahkan kepada mahluk manusia, tetapi manusia tidak mungkin bisa disalahkan akan jutaan nyawa yang melayang setiap tahun yang disebabkan oleh gempa bumi, banjir, penyakit menular dan kecelakaan, yang mana adalah kejadian kejadian alam. Buktinya, menurut Alkitab, kuman-kuman yang menyebabkan penyakit yang mengerikan seperti TBC, polio, kolera, lepra dsb, dan semua kesengsaraan, cacat dan derita dimana penyebabnya, diciptakan Tuhan sebelum Dia menciptakan manusia. (Kejadian 1:11-12)
Cara lain yang orang Kristen akan coba terangkan tentang kejahatan adalah mengatakan bahwa ini adalah hukuman Tuhan bagi siapa saja yang tidak mengikuti perintah-perintahNya. Akan tetapi, yang terkandung disini adalah bahwa celaka hanya menimpa yang jahat saja dimana hal ini tentunya tidak benar. Kita sering mendengar tentang penyakit-penyakit yang menyiksa atau bencana bencana menimpa orang-orang baik termasuk orang Kristen yang baik, sama halnya sering kita dengar tentang orang yang benar benar jahat yang kelihatannya malah mendapat yang tiada lain adalah rezeki dan sukses. Jadi tak dapat dikatakan bahwa penderitaan dan kejahatan adalah cara Tuhan untuk menghukum yang berdosa.
Kemudian, orang-orang Kristen akan berkata bahwa Tuhan membiarkan kejahatan untuk muncul di dunia karena dia mau memberikan kebebasan kepada semua orang untuk memilih antara kebaikan atau kejahatan dari sanalah keselamatan didapat. Kejahatan, katanya, adalah untuk mencoba kita. Sekilas kedengarannya seperti suatu penjelasan yang bagus.Jika seseorang melihat ada orang yang sedang digebuki oleh seorang yang sok jagoan maka dia mempunyai pilihan untuk menyingkir (berbuat salah) atau memutuskan untuk menolong sikorban (berbuat baik). Jika dia memutuskan untuk menolong, maka dia telah melewati percobaan itu dengan mencapai kebaikan. Toh, seperti yang kita telah lihat sebelumnya, Tuhan yang Maha Tahu sudah tau pilihan mana yang seseorang akan buat, tak dapatkah Tuhan Yang Maha Penayang memikirkan cara yang lebih tidak kejam dan lebih tidak menyakitkan untuk hal ini? Terlihat tak-sayang dan tak-adil untuk membiarkan rasa sakit harus diderita oleh seseorang supaya orang lain bisa mempunyai kesempatan untuk memilih antara yang baik dan yang buruk.
Beberapa orang Kristen akan berusaha membebaskan Tuhan dari tanggung-jawab atas kejahatan dengan mengatakan kejahatan itu bukan diciptakan oleh Tuhan, melainkan diciptakan oleh Iblis. Pernyataan ini mungkin saja benar, tetapi jika Tuhan begitu Maha Pengasih dan Penyayang, mengapa Tuhan tidak mencegah Iblis untuk melakukannya? Apapun masalahnya, siapa yang pertama kali menciptakan Iblis? Tentu saja Tuhan.
Pada tahapan ini, orang-orang Kristen mulai menjadi kalang kabut, meningkatkan argumentasi dari logika kepada iman-kepercayaan. Dia pasti mengatakan bahwa meskipun benar ada penderitaan di dunia ini, kita bisa menggunakan penderitaan itu untuk membangkitkan keteguhan hati dan kesabaran. Ini tanpa diragukan lagi memang benar, tetapi tetap saja tidak saja menjelaskan mengapa Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang membiarkan para bayi mati karena kanker, pemakai jalan yang tak bersalah tewas dalam kecelakaan, dan penderita penyakit kusta untuk menderita cacat dan kesakitan? Faktanya adanya kesakitan, penderitaan dan kejahatan yang tidak perlu ada didunia adalah bukti yang sangat kuat dari ketiadaannya Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Kuasa.
Mengapa Mencipta?
Orang-orang Kristen mengklaim bahwa Tuhan itu Sempurna, bahwa Dia itu lengkap dalam hal apa saja, tapi jika Tuhan benar benar menciptakan alam semesta ini, bukan menjadi terbukti bahwa Dia tidak sempurna. Marilah kita uji mengapa.
Sebelum Tuhan menciptakan alam semesta ini, tak ada apapun (hampa) - tidak ada matahari, tidak ada bumi, tidak ada orang, tidak ada kebaikan maupun kejahatan, tidak ada penderitaan. Tak ada apa apa kecuali Tuhan yang menurut orang Kristen sempurna. Nah jika Tuhan demikian sempurna dan tak ada lagi kecuali kesempurnaan yang ada, apa yang motivasi Tuhan untuk menciptakan alam semesta ini dan jadi membawa ketidak sempurnaan kedalam mahluk hidup? Mungkinkah karena dia merasa bosan sehingga ingin melakukan sesuatu? Apakah karena dia kesepian sehingga ingin mendengar seseorang berdoa kepadanya?
Orang Kristen berpendapat Tuhan menciptakan semuanya karena cintaNya yang besar kepada manusia, tapi ini adalah mustahil! Tuhan tidak mungkin bisa mencintai manusia sebelum mereka ada melebihi daripada, jika dibandingkan dengan, seorang wanita yang tidak mungkin bisa mencintai anak anaknya sebelum dikandungnya. Kebutuhan Tuhan untuk mencipta menunjukkan bahwa Tuhan tidak terpuaskan dalam beberapa hal dan maka itulah Ia tidak sempurna. Orang Kristen bisa saja mengatakan bahwa Tuhan menciptakan apa saja secara spontan dan tanpa kebutuhan maupun keinginan. Toh ini akan berarti bahwa seluruh alam semesta telah tercipta tanpa tujuan ataupun dipikirkan terlebih dahulu dan karena itulah ini bisa berarti bahwa Tuhan bukanlah Sipencipta Yang Maha Penyayang.
Problema Tuhan Yang Sembunyi
Orang-orang Kristen selalu mengkleim bahwa Tuhan ingin kita percaya kepadaNya sehingga kita bisa diselamatkan - tapi bila demikian mengapa Tuhan tidak muncul saja dan melakukan suatu mukjizat sehingga setiap orang bisa melihatnya dan percaya? Orang Kristen pasti berkata bahwa Tuhan ingin kita percaya kepadaNya dengan iman, bukan kareba telah melihat dengan mata kita. Biar bagaimanapun Alkitab sendiri yang mengatakan, Tuhan dulunya memperlihatkan mukjizat yang terhebat dan sering kali secara dramatis mencampuri urusan manusia supaya manusia bisa melihat kehadiranNya. Nah kalau itu pernah diperbuatNya dimasa yang lalu, mengapa tidak dilakukanNya sekarang?
Orang-orang Kristen akan berkata bahwa Tuhan mempertunjukkan mujizat mujizat saat ini (penyembuhan, membantu memecahkan masalah pribadi, dan sebagainya) tapi dengan bandel dan jahat hampir semua orang menolak untuk percaya. Walau apapun juga keajaiban-keajaiban yang dikumandangkan itu sifatnya individu dan kecil dan tentunya sangat dapat diragukan. Nah jika Tuhan mempertunjukkan suatu mujizat yang sangat memukau yang tak ada penjelasannya, mungkin kebanyakan orang tentunya akan percaya.
Bahkan menurut Alkitab, waktu orang Israel meng-arungi gurun pasir selama 40 tahun lamanya, Tuhan memberi makan kepada mereka dengan membuat makanan jatuh dari langit secara teratur (Keluaran 16:4). Di tahun 1980-an, jutaan umat Kristen asal Ethiopia mati secara perlahan-lahan dan penuh derita karena kelaparan yang disebabkan kemarau yang berkepanjangan. Tuhan saat itu mempunyai kesempatan emas untuk menjatuhkan makanan dari langit, seperti yang Alkitab kleim, yang dilakukanNya dimasa lalu, untuk membuktikan keberadaan diriNya, kekuasaaNya dan cintaNya. Orang-orang Buddha malah akan mengatakan bahwa Tuhan tidak pernah (memanifestokan) memperjelas kehadiranNya karena dia sebenarnya tidak ada.
4
TUHAN ATAU BUDDHA – SIAPA YANG TERTINGGI?
Selagi orang Kristen menganggap Tuhan sebagai pencipta dan raja mereka, umat Buddha memandang Buddha sebagai contoh bentuk dan pandangan hidup. Meski umat Kristen belum pernah melihat Tuhan, tapi katanya mereka mengenal Tuhan dengan berkomunikasi denganNya lewat doa dan merasakankehadiranNya. Mereka juga bersikeras bahwa mereka bisa mengetahui kehendak Tuhan dengan membaca firman-firmanNya yang kata mereka terdapat didalam Alkitab.
Sebagaimana orang Buddhis tidak berdoa kepada siapapun maupun mengakui adanya Tuhan, cara satu satunya mereka bisa mendapatkan bayangan tuhan itu seperti apa adalah dengan membaca Alkitab. Akan tetapi waktu orang Buddhis memperhatikan apa yang Alkitab bicarakan tentang Tuhan mereka seringkali dibuat terkejut. Mereka menemukan bahwa Tuhan seperti yang digambarkan didalam Alkitab benar benar beda dengan Tuhan yang mereka dengar dari penuturan orang Kristen tentangNya.
Selagi umat Buddha menolak konsep ketuhanan Kristiani karena kelihatannya tidak logis dan tidak mempunyai fakta fakta yang menunjang, mereka juga menolaknya karena kelihatannya lebih rendah daripada ajaran sang penuntun jalan hidup mereka, yaitu Sang Buddha. Nah sekarang kita akan menguji apa yang Alkitab tuturkan tentang Tuhan, bandingkanlah dengan apa yang Tipitaka (Kitab suci umat Buddha) berkata tentang Sang Buddha, dan darisana bisa mendemonstrasikan ke-superioritas-an moral dari yang disebut kemudian – Sang Buddha.
Perbandingan Rupa
Seperti apa rupa Tuhan? Alkitab mengatakan bahwa Tuhan menciptakan manusia menurut imaginasi rupaNya (Kejadian 1:26) jadi dari situ kita bisa anggap Tuhan mempunyai rupa yang kira kira sama dengan manusia. Alkitab memberitahu kita bahwa Tuhan mempunyai tangan (Keluaran 15:12), lengan (Ulangan 11:2), jari (Mazmur 8:4) dan wajah (Ulangan 13:17). Dia tidak suka kalau manusia melihat wajahNya, akan tetapi dia tidak keberatan jika manusia melihat punggungNya.
“Kemudian kusingkirkan tanganku dan engkau akan melihat punggungku, tetapi wajahku tidakboleh dilihat.” (Keluaran 33:23)
Meski Tuhan kelihatannya mempunyai tubuh seperti manusia dia juga terlihat tidak berbeda dengan setan dan patung patung penjaga pintu yang bertampang menyeramkan yang sering terlihat di kelenteng India dan Chinese. Contohnya, api keluar dari badan Tuhan.
“Api menjalar di hadapan-Nya, dan menghaguskan para lawan-Nya sekeliling” (Mazmur 97:3)
“Allah kita datang dan tidak akan berdiam diri, di hadapan-Nya api menjilat dan disekeliling-Nya bertiup badai yang dahsyat.” (Mazmur 50:3)
“Sekarang orang menggerutu tentang buruknya nasib mereka yang didengar oleh TUHAN dan ketika dia mendengarnya kemarahannya meluap.Kemudian api dari Tuhan menjalar ditengah tengah mereka dan menghanguskan sampai ketepi perkemahan” (Bilangan11:1)
Ketika Tuhan sedang marah, yang mana tampaknya cukup sering, asap dan api keluar dari tubuhNya.
“Bumi gemetar dan menggempa, dan fondasi gunung terguncang, mereka gemetar karena dia sedang marah. Asap keluar dari lubang hidungnya; api yang menghanguskan keluar dari mulutnya, batu-bara yang menyala-nyala berterbangan keluar dari sana” (Mazmur 18:7-9)
Ketika Nabi Yehezkiel melihat Tuhan bersama pendampingnya para malaikat, dia menuturkan bagaimana mereka terlihat seperti ini. (Yehezkiel 1:4-21)
Hari kelima dari bulan itu – pada tahun kelima disaat raja Jehoiachin berada dalam pengasingan – firman tuhan disampaikan kepada Yeheskiel sipendeta, anak Buzi, yang tinggal di sungai Kebar ditanah yang dikuasai oleh bangsa Babilonia. Disanalah tangan Tuhan memberi kekuatan kepadanya.
“kupandangi, dan kumelihat badai mendatangi dari utara - awan yang amat besar dengan gemerlapnya kilat dan dikelilingi oleh sinar sungguh brilian; ditengah-tengah api yang terlihat seperti logam yang bernyala-nyala, dan didalam api tersebut terdapat apa yang terlihat sepertiempat mahluk hidup. Yang terlihat bentuk mereka menyerupai manusia, tetapi masing-masing mempunyai empat muka dan empat sayap. Kaki mereka lurus ; telapak kaki mereka seperti kaki lembu dan berkilau-kilau seperti tembaga yang dipoles. Dibawah sayap-sayap mereka pada keempat sisi mempunyai tangan tangan seperti tangan manusia. Mereka berempat mempunyai muka dan sayap, dan sayap mereka saling menyentuh satu sama lain. Masing masing diluruskan kedepan;mereka tidak digerakan pada saat mereka bergerak pindah
Muka mereka terlihat seperti ini; semua dari mereka berempat mempunyai seperti orang dan disebelah kanannya mempunyai muka seperti singa, dan disisi kiri bermuka seperti banteng, semuanya juga mempunyai muka yang seperti elang. Begitulah muka muka mereka. Sayap sayap mereka direntang keatas; mereka semua mempunya dua sayap, saling menyentuh satu sama lain pada sisinya, dan dua sayap melingkupi badannya.
Semuanya maju kedepan. Kemana saja roh roh pergi, kesitu mereka pergi, tanpa menoleh pada saat mereka bergerak. Tampak mahluk tersebut seperti batu-bara yang sedang menyala-nyala atau seperti obor. Api bergerak kian kemari bersama dengan mahluk tersebut; sungguh terang benderang dan kilat menyambar-nyambar. Mahluk mahluk tersebut bergerak kian kemari dengan cepatnya seperti gerlapan gerlapan kilat.
Begitu kupandang mahluk mahluk hidup tersebut, kulihat suatu roda diatas tanah disebelah tiap tiap mahluk yang mempunyai empat wajah ini. Beginilah tampak dan struktur dari roda roda tersebut: Mereka gemerlapan seperti kristal chrysolium, dan keempatnya terlihat serupa. Semuanya kelihatan dibuat seperti saling sebuah roda yang tegak lurus dengan roda yang satunya lagi (Yehezkiel 1:4-21)
Umat Kristen seringkali melihat rupa dewa-dewa yang berlengan dan berwajah banyak ditempat pemujaaan Hindhu dan pemeluk Tao, dan mengatakan bahwa mereka iblis iblis ketimbang dewa dewa – tapi begitu Alkitab memberikan gambaran jelas tentang rupa Tuhan orang Kristen ternyata sangat mirip dengan rupa dewa-dewa Hindu dan Taois. Lebih lanjut, dewa-dewa atau tuhan-tuhan Hindu dan Taois membawa berbagai senjata seperti juga halnya Tuhan orang Kristen.
“Pada hari dimana Tuhan akan menghukum dengan pedang-Nya yang kuat, hebat dan penuh kuasa”(Yesaya 27:1)
“Matahari, bulan tak bergerak disurga terkilau oleh melesatnya anak panahmu, tersilaukan oleh berkelebatnya tombakmu. Dalam kegeraman Engkau melangkah melintasi bumi, dalam kemurkaanmu menerabas bangsa-bangsa” (Habakuk 3:11-12)
“Tuhan seperti guntur yang meggeledek dari surga, suara dari Yang Tertinggi bergema. Dia menembakkan panah panahnya dan membubarkan musuh musuhnya” (Mazmur 18:13-15).
“Tetapi Allah menembak mereka dengan panah panah; sekonyong-konyong mereka terhajar roboh.” (Mazmur 64:8)
“Tuhan akan muncul dihadapan mereka, dan anak panah-Nya akan melesat secepat kilat. Dan raja yang berkuasa akan meniup trompetnya.” (Zakaria 9:14)
Cara lain yang menarik dimana cara Tuhan Kristen ini mirip cara dari dewa-dewa non-Kristen adalah cara ia berpindah tempat. Alkitab memberitahukan kita bahwa Tuhan berpindah dari satu tempat ke tempat lain sambil berduduk diatas awan (Yesaya 19:1) atau menaiki punggung salah seorang malaikat (Mazmur 18:10). Jelas sekali terlihat dari kutipan-kutipan ini bahwa Tuhan mempunyai penampilan yang biadab dan menakutkan. Suatu kesimpulan sekalilagi diuji kebenarannya oleh Alkitab dimana orang lain dituturkan seperti yang dikatakan dibuat ketakutan oleh tampangnya Tuhan.
“Layanilah Tuhanmu dengan penuh rasa takut dan gemetar, ciumlah kaki-Nya jika tidak ia akan marah dan engkau akan binasa, karena kegeramannya akan segera menyala” (Mazmur 2:11)
“Itulah sebabnya aku merasa takut ketika berada dihadapannya. Ketika aku memikirkannya aku berada dalam kengerian, Tuhan telah membuat hatiku kecil. Yang Kuasa telah menkutkan aku.” (Ayub 23:15)
Yesus berulangkali mengatakan bahwa kita harus takut akan Tuhan (misalnya yang tercantum di Lk 12:4-5). Alkitab juga scara benar mengatakan bahwa dimana ada ketakutan, di situ tidak akan ada cinta (1 Yohanes 4:18) dan jadi jika Tuhan menciptakan ketakutan dalam diri semua orang sulit untuk mengetahui bagaimana dengan sekaligus dia dapat dicintai oleh manusia dengan setulusnya ?
Apa yang terlihat dalam wujud sang Buddha? Sebagai manusia, Sang Buddha memiliki tubuh seorang selayaknya seperti manusia biasa. Akan tetapi Tipitaka (kitab suci Buddhisme) beulang-ulang membicarakan mengenai kecantikan personalitinya yang besar.
Dia seorang yang rupawan, sedap untuk dipandang, menyenangkan untuk dilihat, wajahnya indah, bentuk dan air muka dari seorang Brahmana, penampilannya yang cantik. (Digha Nikaya, Sutta No.4)
Dia yang tampan, berinspirasi keyakinan, dengan indera-indera yang tenang dan pikiran yang lenggang, teguh dan terkontrol, seperti seekor gajah yang sungguh sungguh jinak (Anguttara Nikaya, Sutta No.36)
Setiap kali orang melihat Sang Buddha, ketenangannya mengisi hati mereka dengan kedamaian, dan senyumnya yang lembut meyakinkan mereka. Seperti yang terlihat, suara Tuhan itu keras dan menakutkan seperti petir (Mazmur 68:33) sedangkan suara Buddha itu lembut dan menghibur.
Ketika berada di dalam biara, dia mengajarkan Dhamma,dia tidak meninggikan ataupun merendahkan yang hadir. Sebaliknya, dia menggemberakan, mengangkat, menginspirasikan dan menyenangkan mereka dengan pembicaraan Dhamma. Suara dari Gautama yang baik mempunyai 8 karakteristik; jelas dan dapat diterima dengan akal budi, manis dan mudah didengar, lancar dan jelas, dalam dan menggetarkan (Majjhima Nikaya, Sutta No. 19)
Tuhan Kristen membawa senjata karena dia harus membunuh musuh-musuhNya dan karena dia mengatur manusia dengan kekerasan dan ancaman. Sang Buddha sebaliknya, tidak menunjukkan permusuhan kepada siapapun dan dapat mengatur orang dengan memberikan paham yang masuk akal. Raja Pasenadi pernah mengatakan:
Saya adalah seorang raja, bisa menghukum mereka yang patut dihukum, mendenda siapa siapa yang patut didenda, atau mengasingkan mereka yang pantas diasingkan. Tetapi ketika saya sedang mengadili, orang-orang seringkali mengganggu. Bahkan saya tidak bisa mendapatkan kesempatan untuk berkata: “Jangan mengusik saya! Tunggu sampai saya selesai berbicara.” Tetapi ketika Sang Buddha sedang mengajar Dhamma, batukpun tak terdengar ditengah tengah yang hadir. Pernah, disaat saya duduk mendengarkan Sang Buddha mengajarkan Dhamma salah satu murid terbatuk dan temannya menepuk lututnya dan berkata,”harap tenang pak, jangan berisik. Sang Buddha sedang mengajar Dhamma”, dan saya berkata kepada diri saya dalam hati, sungguh memukau, luarbiasa, sungguh murid-murid yang terlatih baik walau tanpa tongkat pemukul ataupun pedang. (Majjhima Nikaya, Sutta No.89)
Dapat kita bayangkan bagaimana Tuhan orang Kristen akan bereaksi jika ada seorang yang mengganggu ketika Tuhan sedang berbicara. Kita dapat melihat dari apa yang telah tertulis di atas bahwa penampilan tubuh Sang Buddha mencerminkan ketenangan dalam hati yang sangat dalam dan penuh perasaan. Orang selalu terinspirasi oleh pancaran damai yang mengelilingi Sang Buddha.
Pembentukan Mental
Kita telah melihat bahwa orang-orang Buddhis tidak percaya kepada Tuhan karena bagi mereka kepercayaan ini tidak masuk akal dan bertentangan dengan kenyataan yang ada. Orang Buddhis juga menolak Tuhan Kristen karena, kalau Alkitab betul, malah Tuhan Kristen kelihatan sangat tidak sempurna. Semua jenis emosi yang negatif, yang tak dapat diterima oleh orang yang beradab pada umumnya akan justru ditemukan di dalam diri Tuhan . Marilah kita pelajari bagaimana Alkitab menuturkan pikiran Tuhan.
Emosi yang dihubungkan dengan Tuhan tak lebih tak kurang adalah kecemburuan. Tuhan sendiri pun mengakui bahwa dia itu pencemburu.
“Karena Tuhan adalah api yang menghanguskan, Tuhan yang cemburu” (Ulangan 4:24)
Tiada lagi yang bisa membuat Tuhan lebih cemburu dari orang menyembah tuhan-tuhan lain, dan dia memerintahkan kita untuk membunuh anak kita sendiri jika mereka melakukannya.
Jika saudara laki-lakimu, anak laki laki dari ibumu, anak perempuan, istri kesayangan atau sahabat karibmu, secara diam-diam membujukmu, mengatakan “ayo pergi dan menyembah tuhan-tuhan lain” yang engkau maupun moyangmu kenal, tuhan-tuhan dari orang orang disekitarmu baik dekat maupun jauh dari satu ujung dunia keujung lainnya, jangan ikuti dia atau dengarkan dia, ataupun memperlihatkan mata yang simpati kepadanya, ataupun kau ampuni dia, juga jangan kau lindungi dia, melainkan bunuh saja dia. Tanganmulah yang harus menjadi yang pertama membunuhnya dan sesudah itu yang lain boleh menghantamnya (Ulangan 13:6).
Alkitab menyatakan kepada kita bahwa Tuhan berulangkali kehilangan kesabaranNya.
“Ketahuilah, hari Tuhan sedang datang, hari yang kejam, dengan geram dan kemurkaan yang menakutkan, akan membuat tempat menjadi mengkocar-kacirkan dan menghancurkan para pendosa yang berada didalamnya” (Yesaya 13:9)
Tuhan marah setiap hari (Ps 7:11)
Tuhan akan membuat manusia mendengarkan suaranya yang berpengaruh dan akan membuat mereka melihat lengannya turun dengan kemarahan yang mengganas dan api yang membakar (Yesaya 30:30)
Kemarahannya akan membakarmu dan akan memusnahkanmu dari muka bumi (Ulangan 6:15)
Tuhan memberitahu kita untuk mencintai tapi dia digambarkan sebagai membenci dan dipenuhi dengan kebencian yang amat besar.
Musuhilah yang melakukan kejahatan. Musnahkan semua yang membohong; orang orang yang haus darah dan penipulah yang amat dibenci Tuhan (Maz 5:5-6)
Dia selanjutnya dituturkan sebagai membenci banyak hal hal lain termasuk manusia (baca Ulangan 16:22, Mala 2:16, Lev 26:30). Tuhan mempunyai kebencian yang sangat besar terutama kepada agama-agama lain yang bisa menerangkan mengapa hingga hari ini Kristen tetap merupakan agama yang begitu tidak mempunyai toleransi. Tuhan sering dituturkan sebagai secara khusus membenci siapa saja yang tidak mau menyembahnya.
Festival Bulan Baru dan pesta pesta yang kau lakukan jiwaku amat membencinya (Yesaya 1:14)
Sang Buddha penuh dengan kesabaran terhadap yang kejam, dia memaafkan semua yang berbuat salah, dan menghormati semua pemeluk agama lain. Kita bisa menduga bahwa Tuhan, yang mudah cemburu dan benci, akan membalas, dan tidak heran jika Alkitab sering menyebutkan balas dendam yang dilakukan Tuhan.
Lihatlah, Tuhan akan datang dengan pembalasan (Yesaya 35:4)
Tuhan sangat pendendan dan penuh dengan kemarahan, Tuhan akan melakukan pembalasan terhadap semua musuhnya dan siap menghancurkan musuh musuhnya (Nahum 1:2)
Karena kita mengenal dia yang berkata : “Ini bagianku untuk membalas; akan kubalas dan kubalas lagi, “Tuhan akan mengadili umatnya”. Ini adalah suatu hal yang tak enak dilihat jika jatuh ketangan Tuhan yang ada (Ibrani 10:30-31). (baca Rom 1:8, 2:5-6, 12:19)
Apa gunanya menyembah Tuhan yang penuh dengan mental yang amat kotor yang kita sendiri saja berusaha mengatasinya?
Selama empat puluh tahun setelah mencapai tingkat ke-Buddha-an, Sang Buddha mengajak semua untuk meninggalkan kemarahan,
kecemburuan dan ketidak-toleranan dan tidak sekalipun dalam masa itu dia gagal untuk berbuat sesuai dengan yang diajarkannya.
Sang Buddha bernuat seperti yang dikatakannya dan berkata seperti yang dilakukannya. Tak pernah bisa ditemui seorang guru kecuali dia yang begitu mantap jika kita telusuri dimasa lalu maupun sekarang (Digha Nikaya Sutta No. 9)
Diseluruh isi Tipitaka, tak ada satu contohpun yang menunjukkan bahwa Sang Buddha memperlihatkan kemarahan, kebencian, kecemburuan dsbnya, karena begitu sempurnanya, dia bebas dari semua emosi emosi yang negatif.
Sikap Terhadap Perang
Alkitab memberitahu kita bahwa ada waktu untuk membenci, ada waktu untuk perang (Keluaran 13:8) ini diakui secara luas pada saat sekarang ini bahwa kejahatan kejahatan yang amat besar bergantung satu sama lain. Seperti yang telah kita lihat, Tuhan cukup gampang membenci dan, tidaklah heran bila sering terlibat dalam perperangan.
“Tuhan itu seorang panglima perang” (Keluaran 15:3)
“Tuhan berada ditengah tengah engkau sekalian, sebagai panglima yang yang memberi engkau kemenangan.” (Zefanya 3:17)
“Tuhan maju kedepan Seperti seorang yang gagah perkasa, seperti seorang ahli bertempur iapun mengamuk; ia menjerit, ia berteriak kencang, ia memperlihatkan kehebatanya kepada musuh musuhnya.” (Yesaya 42:13)
“ketika Aku mengasah pedang-Ku yang berkilau dan tangan-Ku memegangnya dalam keadilan, Aku melakukan pembalasan terhadap musuh-musuhku, dan membayar kembali kepada semua yang membenciku. Aku akan membuat anak panahku mabuk darah selagi pedang-Ku melahap daging: darah orang-orang yang disembelih dan yang ditawan, kepala-kepala dari para pemimpin musuh.” (Ulangan 32:41-42)
Selama beberapa abad orang Kristen telah diilhami cerita cerita didalam Alkitab, yang menganjurkan kearah dan bahkan memuliakan perang, menggunakan kekerasan untuk menyebarkan agama mereka. Bahkan saat inipun, ada bau kemilitanan yang nyata pada agama Kristen. Salvation Army (Laskar Keselamatan) dengan mottonya “Darah dan Api”; hymne (lagu pujian) yang mengumandangkan “Majulah laskar Kristen berjalan menuju perang”; ucapan seperti “Pujilah Tuhan dan serahkan amunisi (senjata)” dan lain-lain. Alkitab berisi lusinan contoh di mana Tuhan membantu para pemujanya untuk merebut kota-kota, membunuh rakyat jelata dan mengalahkan angkatan-angkatan perang (misalnya Bilangan 21:1-3, Bilangan 31:1-2, Ulangan 3:3-7, Yosua 11:6-11, dll). Mengenai para tahanan perang Tuhan berkata:
Dan engkau harus memusnahkan semua orang ini bahwa Rajamu-Tuhanmu memberikan kepadamu, matamu tak akan mengasihani mereka (Ulangan 7:16)
Ketika Rajamu-Tuhanmu menyerahkan mereka ketanganmu dan kau kalahkan mereka, kau harus dengan tuntas membasmi mereka dan jangan menujukkan belas-kasihan kepada mereka (Ulangan 7:16).
Meski orang Kristenpun sering dibuat kaget waktu membaca cerita cerita seperti ini. Orang Buddha justru merasa bahwa cerita cerita tersebut memantapkan penolakan mereka terhadap Tuhan Kristen dan mengukuhkan keyakinan mereka dalam ajaran Sang Buddha.
Apa sikap Sang Buddha terhadap perang? Tidak ada satu contohpun dari Sang Buddha yang memuji peperangan, meganjurkan berperang ataupun dia sendiri ikut pergi berperang. Sebaliknya, dia mengajak semua untuk hidup dengan rukun dan damai dan diutarakan seperti berikut:
Beliau adalah seorang Pendamai bagi mereka yang sedang dalam konflik dan pendukung bagi mereka yang telah bersatu, yang sedang bergembira dalam damai, bersenang menikmati perdamaian, dialah yang selalu megeluarkan kata kata pujian untuk perdamaian (Digha Nikaya, Sutta No.1)
Dia memberi contoh sebagai seorang cinta damai
Meninggalkan pembunuhan, Pendeta Gautama hidup menjauhkan diri dari membunuh, ia tidak menggunakan tongkat ataupun pedang, ia hidup dengan penuh perhatian, cinta akan sesama dan simpati kepada yang lain (Digha Nikaya, Sutta No.1)
Sang Buddha tidak cuma Buddha membicarakan perdamaian atau mencari damai sendiri. Dia dengan aktif meningkatkan perdamaian dengan berusaha menghentikan peperangan. Pada saat saudara-saudaraNya hendak berangkat kemedan tempur memperebutkan air sungai Rohini, Sang Buddha tak memihak siapapun, takmemberi semangat bertempur, tidak memberi advis tentang tactic bertempur maupun menganjurkan mereka agar tak berbelas kasihan kepada musuh musuh mereka, yang mungkin dapat dilakukan oleh Tuhan. Sebaliknya ia berdiri di antara kedua pihak dan berkata,”Mana yang lebih berharga? Darah atau air?” Para tentara menjawab,”Darah lebih berharga, Pak.” Lalu Sang Buddha berkata,”Maka bukankah sungguh tak berarti bila mengucurkan darah demi air?” Kedua belah pihakpun meletakkan senjata dan perdamaian pun pulih. (Dhammapada Atthakata Book 15,1) Sang Buddha telah menyingkirkan kebencian dan mengisi pikiran dengan rasa cinta saling mengasihi, jadi mengajak perang adalah suatu hal yang mustahil baginya
Pengertian mengenai keadilan
Keadilan adalah suatu kwalitas yang bersifat tidak berat sebelah, dan seorang yang adil bertindak secara seimbang dan menurut apa yang benar. Akan tetapi pemikiran pemikiran tentang keadilan dan kebenaran berubah-ubah setiap saat, juga berlainan menurut pandangan masing masing. Orang Kristen berpendapat bahwa Tuhan itu adil, maka dengan meneliti tindakan-tindakan Tuhan, kita akan bisa mengenal konsep keadilan dari Tuhan.
Tuhan memberitahukan kita bahwa siapa saja yang tidak mematuhinya akan dihukum “tujuh kali lebih berat” (Imamat 26:18), yang berarti satu kali berbuat dosa dihukum tujuh kali (Imamat 26:18). Tuhan jelas terlihat menganggap ini adil dan merata. Dia juga memberitahukan kita bahwa dia akan menghukum anak-anak, cucu-cucu, dan bahkan cicit-cicit keturunan dari yang berbuat dosa, walau sebenarnya tak ikut ikut ataupun tahu menahu atas perbuatan moyangnya.
“Aku rajamu adalah Tuhan yang pencemburu, yang menghukum anak-anak atas dosa dosa dari ayah ayahmereka hingga kegenerasi yang ketiga bahkan keempat dari siapa saja yang membenci Aku.” (Ulangan 5:9)
Ini juga dikenal sebagai hukuman kelompok; menghukum segenap keluarga atau seluruh kelompok atas kesalahan yang dilakukan oleh salah seorang anggotanya. Hukuman kelompok sangat dikecam pada saat sekarang ini karena tidak sepadan maupun adil tapi Tuhan terlihat menganggap hukuman itu cukup adil.
Tuhan memberitahukan kita bahwa kesalahan yang sangat kecilpun mendapat hukuman mati. Contohnya, bagi mereka yang bekerja pada hari Sabbath harus dirajam (disambiti dengan batu) sampai mati. Pernah ada orang tertangkap sedang mengumpulkan kayu bakar pada hari Sabbath, dan Tuhan berkata kepada Musa dan orang-orang yang menangkap orang itu:
“Orang ini harus mati. Seluruh yang hadir harus merajamnya diluar perkemahan.” Sehingga yang hadir menyeretnya keluar perkemahan dan merajamya hingga binasa sesuai dengan yang diperintahkan oleh Tuhan kepada Musa (Bilangan 15:32-36)
Anggapan Tuhan atas keadilan kelihatannya tidak atas pertimbangan bahwa hukuman itu harus sesuai dengan kesalahan. Kita diajarkan bahwa siapa saja yang tidak cinta akan Tuhanakan menderita hukuman selamanya dineraka. Banyak orang yang baik, jujur dan dermawan yang tak percaya Tuhan dan akan masuk keneraka. Apakah ini sesuai dan adil? Kelihatannya sih tuhan berpikir seperti itu.
Apakah Sang Buddha adil? Sang Buddha telah mencapai kebebasan dari penerangan yang sempurna, dan dia mengajarkan kepada khalayak bagaimana caranya untuk mencapai kebebasan itu. Tidak seperti Tuhan, dia bukanlah pembuat hukum, bukanlah seorang yang menghakimi maupun menghukum. Ia adalah seorang guru. Dalam hubungannya dengan siapa saja, Ia sangatlah pantas, lembut dan penuh belas dan mengajak pengikut-pengikutnya untuk mengikuti jejaknya. Jika seseorang berbuat salah, dia berkata bahwa tak perlu terburu nafsu untuk menghukumnya.
Dalam hidup bersama di dalam kerukunan, seorang rekan Bhikku mungkin saja bisa berbuat salah, suatu pelanggaran. Akan tetapi janganlah engkau buru buru mengutuk dia, persoalannya haruslah diteliti dulu. (Majjhima Nikaya, Sutta No. 103)
Sebagai tambahan, ketika seorang sedang diusut, yang lain tidak boleh terpengaruh oleh prasangka atau pihak-memihak, dan harus memperhatikan kedua sisi dari kasus tersebut.
Bukan dengan memberi keputusan yang berburu-buru seseorang menjadi adil, Orang yang bijaksana adalah seorang yang menyelidiki kedua belah pihak. Dia yang tidak menghakimi orang lain menurut anggapan sendiri mengenai benar salah orang tersebut, tetapi menyampaikan keadilan tanpa memihak dan sesuai dengan fakta-fakta, dialah pelindung hukum yang pantas disebut adil. (Dhammapada 256-257)
Mengenai hukuman, Sang Buddha tentunya akan menganggap merajam seseorang sampai mati atau segala jenis hukuman mati kejam. Dia sendiri selalu bersedia memaafkan. Pernah sekali seorang yang bernama Nigrodha melontarkan kata kata kotor terhadap Sang Buddha, tetapi kemudian menyadari kesalahannya dan mengakuinya kepada Sang Buddha. Dengan penuh kasih dan maaf Sang Buddha berkata:
Tentu saja, Nigrodha, pelanggaran membuat engkau khilaf ketika melalui kelalaian, kebutaan, dan kejahatan engkau melontarkan kata kata seperti itu kepadaku. Tapi setelah kau akui perbuatanmu yang tak baik dan merperbaikinya, kuterima pengakuanmu (Digha Nikaya, Sutta No.25)
Sang Buddha memaafkan semua tanpa perduli apakah mereka menerima ajarannya atau tidak, dan bahkan jika Nigrodha tetap menolak untuk meminta maaf, Sang Buddha tidak akan mengancam untuk menghukumnya. Bagi Sang Buddha tanggapan yang layak kepada kesalahan kesalahan bukanlah mengancam untuk menghukum akan tetapi pendidikan dan maaf. Seperti yang dikatakannya:
Dengan tiga hal seorang bijaksana bisa dikenal. Apakah ketiga macam hal tersebut? Dia melihat kesalahan-kesalahannya sebagaimana adanya. Ketika dia melihat kesalahan kesalahan tersebut dia memperbaikinya dan ketika seorang yang lain mengakui kesalahannya orang bijak tersebut memaafkannya karena selayaknyalah dia itu harus. (Anguttara Nikaya, Book of Threes, Sutta No.10)
Sikap Terhadap Penyakit
Penyakit, problem kesehatan dan wabah selalu menjadi menjadi momok bagi manusia selama berabad-abad, menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan yang tidak bisa diceritakan. Alkitab menunjukkan kepada kita bahwa Tuhan selalu menganggap penyakit sebagai cara yang berguna untuk menyampaikan kemarahanNya dan melampiaskan balas dendamNya. Ketika Firaun menolak untuk melepaskan orangYahudi, Tuhan menimbulkan gelembung dikulit seperti luka bakar pada semua orang Mesir (Keluaran 9:8-12). Tuhan menggunakan sakit semacam itu untuk menghukum pria, wanita, anak-anak dan bayi-bayi atas dosa yang dilakukan oleh hanya satu orang. Kemudian Tuhan membuat semua anak laki-laki pertama di dalam keluarga untuk mati. Dia berkata:
Maka tiap-tiap anak sulung di tanah Mesir akan mati, dari anak sulung Firaun yang duduk di takhtanya sampai kepada anak sulung budak perempuan yang menghadapi batu kilangan. Dan jerit tangis yang kencang akan meliputi tanah Mesir-lebih buruk daripada yang pernah terjadi ataupun yang akan terjadi (Keluaran 11:5-6).
Inilah contoh bagus lainnya dari ide Tuhan tentang keadilan dan kasih sayang. Tak terhitung berapa ribu pria, anak laki-laki, dan bayi-bayi tak berdosa yang dibunuh oleh Tuhan hanya karena Firaun tidak mau patuh. Di banyak tempat dalam Alkitab Tuhan menjanjikan bahwa dia akan menimbulkan penyakit yang menyeramkan kepada semua yang tidak mematuhi perintah perintahnya.
“Tuhan akan mewabahkan penyakit penyakit hingga engkau terbasmi, dengan demam dan panas….” (Ulangan 28:21-22)
“Sang Raja akan membuat kau sakit dengan gelembung luka bakar Mesir, dengan borok dan dengan tumor tumor, luka luka yang bernanah, dan dengan rasa gatal, dimana engkau tidak dapat disembuhkan.” (Ulangan 28:27)
“Sang Raja akan mengirim wabah wabah yang menakutkan kepadamu dan keturunanmu, bencana yang menyengsarakan dan berkepanjangan dan hebat sekali dan tak mau pergi pergi. Ia akan membawa untukmu segala wabah Mesir yang kau takuti itu dan mereka akan mencengkeram engkau. Sang Raja juga akan mendatangkan bagimu segala jenis penyakit dan bencana” (Ulangan 28:59-61)
Terkadang Tuhan bahkan menimbulkan wabah penyakit yang menakutkan kepada orang hanya untuk menguji iman orang tersebut. Untuk menguji Ayub, Tuhan membiarkan semua anak Ayub untuk mati (Ayub 1:18-19) dan Ayub sendiri dihinggapi penyakit yang parah (Ayub 2:6-8). Begitu tak terbayangkan kesedihan Ayub dan menderita hingga dia berharap dia untuk tidak pernah di lahirkan (Ayub 3:1-26).
Tuhan bahkan meciptakan beberapa orang buta dan membiarkan mereka untu melewati hidup mereka sebagai pengemis terlunta lunta dalam kegelapan hanya supaya Yesus dapat menyembuhkan mereka dengan mujizat sekaligus memamerkan kekuatan Tuhan (Yohanes 9:1-4). Jelaslah, Tuhan menganggap segala penyakit sebagai cara cara yang berguna untuk menghukum orang dan mepertunjukkan besarnya kekuatanNya.
Sekarang marilah kita telaah sikap Sang Buddha akan penyakit. Sang Buddha melihat penyakit sebagai bagian dari penderitaan pada umumnya dari situlah dia memperkenalkan cara untuk membebaskan umat manusia darinya. Dia disebut sebagai “dokter yang penuh kasih”. Tidak pernah ada contoh di mana Sang Buddha pernah menyebabkan orang menjadi sakit untuk menghukum mereka atau karena dia marah kepada mereka. Sang Buddha tepatnya mengerti bahwa selama kita mempunyai tubuh kita akan bisa terkena penyakit. Dia mengajak kita untuk mencapai Nibbana dan terbebas dari penderitaan selamanya. Di saat beliau mencoba memecahkan masalah sampai keakarnya, dia juga melakukan hal-hal yang nyata untuk menghibur orang sakit dan mengembalikan kesehatan mereka. Justru bukan dengan menimbulkan penyakit bagi manusia, seperti yang dilakukan Tuhan, dia memberikan nasihat-nasihat yang berguna untuk menolong dan menghibur si sakit.
Dengan lima kwalitas seseorang mempunyai nilai untuk merawat yang sakit. Apa kelimanya itu? Seseorang dapat menyiapkan obat yang tepat; seorang tahu apa yang berguna bagi si pasien dan menawarkannya, dan apa yang tidak baik jangan diajukan; seseorang merawat yang sakit karena kasih bukan karena keuntungan; seseorang harus tak tergerak dengan kotoran yang keluar dari tubuh pasien, kencing, muntahan dan air ludah; dan setiap saat dapat menginstruksikan, menginspirasikan, menggembirakan dan memuaskan sisakit dengan kata kata Dhamma (Anguttara Nikaya, Book of Fives, Sutta No.124)
Beliau tidak hanya mengajarkan ini tapi juga melaksanakannya persis seperti yang diajarkannya. Ketika sekali waktu, beliau menemukan seorang bhikku yang sakit, terlantar dan terbaring di atas kotoran sendiri, dia memandikannya, menghiburnya dan kemudian memanggil bhikku bikhu secara bersama dan berkata kepada mereka, “Kalau kamu bersedia merawat saya, rawatlah juga mereka yang sakit.” (Vinaya, Mahavagga 8). Waktu Tuhan sedang marah dia akan menimbulkan penyakit-penyakit atas manusia dan menyaksikan mereka menderita. Ketika Sang Buddha melihat ada orang yang sakit, karena kasih sayanglah dia lakukan sebisanya untuk mengembalikan mereka kesembuhan.
Menciptakan Kejahatan
Tuhan menciptakan semua yang baik, tetapi karena Tuhan menciptakan segalanya, dia juga menciptakan yang jahat. Tuhan sendiri yang berkata:
“Akulah Raja dan tiada yang lainnya. Kujadikan terang dan kuciptakan kegelapan, Aku membuat yang baik dan kubuat pula yang jahat ” (Yesaya 45:7-8) (Lihat juga Roma 11:32)
Bila kita membayangkan alam dan mengingat bahwa Tuhanlah yang seharusnya telah menciptakan segalanya, maka kita mengerti arti dari kata-kata ini. Kuman lepra menyebabkan penderitaan yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata dan ini diciptakan oleh Tuhan. Kuman penyakit TBC membunuh dan mecacatkan jutaan manusia setiap tahun dan inipun diciptakan oleh Tuhan. Tuhan menciptakan wabah bakteri, kutu dan serangga dan tikus-tikus dimana bersama-sama mereka ini menyebabkan penyakit pes bubonic dan yang beratus-ratus tahun lamanya telah membunuh mungkin sebanyak ratusan juta jiwa. Di tahun 1665, 68 ribu orang mati oleh karena wabah cuma dikota London saja. Tak diragukan lagi semua ini adalah apa yang Tuhan maksud ketika ia mengatakan bahwa dia sudah menciptakan kegelapan dan kejahatan. Tetapi Tuhan juga menciptakan bentuk bentuk kejahatan yang lain. Tuhan sendiri berkata:
Ketika bencana datang menimpa suatu kota, Bukankah Tuhan yang telah membuatnya? (Amos 3:6)
Tentu saja yang dimaksud diatas adalah gempa bumi, kebakaran, kekacauan dalam masyarakat, peperangan dan segala macam bentuk kejahatan yang telah begitu sering menimpa desa dan kota tempat tinggal manusia. Kita juga membaca dalam Alkitab bahwa bahkan roh-roh jahat berasal sebenarnya datang dari Tuhan. Dalam Samuel I 16:14-16, kita diberitahu bahwa roh jahat kiriman Tuhan meyiksa Saul.
Apakah Sang Buddha menjadikan kejahatan? Karena Buddha bukan tuhan yang mencipta, dia tidak mungkin bisa diminta untuk bertanggungjawab atas “kegelapan dan kejahatan”. Satu-satunya hal yang beliau “ciptakan” adalah Dhamma yang beliau temukan dan proklamirkan ke seluruh dunia. Dan yang telah dibawa oleh Dhammanya hanyalah penerangan, kebaikan dan kelembutan dimana saja ini di disebarkan.
Korban Persembahan
Dimasa Perjanjian Lama ketika orang-orang melanggar perintah perintah Tuhan, Tuhan akan menjadi marah dan satu-satunya cara bagi pelanggar untuk bertobat dan meredakan murka Tuhan adalah dengan mempersembahkan kurban berupa binatang. Tuhan sendiri yang memberitahukan bagaimana cara yang tepat untuk meneyembelih hewan itu.
“Jika persembahan kepada Tuhan burung yang dibakar sebagai korban, ia harus mempersembahkan burung tekukur atau dari anak burung merpati. Pendeta akan menempatkannya diatas altar, lalu memuntir kepalanya dan membakarnya di atas meja sembahyang. Darahnya harus dikucurkan hingga kering dipinggir altar. Tembolok beserta isinya haruslah dikeluarkan dan dibuang kesebelah timur altar, dimana abu ditumpuk. Dan ia harus merentang sayap burung itu tapi tidak sampai putus; lalu imam tersebut harus membakarnya di atas altar di atas kayu yang menyala disebelah altar” (Imamat 1:14-17)
Tuhan memberitahukan kita kapan daging, lemak, kulit dan tulang dari kurban persembahan itu dilemparkan ke dalam api dan dibakar, dia menyukai aromanya. (Imamat 1:9, 1:17). Tapi tidak semua kurban yang Tuhan minta adalah dari binatang binatang; terkadang Tuhan juga meminta kurban manusia. Tuhan pernah berkata kepada Abraham:
“bawalah anakmu laki-lakimu, anak tunggalmu itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moriah dan korbankanlah dia di sana sebagai korban bakar pada salah satu gunung yang akan Kutentukan kepadamu.” (Kejadian 22:2)
Abraham membawa anaknya ke tempat yang telah ditunjuk oleh Tuhan, membangun altar, membaringkan anaknya di atas altar tersebut dan mengangkat pisaunya tinggi-tinggi. Persis sebelum Abraham menyayat leher anaknya sendiri, Abraham dihentikan oleh seroang malaikat. (Kejadian 22:12). Barangkali, Abraham adalah seorang yang amat patuh karena telah secara membuta, tanpa bertanya tanya lagi dan dengan rela melakukan apa saja yang diperintahkan Tuhan kepadanya, bahkan sejauh mempersiapkan penyembelihan anak satu satunya sebagai kurban untuk Tuhan.
Beberapa abad berikutnya, dosa manusia menjadi bertambah sehingga kurban dari binatang tidak lagi menghapus kemurkaan Tuhan. Tuhan mensyaratkan kurban yang lebih besar, lebih berharga - anakNya sendiri, Yesus. Sekali lagi darah seorang korban yang paling dapat menebus dosa yang dapat mendamaikan para pendosa dengan Tuhan. Jadi orang Kristen jaman modern ini sering mengatakan,”dosa dosa kita telah dibersihkan oleh darah Yesus.”
Apa pendapat Sang Buddha tentang kurban binatang atau manusia? Pada jaman hidup Sang Buddha, dewa-dewa Hindu dipersembahkan kurban binatang seperti Tuhan Kristen, sehingga Buddha tahu benar akan adanya praktek kurban ini. Meski demikian Sang Buddha menganggap persembahan korban ini sebagai tindakan yang biadab, kejam dan tidak berguna.
Pengurbanan kuda atau orang, Upacara Pembuangan, Minuman Pengurbanan, Upacara Kemenangan, upacara Menangkal Petir, semua jenis upacara tidaklah bernilai walau dibandingkan dengan cuma seperenambelas dari hati yang penuh dengan cinta kasih, tidak melebihi pancaran bulan yang mengalahkan terangnya cahaya bintang bintang (Anguttara Nikaya, Book of Eights, Sutta No.1)
Orang Kristen percaya bahwa darah Yesus bisa membersihkan dosa-dosa mereka mirip seperti orang Hindu yang percaya dijaman sang Buddha yang percaya bahwa dosa dosa mereka bisa dibersihkan dengan mandi di sungai-sungai yang dianggap suci. Sang Buddha mengkritik jalan pikiran Hindu sama halnya dia akan mengkritik ide Kristen kalau dia mengetahuinya. Mempercayai bahwa darah, air atau semua unsur-unsur dari luar bisa memurnikan hati yang adalah unsur ada didalam, kiranya sungguh bodoh.
Di Sungai Bahuka, di Adhikakka, bagian dari Gaya, bagian dari Sundrika, para Sarassati, para Payaga atau Bahumati, si orang bodoh itu boleh mandi berkali-kali tapi tidak akan bisa membersihkan dosa dosanya. Apa yang bisa dilakukan oleh sungai-sungai Sundrika, Payaga atau Bahumati lakukan? Sungai-sungai itu tidak bisa membersihkan yang marah, keinginan dari orang yang salah ataupun berbuat dosa. Bagi yang bersih hatinya setiap hari beruntung. Bagi yang bersih hatinya, setiap hari suci.(Majjhima Nikaya, Sutta No.7)
Inilah masalahnya, mandi dengan darah korban atau disungai suci adalah seperti nilai bayaran yang jauh daripada cukup untuk membersihkan bathin yang dengan melakukan dalam cara yang bersih. Satu-satunya pengorbanan yang Buddha minta kita lakukan adalah mengakhiri keserakahan dan menggantinya dengan cinta, kebijaksanaan dan kasih terhadap sesama.
Kasih
Kita diberitahu bahwa Tuhan adalah cinta-kasih dan Alkitab beberapa kali menyebutkan bahwa kasih sebagai salah satu dari sifat sifat Tuhan. Akan tetapi, ada beberapa macam cinta kasih. Seseorang bisa saja mencintai anaknya sendiri akan tetapi membenci anak tetangga. Seseorang mungkin punya cinta yang besar kepada negerinya sendiri, tetapi mempunyai kebencian yang membara terhadap negara lain. Meskipun kita bisa mencintai seseorang secara mendalam, kita bisa saja, lewat perubahan keadaan, berubah dan bahkan menjadi benci kepadanya. Ini adalah yang lebih rendah, tidak dikembangkan, jenis cinta yang umum rasakan – tapi ada jenis cinta yang lebih tinggi, lebih mendunia, jenis cinta yang lebih daripada yang tadi. Jenis cinta yang lebih tinggi ini yang ditutur-petakan dengan indah sekali didalam tulisan-tulisan Buddhis dan juga di dalam Alkitab. Di Korintus kita bisa membaca:
“Cinta-kasih itu sabar; Cinta-kasih itu baik; ia tidak iri. Ia tidak membual, tidak sombong, ia tidak kasar. Ia tak mudah dibuat marah, dan tidak menyimpan kesalahan orang lain (dendam).” 1 Korintus 13:4-5
Apakah Tuhan menunjukkan jenis cinta-kasih yang lebih tinggi ini? Marilah kita teliti. Kita diberitahu bahwa cinta itu sabar. Kesabaran didefinisikan sebagai kemampuan untuk menunggu dengan tenang untuk jangka panjang, untuk mengontrol diri sendiri ketika marah, khususnya terhadap kebodohan dan kelambanan. Kita telah melihat bahwa Tuhan marah setiap hari (Mazmur 7:12) dan dia sangat cepat marah (Mazmur 2:11-12). Tentunya Tuhan mempunyai sedikit sekali kesabaran.
Seringkali juga kita dengar bahwa cinta-kasih itu baik. Apakah Tuhan baik? Bacalah Ulangan 28:15-68 dimana Tuhan menjelaskan dalam kata-katanya sendiri sekejam apa dia bisa berbuat. Bacaan-bacaan yang mengejutkan ini membuktikan tanpa diragukan lagi bahwa Tuhan sangat mampu berbuat kekejaman yang mengerikan. Jelas kelihatan Tuhan tidaklah selalu baik.
Kita diberitahu bahwa cinta-kasih itu tidak iri. Iri, tentunya, sangat mirip dengan kecemburuan dan Tuhan sering sekali menuturkan diriNya sebagai yang cemburu luar biasa. Dia mengatakan:
“Sebab Tuhanmu yang raja adalah api yang menelan, Allah yang cemburu.” (Ulangan 4:24)
Kita diberitahu bahwa cinta-kasih itu tidak membual dan tidaklah angkuh. Apakah Tuhan tidak seperti ini? Tentunya Alkitab tidak memberikan kita impressi bahwa Tuhan itu sederhana dan tenang. Tuhan seringkali berkata kepada Ayub betapa hebatnya dia. (Ayub 40:4) dan menutup kata katanya dengan membanggakan diri bahwa:
Dia memandang rendah terhadap semua yang sombong (dalam arti tidak menurut perintah Tuhan), Dia adalah raja diatas semua yang yang pongah (Ayub 41:1-2)
Berikutnya kita juga diberitahu bahwa cinta-kasih itu tidaklah mudah dibuat marah. Telah kita buktikan bahwa Tuhan itu cepat sekali marah.
Layani Tuhan dengan rasa takut dan gemetar, cium kakinya jika tidak ingin dia marah dan akan musnah segera, karena kegeramannya akan segera menyala (Mazmur 2:11)
Akhirnya, kita diberitahu bahwa cinta-kasih itu tidaklah mencatat (dendam) kesalahan orang lain, kasih itu memaafkan dan melupakan kesalahan. Apakah Tuhan menyimapan catatan kesalahan yang diperbuat? Tuhan berkata bahwa dia akan menghukum anak-anak, cucu-cucu dan buyut dari pendosa. (Ulangan 5:9). Untuk bisa melakukan ini dia harus menyimpan catatan mengenai dosa yang yang diperbuat dan mengingatnya terus. Yesus memberitahu kita bahwa Tuhan tidak akan pernah memaafkan mereka yang menghina Roh Kudus (Lukas 12:10). Kita diberitahu bahwa Tuhan melempar para pendosa dan yang tak percaya ke dalam neraka yang abadi. Dalam kata lain, dia tidak akan pernah mau memaafkan mereka. Singkatnya, dia mencatat dosa yang manusia lakukan untuk selama-lamanya. Cukup jelas, Tuhan tidak meperlihatkan tingkat yang tertinggi dari cinta kasih.
Bagaimana dengan Buddha? Apakah dia menunjukkan tingkat yang tertinggi dari cinta-kasih? Ciri-ciri pertama dari cinta-kasih tertinggi adalah kesabaran, dan tidak pernah sekalipun tercatat di dalam Tipitaka bahwa Buddha kehilangan sabar. Bahkan ketika dia dimaki dan dihina, Beliau tetaplah tenang dan sabar. Semua perbuatannya menunjukkan kesabaran yang tak tergerakan dan kuat. Ketika Asurinda mengutuk dan mencaci-maki Sang Buddha, Beliau dengan kalem menjawab:
Dia yang membalas caci orang yang memakinya adalah yang terburuk dari mereka berdua. Untuk menahan diri untuk tak membalas adalah untuk memenangkan pertempuran yang sebenarnya sulit dimenangkan. Jika seseorang tahu bahwa yang lain sedang marah tapi dia sendiri menahan diri dari kemarah, orang itu telah melakukan yang terbaik untuk dirinya sendiri juga untuk orang yang marah itu. Orang inilah penyembuh dari kedua belah pihak. (Samyutta Nikaya, Chapter Seven, Sutta No.3)
Sebagaimana dia selalu sabar, dia juga terbebas dari kemarahan. Bahkan ketika sepupunya mencoba untuk membunuhnya, Sang Buddha hanya memperlihatkan rasa kasihan dan toleransi.
Kita juga diberitahu bahwa cinta-kasih itu baik. Apakah Buddha itu baik? Sekali lagi, tidak pernah ada satu tanda-tandapun bahwa sang Buddha kelihatan lain daripada baik dan mengasihi sesama - bukan hanya kepada orang yang menerima ajarannya, akan tetapi juga kepada pengikut-pengikut semua aliran kepercayaan, bukan hanya kepada yang baik, tapi juga kepada yang jahat, bukan hanya kepada manusia, tapi juga kepada binatang. Dia berkata:
Siapapun jangan berbuat hal yang tak baik yang orang bijak akan mengutuk.Hendaknya dia berpikir,”Semoga semua mahluk hidup aman dan bahagia. Mahluk apapun yang ada, yang bergerak atau yang tidak, tinggi, sedang atau pendek, besar atau kecil, terlihat atau tidak terlihat, yang tinggalnya jauh ataupun dekat, yang sedang ada, atau yang belum ada, semoga mereka semua berbahagia.” Hendaknya orang tidak menyakiti yang lain atau memandang hina siapapun juga walau apa alasannya. Jangan ingin melihat orang lain menderita karena marah atau cemburu. Diumpamakan sebagai seorang ibu yang akan melindungi anak satu-satunya meskipun harus mempertaruhkan nyawanya sendiri, walau demikian, dia hendaknya mengembangkan cinta yang tak terbatas kepada semua mahluk di dunia. (Sutta Nipata, Verses 145-149)
Sang Buddha tidak hanya mengajarkan, tetapi Beliau juga melakukan semua yang diajarkannya. Tuhan memberitahu kita bahwa dia pencemburu dan ini ia maksudkan bahwa dia cemburu kepada tuhan-tuhan lain dan agama-agama lain. Dia mau setiap orang untuk hanya menyembah dan memujanya saja. Begitu cemburunya dia hingga diberitahukannyalah para penyembahnya untuk harus membunuh bahkan anak mereka sendiri jika mereka menyembah tuhan-tuhan lain. (Ulangan 13:6) dan begitu bencinya Tuhan benci akan para pengikut agama-agama lainnya.
“Aku benci kepada orang-orang yang berlindung kepada berhala yang tak mempunyai nilai” (Mazmur 31:6)
“Aku mendapat pengertian dari bimbingan bimbingan moral dari engkau, itulah sebabnya aku benci segala jalan yang salah.” (Mazmur 119:104)
Apakah Buddha cemburu kepada agama agama lain? Tentu saja tidak! Seorang yang bernama Upali dulunya adalah pengikut agama Jain. Sang Buddha menjelaskan Dhamma kepadanya sesudah mana dia memutuskan untuk menjadi seorang Buddhis. Sang Buddha tidak merasa diagungkan maupun bernafsu untuk menarik Upali. Malahan dia menasehati Upali untuk memikirkan baik baik sebelum membuat keputusan yang penting:
Selidiki dulu dengan seksama, Upali. Penyelidikan yang seksama baik bagi orang yang terkenal seperti anda. (Majjhima Nikaya, Sutta No.56)
Sang Buddha kemudian menasehati Upali untuk tetap menawarkan derma kepada agama Jain. Dia mengatakan ini karena Beliau bisa melihat kebaikan dalam semua agama dan karena beliau telah terbebas dari iri dan cemburu.
Vacchagotta berkata kepada Sang Buddha,”Saya telah mendengar yang kata orang bahwa Kamu mengatakan derma sebaiknya hanya diberikan kepadamu saja bukan kepada guru-guru lainnya, kepada murid-muridmu jangan kepada para pengikut agama lainnya.” Kemudian Sang Buddha berkata,”Mereka yang berkata hal seperti itu tidak menugulangi ucapan-ucapan saya, mereka mewakili saya secara tidak tepat dan berbohong. Sebenarnya, siapa saja yang menghalangi orang untuk tidak menderma dalam tiga cara. Dia telah menghalangi si pemberi dari melakukan kebaikan, dia mencegah si penerima untuk mendapatkan pertolongan, dan dia menghalangi dirinya melalui kekejiannya. (Anguttara Nikaya, Book of Threes, Sutta No.57)
Bahkan pada saat ini banyak pengabar pengabar Kristen yang yang bersifat fundamental dan karismatik yang akan menolak hubungan dengan yang non-Kristen dan akan menolak untuk menolong mencarikan derma bagi yang non-Kristen.
Sang Buddha tidak membual ataupun bangga, dia tidak kasar ataupun mencari ketenaran diri, dia tak mudah marah dan tidak mencatat kesalahan-kesalahan yang diperbuat kepadanya. Sejak hari dimana dia mencapai penerangan sempurna, semua pemikirannya, kata-katanya, dan tindakannya adalah suatu ekspresi cinta-kasih dan menyayangi sesama. Sebagaimana seseorang yang hidup pada masa Sang Buddha berkata:
Saya pernah mendengar ini dinyatakan,”Mematuhi cinta-kasih adalah benar benar mulia” dan Sang Buddha adalah buktinya karena kita bisa melihat bagaimana patuhnya dia dengan kehidupan yang penuh dengan cinta-kasih. (Majjhima Nikaya, Sutta No.55)
Beberapa kisah didalam Alkitab yang dikutip dalam bab ini agak mengejutkan; bahkan orang Kristenpun merasakan bahwa mereka ini sedikit meresahkan. Ketika kita menunjukkan ayat-ayat tersebut kepada mereka, mereka akan berkata bahwa ayat-ayat tersebut kebanyakan berasal dari Perjanjian Lama dan tidaklah menggambarkan Tuhan yang sebenarnya, akan tetapi bagaimana orang orang disaat itu memperkirakan tentang Tuhan. Sungguh menyenangkan sekali untuk berdiskusi tentang Alkitab dengan orang Kristen! Disuatu saat Perjanjian Lama adalah firman Allah, dan pada saat yang lain bukan. Ketika orang Kristen mengutip ayat-ayat dari Perjanjian Lama untuk membuktikan maksud dari suatu dogma, ini adalah catatan yang mutlak. Waktu kita (umat Buddha) mengutip sebagian dari kisah kisahnya yang mengejutkan itu, mereka berkata itukan cuma suatu bayangan dari pengertian manusia yang terbatas tentang Tuhan.
5
FAKTA DAN KHAYALAN MENGENAI KEHIDUPAN YESUS
Satu-satunya yang membuat Kristiani seperti adanya hari ini, pondasi tempat mereka berpijak, adalah Yesus Kristus, atau lebih tepat, pendapat pendapat mengenai Yesus Kristus. Para fanatik Kristen selalu membuat pernyataan yang berlebihan tentang orang ini: “Yesuslah satu-satunya orang di dalam sejarah yang mengatakan dirinya Tuhan”; “Hanya dengan iman dalam Yesus yang bisa memberi seseorang kedamaian dan kebahagiaan”;” Pasti Yesus adalah Tuhan jika tidak dia adalah pembohong terbesar dalam sejarah”; ”Ribuan saksi telah melihat dia bangkit dari yang mati maka ini pastilah benar”; “Yesus adalah manusia paling sempurna yang pernah hidup”; dan sebagainya, dan sebagainya, dan sebagainya. Kleim-kleim tersebut terdengar sangat berkesan kalau belum kita lihat buktinya.
Ramalan-Ramalan Tentang dan Oleh Yesus
Setiap kali ada perubahan dalam gejolak politik diTimur Tengah, orang-orang Kristen yang fundamental akan segera mencari dalam Alkitab dan dengan lantang menyerukan bahwa krisis terbaru yang terjadi ini telah dinubuatkan. Nubuat adalah ramalan yang tertulis dalam Alkitab yang dimaksud untuk meramal kejadian-kejadian yang akan terjadi di masa depan. Nubuat-nubuat tersebut dibicarakan kesana-sini untuk sementara waktu kemudian secara diam-diam tidak dibicarakan kembali ketika mereka tidak sesuai seperti yang seharusnya terjadi menurut yang diramalkan.
Orang-orang Kristen mengkleim bahwa banyak dari kejadian-kejadian yang terjadi di dunia dijaman ini, telah dinubuatkan jauh sebelumnya di dalam Alkitab. Ketika seseorang minta untuk melihat “nubuat-nubuat yang menakjubkan” ini, dia bisa melihat betapa luas dan umumnya nubuat nubuat tersebut hingga bisa saja diinterpretasikan berhubungan dengan kejadian apa saja. Contohnya, mereka akan mengatakan dunia ini akan segera berakhir karena Alkitab bernubuat bahwa pada hari terakhir,”Kamu akan peperangan atau gossip gossip tentang perang.” (Matius 24:6.) Masalahnya dengan nubuat ini adalah bahwa ini bisa saja dihubungkan dengan jaman apa saja dalam sejarah karena selalu beberapa perang yang terjadi. Orang-orang Kristen juga mengkleim bahwa semua kejadian mengenai kehidupan Yesus telah dinubuatkan di dalam Alkitab jauh sebelum ia dilahirkan dan bukti bahwa nubuat nubuat ini terjadi membuktikan bahwa Yesus benar benar seorang Mesias. Karena itu marilah kita bersama-sama menelaah sebagian dari nubuat-nubuat yang dimaksud dan melihat apakah ada kebenaran dalam klaim tersebut. Di kitab Yesaya di Perjanjian Lama tertuliskan:
“untuk kita seorang anak telah dilahirkan, untuk kita seorang putera diberikan; pemerintahan akan berada dipundaknya, dan namanya akan disebut ‘Penasihat Ajaib, Tuhan yang perkasa, Bapa yang Kekal, Pangeran Perdamaian.” Kekuasaannya bersama kedamaian akan terus berkembang tanpa akhir. Yesaya 9:5
Ini seharusnya menubuatkan kelahiran Yesus. Tapi apakah benar? Selain soal dilahirkan, tidak ada satupun kejadian yang disebutkan disini yang terjadi kepada Yesus. Kekuasaan tidaklah berada dipundaknya, Yesus tidak pernah disebut maupun menyebut dirinya dengan gelar-gelar yang disebut disini, dan kedamaian tak menjadi bertambah setelah ia dilahirkan dibandingkan sebelum kelahirannya. Ini adalah satu contoh yang cukup baik untuk “nubuat yang mempesona” dimana Kristiani berpijak. Sebelum kelahiran Yesus, seorang malaikat seharusnya telah menubuatkan bahwa:
“Tuhan yang Raja akan menjadikannya seorang raja, seperti leluhurnya Daud adanya, dan ia akan menjadi raja dari kaum keturunan Yakub untuk selamanya” (Lukas 1:32-33)
Tapi bila apa yang dikatakan Alkitab itu benar, Daud tidaklah mungkin menjadi nenek moyang dari Yesus, karena Tuhanlah, bukan Yusuf, ayah Yesus yang sebenarnya. Lagipula, Daud adalah raja dalam arti politik, sedangkan Yesus tidak pernah menjadi raja dengan keadaan yang seperti itu maupun dalam arti apa saja seperti Daud. Akhirnya, para keturunan Yakob (orang-orang Yahudi) tidak pernah menerima Yesus sebagai raja mereka secara politik secara spiritual maupun dalam arti apa saja - dan telah menolak untuk menerimanya mulai saat itu hingga kini. Maka seperti sebelumnya setiap sudut dari nubuat ini salah. Kembali lagi di dalam kitab Yesaya tercantum:
“Ia ditindas, dan ia disakiti, toh ia tak mengatakan apa apa; seperti domba yang diseret kepejagalan dan seperti kambing yang gagu didepan pencukurnya, begitulah dia yang tidak membuka mulutnya sama-sekali ” (Yesaya 53:3-5)
Seharusnya ini menubuatkan tentang bagaimana ketika Yesus diserang oleh lawan-lawannya ia tidak akan membalas. Akan tetapi di dalam Injil secara perkasa digambarkan sebagai tegar terhadap kritik dan dengan lantang mengutuk musuh-musuhnya. Dia mengutuk dan mengkritik orang-orang Farisi ketika mereka menentangnya dan toh menurut Yohanes 18:33-37 Yesus tidak melakukan apa apa kecuali diam saja pada saat diadili.
Ketika prajurit-prajurit Romawi menyalibkan orang, mereka akan memaku mereka kekayu salib, meninggalkan mereka tergantung disana untuk beberapa saat dan akhirnya mematahkan kaki mereka, sehingga menambah penderitaan sikorban yang malang dan membuat mereka mati. Menurut Alkitab, ketika prajurit-prajurit Romawi datang untuk mematahkan kaki Yesus, Yesus sudah tewas sehingga mereka tak memperdulikannya (Yohanes 19:31-34). Begitulah kleim orang Kristen yang fundamental, suatu contoh yang menyolok dari nubuat dalam Alkitab, karena Mazmur 34:20-21 menyatakan bahwa Tuhan tidak akan membiarkan satu tulangpun di tubuh Mesias untuk remuk. Sialnya orang-orang Kristen telah melongkapi fakta yang terpenting. Meski tulang tungkai kaki Yesus tidak ada yang patah, tulang-tulang di telapak kaki Yesus pastilah remuk. Ketika paku itu ditancapkan ke dalam kaki Yesus, paku itu pasti setidaknya telah meremukkan satu atau beberapa dari tulang telapak kakinya (metacarpalsnya).
Orang-orang Kristen mengklaim bahwa Yesus mati dan pada hari ketiga bangkit dari kematian. Dan tentunya mereka mengklaim bahwa telah dinubuatkan sebelum terjadi. Nubuat itu berbunyi:
“Sebab seperti Yunus selama tiga hari dan tiga malam berada didalam perut ikan paus, demikian juga Anak Manusia tiga hari dan tiga malam didalam tanah” (Matius 12:40)
biar bagaimanapun juga, seperti nubuat-nubuat lain, inipun salah. Yesus menurut ceritanya mati pada hari Jumat (Jumat Agung) dan bangkit di pada hari Minggu pagi (Minggu Paskah). Bahkan seorang anak sekolah dasarpun bisa melihat bahwa ini bukan tiga hari tiga malam - melainkan satu hari dua malam. Masalah lainnya adalah sesaat sebelum Yesus tewas dia menoleh kepada kedua orang penjahat yang disalib bersamanya dan berkata,”Kuyakinkan engkau, hari ini engkau bersamaku di dalam Firdaus.”(Lukas 23:43). Jadi menurut nubuat, Yesus akan bangkit dari mati sesudah tiga hari; menurut Injil ia bangkit dari kematian dan sesudah sehari dan semalam; dan menurut apa yang telah dikatakannya sendiri, dia bangkit dari mati dan pergi ke surga dihari kematiannya. Akan tetapi bukan saja nubuat tentang Yesus yang salah, nubuat yang dibuatnya sendiripun juga salah. Orang Kristen yang fundamental selalu meng-kleim bahwa akhir jaman sudah dekat. Darimana mereka dapatkan ide aneh ini? Mereka dapatkan ini dari Yesus. Dia percaya dan secara terbuka mengajarkan bahwa dunia ini akan berakhir pada masa kehidupannya atau segera sesudah itu.
“Sesungguhnya kukatakan kepadamu, generasi ini tidak meninggal, sebelum semuanya terjadi.” Lukas 21:25-33
Dengan “Generasi ini” jelasnya yang sedang dimaksudkan dan ditujukan olehnya adalah para hadirin. Pada kesempatan yang lain kembali dikatakannya kepada yang sedang berdiri mendengarkannya bahwa beberapa dari mereka masih akan tetap hidup ketika akhir dunia ini tiba.
“ketika mereka menghukummu disebuah kota, larilah ke kota yang lain; karena sesungguhnya kukatakan kepadamu: kamu tak akan dapat melalui semua kota kota di Israel sebelum Anak manusia tiba.” Matius 10:23
Dalam semua dari yang Yesus nubuatkan, terbukti salah. Orang-orang yang hidup pada jaman kehidupannya jelas jelas telah mati selama 2000 tahun dan toh dunia ini belum juga berakhir dan juga Yesus belum datang kembali. Murid-murid Yesus telah melewati seluruh kota di Israel dalam beberapa tahun setelah kematian Yesus dan Yesus masih belum juga kembali.
Contoh contoh ini dan lainnya membuktikan bahwa nubuat-nubuat yang paling ada hubungannya dengan Yesus salah. Bahkan meski dimana suatu nubuat kelihatan sepertinya benar, ini tidak berarti bahwa nubuat mempunyai suatu arti. Bisa diperlihatkan bahwa siapa saja yang menulis Injil telah dengan sengaja mengarang kejadian-kejadian dalam kehidupan Yesus dan mencocok-cocokannyakedalam nubuat nubuat tersebut. Kita akan memeriksa satu contoh yang terkenal. Beberapa ratus tahun sebelum Yesus, Perjanjian Lama diterjemahkan dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani, bahasa digunakan pada saat itu. Ketika sebuah kisah di kitab Yesaya menyatakan bahwa Sang Mesias akan dilahirkan oleh seorang wanita muda (almah) (Yesaya 7:14), yang diterjemahkan, kata untuk menjadi seorang wanita muda (almah) telah disalah-terjemahkan sebagai gadis (parthenas) yang merubah arti nubuat itu sendiri tentunya. Ketika para pengnulis Injil membaca ini mereka beranggapan bahwa untuk menjadi memenuhi syarat menjadi Mesias, ibu Yesus semestinyalah seorang perawan sehingga mereka mengarang-ngarang tentang cerita mengenai kelahiran dari seorang perawan. Kenyataannya adalah perlunya mengarang cerita ini karena salah pengertian. Jadi bukanlah nubuat yang telah meramal kejadian dalam kehidupan Yesus, malah kejadian-kejadian tersebut yang telah di karang sedemikian rupa untuk dicocok-cocokan dengan nubuat-nubuat itu.
Kelahiran Yesus
Kita sering mendengar kaum fundamentalis dan evangelis Kristen untuk membanggakan bahwa tidak ada seorangpun yang pernah menemukan kesalahan apun di dalam Alkitab. Seperti halnya kita sering mendengarkan mereka meng-kleim bahwa Alkitab adalah firman-firman yang diilhamkan oleh Tuhan maka tak mungkin salah. Menimbang bagaimana telitinya orang Kristen meneyeleksi teks teks dari Alkitab sulitlah untuk mengetahui bagaimana kleim-kleim seperti itu dapat dibuat, sulit dipercaya.
Marilah kita lihat Alkitab katakan tentang kelahiran Yesus. Mula-mula, kita diberitahu bahwa kabar tentang pastinya kelahiran Yesus diberitakan kepadaYusuf, ayah Yesus, lewat mimpi. (Matius 1:20). Lalu kita diberitahu bahwa kabar itu diberikan kepada Maria, ibu Yesus, oleh seorang malaikat (Lukas 1:28). Yang mana dari kedua cerita ini yang benar? Apakah Yusuf yang mendapatkan berita itu ataukah Maria? Orang Kristen akan mengatakan bahwa kedua-duanya dapat. Lalu mengapa kitab Matius tidak menyebut-nyebut munculnya malaikat kehadapan Maria dan kitab Lukas tidak menceritakan mimpi Yusuf?
Di satu pihak kita diberitahu bahwa orang tua Yesus mengadakan perjalanan sebelum bayi Yesus dilahirkan (Lukas 2:4-7) dan dilain cerita mereka melakukan perjalanan sesudah kelahiran Matius 2:13-14 Yang mana dari cerita cerita ini yang benar? Ketika kita sampai ketempat Yesus sebenarnya dilahirkan, kita akan menemukan lebih banyak kontradiksi. Apakah Yesus dilahirkan dirumah (Matius 1:24-25) ataukah Yesus dilahirkan dipalungan di belakang sebuah rumah penginapan (Lukas 2:7)? Kemudian kita menelusuri garis nenek moyang Yesus. Kita mempunyai dua daftar tentang nenek moyang Yesus dari garis ayah, akan tetapi ketika kita melihat nama-nama didalamnya, kita hampir tidak menemukan hubungan mereka. Mereka tidak sependapat satu sama lain. Yang satu mengatakan nama kakek Yesus adalah Yakub. (Matius 1:16) dan yang lain mengatakan namanya Eli (Lukas 3:23). Lebih lebih lagi adalah patut dicemooh untuk membicarakan nenek moyang Yesus dari pihak ayah dan Yesus dihubungkan dengan Raja Daud (Matius 1:1), dimana sebenarnya bukan Yusuf, melainkan Tuhanlah yang sepatutnya ayah Yesus yang sebenarnya.
Apakah Yesus Seorang Guru yang Baik?
Dijaman kehidupan Sang Buddha ada satu sekte agama yang disebut Nigantha yang terpecah-belah setelah kematian pendirinya Nataputta.
Dan pada saat kematiannya, orang Nigantha terpecah menjadi dua bagian, ribut, bertengkar, berkelahi dan saling menyerang, dan perang kata-kata.....Kamu mungkin telah menduga bahwa mereka merasa muak, dibuat tak senang, dan terusir ketika mereka melihat bahwa doktrin agama tersebut disajikan secara demikian buruk, dibabarkan secara demikian sembarangan dan sedemikian tidak efektifnya untuk memadamkan nafsu karena ini telah diajarkan oleh seorang yang belum mencapai penerangan sempurna dan sekarang menjadi tanpa penuntun ataupun penengah. (Digha Nikaya, Sutta No.29)
Cukup menarik, inilah apa yang tepatnya terjadi segera sesudah Yesus mati dan karena alasan yang benar benar sama. Yesus sungguh terkenal dengan perumpamaan-perumpamaan yang digunakannya dalam mengilustrasikan ide-idenya tapi sekaligus dia sering gagal dalam memperjelas artinya. Terkadang ini karena dia sendiripun tidak tahu jelas tentang idenya itu dan dibeberapa saat lainnya kelihatannya dia adalah seorang yang kurang begitu bisa berkomunikasi. Yang lebih aneh lagi adalah bahwa Yesus sendiri mengakui kalau dia sengaja menyamarkan pesannya.
Dan ketika para muridnya menanyakan kepadanya apa maksud dari perumpamaan itu, dia berkata, kepadamu telah diberikan pengetahuan tentang rahasia kerajaan Allah; tapi bagi yang lain mereka dalam perumpamaan, sehingga sekalipun melihat mereka tak tahu, walau mendengar mereka tidak mengerti (Lukas 8:9-10, Markus 8:17-18)
Tapi mereka tidak mengerti akan ungkapan ini, sebab artinya tertutup bagi mereka, tidaklah bisa untuk mereka perkirakan: Dan mereka takut untuk bertanya kepadanya tentang arti ungkapan ini” Lukas 9:45
Tambahkan kepada ketidak-jelasan yang disengaja dengan ide-ide yang penuh dengan kontradiksi dari ajaran Yesus, dan tak sukar untuk membayangkan mengapa para muridnya terjerumus kedalam pertentangan segera setelah dia tiada. Didalam Surat-surat secara terus menerus dapat ditemui hal-hal berhubungan dengan percekcokkan dan keributan yang tak ada juntrungannya antara beberapa kelompok Kristen dimasa awalnya. Paulus menggerutu karena semua gereja di Asia-kecil menentangnya (Timotius II 1:15) dan mereka menolak untuk memihak kepadanya dalam beberapa argumentasi ketuhanan (Timotius II 4:14-16). Dia memberitahu kita tentang ribut-mulut dengan Petrus dan para tetua digereja Yerusalem (Galatia II 2:11-13), dan bagaimana dia tidak diladeni oleh orang gereja di Philippi (Thessalonika I 2:1-20), dan tentunya dia menuduh para saingannya bahwa mereka tidak mempunyai iman yang sejati (Tesalonika II 3:1-3), mengajarkan “pengertian Kristus yang berbeda” dan benar benar tak mengenal Tuhan (Titus 1:10-16). Yohanes dengan pahit mengeluh bahwa para lawannya mengusir para pendukungnya keluar dari gereja (Yohanes 1:9-10). Paulus dengan penuh keputus-asaan dan sia-sia menghimbau demi keharmonisan antar sesama golongan Kristen dimasa awalnya.
“aku menghimbau kepadamu, saudara saudara sekalian, dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus, agar engkau seia sekata janganlah ada perpecahan diantara engkau karenanyalah engkau dapat bersatu dalam hati dan pikiran..” (Korintus I 1:10-12)
Apa sih yang diributi oleh orang Kristen dimasa awalnya? Salah satu dari hal hal yang dipertentangkan yang tampaknya telah menjadi topik pada saat itu adalah apakah perlu adanya sunat atau tidak. (Roma 2:25-29, Galatia 6:12-15, Filipi 3:2-4, Kolose 2:11-13). Paulus menentangnya dan menyebut yang tak setuju kepadanya “anjing” (Filipi 3:2), dan berkata bahwa dia berharap mereka tercerai-berai dan mengebiri diri mereka sendiri (Galilea 5:12) dan dia memperingati orang Kristen lainnya untuk menjauhi mereka (Titus 1:10). Sedihnya, inilah yang sangat mengingatkan kita kepada orang-orang Kristen modern. Sewaktu menyatakan bahwa cuma merekalah yang mempunyai kebenaran sejati, terjadi begitu banyak pertentangan di antara mereka tentang apa kebenaran itu, dan kebenaran mereka yang sejati adalah mereka pecah menjadi ratusan dinominasi, sekte-sekte, kultus-kultus, dan gereja-gereja, serta menolak untuk memuja Tuhan yang sama bersama bersama. Seperti orang Kristen dimasa awalnya banyak sekali niatyang tak sehat dan kecemburuan antar mereka dengan saling menuduh satu sama lain sebagai bukan “Kristen sejati”, sebagai tidak mengerti Alkitab dengan baik, dan disalah-arahkan Setan. Bagi orang Buddhis dan yang non-Kristen ini sangatlah membingungkan. Jika benar bahwa pengabaran dariYesus tentang penyelamatan itu jelas dan jika benar bahwa Tuhan yang berbicara dan yang menuntun orang Kristen melalui doa, mengapa terdapat begitu banyak pertentangan dan permusuhan diantara mereka.
Perjamuan Akhir
Alkitab hampir tak memberikan kita keterangan sama sekali keterangan tentang kehidupan Yesus hingga dia mulai mengajar pada saat dia kurang lebih telah berumur 30 tahun. Dan bahkan sesudah dia muncul dimuka umum terlihat kekacauan yang besar mengenai apa yang terjadi dan waktu kejadian. Contohnya, Injil Yohanes mengkleim bahwa amukan di Bait Allah terjadi pada awal perjalanan Yesus. (Yohanes 2:13-14) Tetapi Lukas mengkleim amukan tersebut terjadi pada saat terakhir. (Lukas 19:45-46). Disatu pihak kita diberitahu bahwa Yesus tinggal dirumah Petrus dan kemudian menyembuhkan seorang penderita kusta (Markus 1:29-45) Disaat lainnya kita diberitahu bahwadia menyembuhkan sipenderita kusta dan kemudian masuk kerumah Petrus (Matius 8: 1, 8:14). Disatu pihak kita diberitahu bahwa seorang panglima Roma berbicara langsung dengan Yesus (Matius 8:5) dalam suatu kontradiksi yang amat nyata kita diberitahukan bahwa sipanglima Romawi mengirim pesuruhnya untuk mewakilinya bicara kepada Yesus (Lukas 7:1). Di injil Markus kita diberitahu bahwa Yesus meninggalkan Tyre melalui Sidon menuju ke Laut Galilea (Markus 7:31). Dengan memperhatikan peta Israel akan terlihat bahwa ini sungguh mustahil karena Sidon berada dijurusan yang sama sekali berlainan.
Orang Kristen akan dengan berat hati mengakui adanya kesalahan-kesalahan ini, tapi mengatakan bahwa ini kesalahan kecil dan tidak penting. Mungkin saja begitu, tapi ini telah membuktikan bahwa Alkitab tidak luput dari kesalahan, dan jika Alkitab membuat kesalahan-kesalahan tentang apa yang dilakukan Yesus, maka bisa saja membuat kesalahan-kesalahan tentang apa yang diucapkan oleh Yesus. Tapi bahkan ketika kita menelaah kejadian-kejadian yang sangat penting dalam kehidupan Yesus kita amlah mendapatkan kebingungan. Marilah kita telaah Perjamuan Akhir. Menurut Injil Matius, Markus dan Lukas, Perjamuan Akhir Yesus terjadi pada hari suci Yahudi-Paskah (Matius 26:17-20, Markus 14:12-17, Lukas 22:7-14). Diinjil Yohanes sebaliknya mengkleim bahwa Perjamuan Akhir terjadi sebelum Paskah (Yohanes 19:14). Matius, Markus, Lukas dan Yohanes seharusnya adalah murid Yesus hadir pada saat Perjamuan Akhir bersama Yesus. Mereka sebagai murid-murid Yesus yang seharusnya ingat dengan jelas dan menuliskan semua ajaran Yesus. Kalau mereka bahkan tidak bisa mengingat walau hanya hari Perjamuan Akhir, bagaimana kita bisa yakin kalau mereka bisa mengingat ajaran Yesus secara tepat?
Pengadilan
Sekarang kita akan meneliti kejadian terpenting dalam hidup Yesus, pengadilannya. Seperti yang dituturkan dalam Alkitab pengadilan ini dengan mudah ditebak penuh dengan kontradiksi, selain itu juga menimbulkan banyak pertanyaan yang sulit
dijawab. Pengadilan dan kejadian-kejadian disaat sebelumnya biasanya diceritakankan oleh orang Kristen sebagai berikut: Yesus memasuki kota Yerusalem menunggang seekor keledai yang disambut dengan sorak-sorai dari penduduk kota tersebut. Kemudian dia ditangkap oleh segerombolan pendeta Yahudi yang memukulinya serta menyerahkannya ketangan orang Romawi. Gubernur Romawi, Pontius Pilatus, tidak mampu untuk menemukan kesalahan pada diri Yesus tapi para pemuka agama Yahudi tetap bersikeras bahwa dia bersalah. Karena tidak mampu membuat keputusan, Gubernur Romawi ini memutuskan untuk bertanya kepada rakyat apa yang mereka inginkan, lepaskan Yesusa atau lepaskan seorang pemberontak Yahudi? Rakyat menjeritkan kebebasan pemberontak Yahudi dan penyaliban Yesus. Begitulah penuh dengan rasa segan Pilatus dengan terpaksa memerintahkan agar Yesus dihukum mati.
Mungkinkah ada pengadilan yang berlangsung seperti ini? Marilah kita lihat. Kita diberitahu bahwa ketika Yesus menunggang keledai masuk ke Yerusalem rakyat yang bersukacita menyambutnya, menebarkan jubah mereka dijalan dan memujinya sebagai raja mereka. (Markus 11:8) Tetapi sehari kemudiam, mereka meneriaki Yesus agar ia disalibkan (Markus 15:12-14). Perubahan imaginasi yang tiba-tiba dari pujian menjadi kebencian sangatlah sulit untuk dijelaskan. Selanjutnya Yesus dibawa kehadapan Pontius Pilatus. Alkitab menggambarkan Pontius Pilatus sebagai seorang yang tidak bisa menemukan kesalahan Yesus tapi terdesak untuk menyalibkannya oleh pendeta-pendeta Yahudi. Jelas ini tak mungkin. Bangsa Romawi terkenal karena pemerintahnya yang kuat dan efektif; sistem pengadilan mereka terkenal karena keadilannya dan mereka tidak mungkin mengirimkan seorang yang lemah dan tak dapat mengambil keputusan untuk memerintah wilayah bagian dari kerajaan yang penuh dengan kekacauan. Siapa yang mau mempercayai bahwa seorang Gubernur Romawi bisa memperbolehkan rakyat yang berada dibawah kekuasaannya untuk mengambil keputusan baginya dan memperlihatkan cara bagaimana dia harus menjalankan pengadilannya? Alkitab mengatakan bahwa Pilatus menanyakan orang banyak apakah mereka mau Yesus atau Barabas untuk dibebaskan. (Lukas 23:13-18), dan ketika mereka menyebut Barabbas, dia dilepaskan dan Yesus yang dihukum. Sekarang dimana kredibilitas telah terentang habis. Kita diminta untuk percaya bahwa seorang Gubernur Romawi dapat menghukum orang yang dia tahu tidak bersalah dan mau membebaskan seorang pengacau yang terlibat dalam pembunuhan untuk menggulingkan kekuasaan Romawi. (Lukas 23:19). Orang Romawi tidak menaklukkan dan memerintah Eropa, Afrika, dan Timur Tengah dengan membebaskan pemberontak yang berbahaya. Mereka sangatlah kuat, adil dan tidak pandang bulu terhadap semua yang menentang mereka. Maka catatan orang Kristen mengenai pengadilan Yesus sangatlah tidak meyakinkan.
Kalau kita baca apa yang seharusnya Yesus ucapkan pada saat diadili, maka terlihatlah bahwa semuanya catatan tentang pengadilan itu adalah dibuat-buat. Menurut Injil Matius, ketika sedang diadili Yesus “tidak memberikan jawaban“ (Matius 27:12) dan “tidak menjawab pertanyaan, bahkan tidak kepada satu tuduhan pun, yang mana mengejutkan sang gubernur.” (Matius, 27:1-4) Disaat pengadilannya, dalam suatu kontradiksi yang nyata Injil Yohanes mengklaim bahwa Yesus menjawab semua tuduhan, memajukan pertanyaan pertanyaan dan berbicara banyak selama pengadilan. (Yohanes 18:33-37). Mana dari kedua injil diatas yang benar? Apakah Yesus diam atau Apakah dia berbicara? Seperti halnya Injil Yohanes, Injil Lukas juga mengkleim bahwa Yesus berbicara banyak selama persidangan. Tapi bila kita bandingkan pernyataan Yohanes dengan apa yang dikatakan Lukas, kita menemukan bahwa hampir semua kalimat yang diucapkan dalam ayat-ayat tersebut berbeda. (Bandingkan Yohanes 18:33-37 dengan Lukas 22:66-70). Nyata sekali, klaim-klaim orang Kristen bahwa Alkitab itu sangat akurat, dokumen sejarah yang bisa dipercaya adalah sangat tidak benar.
Apa Yang Terjadi Kepada Yudas?
Yudas adalah murid yang mengkhianati Yesus. Setelah dia melakukan ini, katanya dia kemudian mati. Tapi bagaimana caranya dia mati? Disini, seperti dengan kejadian-kejadian yang lain, Alkitab memberikan kita cerita-cerita yang membingungkan. Menurut Matius inilah yang terjadi:
Waktu Yudas ,yang berkhianat melihat bahwa Yesus dihukum mati, Dia jadi sangat menyesal dan mengembalikan tiga puluh keping perak itu kepada imam-imam kepala dan tetua-tetua, ‘Aku berdosa’ katanya ‘karena aku telah berkhianat hingga membunuh yang tak berdosa’. ‘Apa artinya bagi kami semua ini’ jawab mereka. ‘itu adalah tanggung-jawabmu’ Demikianlah Yudas membuang uang tersebut kedalam kuil dan pergi. Dia pergi kemudian menggantung dirinya. Para pimpinan pendeta memungut keping keping perak tersebut dan berkata ‘karena ini adalah uang yang berlumur darah’ katanya ‘ adalah bertentangan dengan Torah jika memsukkan uang tersebut kedalam kas’ Maka mereka memutuskan untuk membeli tanah tempat penguburan bagi orang asing. Inilah mengapa tempat ini disebut lapangan berdarah hingga kini.
Dibagian yang lain kita diberi cerita yang berbeda.
“Dari upah yang diterima dari kejahatannya, Yudas ini telah membeli sebidang tanah; lalu ia jatuh tertelungkup, dan perutnya pecah dan hancur sehingga isi perutnya terpental keluar. Setiap orang diYerusalem mendengar tentang hal ini, maka mereka sebut lapangan tersebut dalam bahasa mereka sendiri “Hakal-Dama”, artinya lapangan berdarah.” (Kisah Para Rasul 1:18-19)
Apakah Yudas yang membeli ladang ataukah tetua agama? Apakah Yudas gantung diri ataukah dia jatuh hingga tubuhnya robek terbuka?
Kata-kata Terakhir Yesus
Banyak doktrin doktrin Kristen yang sering berdasarkan atas satu kata atau kalimat yang diperkirakan pernah diucapkan oleh Yesus. Untuk membuktikan kebenaran dari kepercayaan mereka orang-orang Kristen cepat-cepat membuka Alkitab mereka dan menunjukkan, ”Lihat itulah buktinya” Mereka beranggapan bahwa setiap ungkapan, setiap kalimat, setiap kata yang ada di dalam Alkitab adalah benar benar apa yang telah diucapkan oleh Yesus. Telah kita melihat bahwa Alkitab cukup kacau dalam hal apa yang Yesus lakukan dan Yesus katakan. Faktanya malahan kata-kata Yesus yang terakhirpun tidak dicatat dengan tepat. Menurut Matius, kata-kata terakhir Yesus adalah: “Tuhanku, Tuhanku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Matius 27:46). Menurut Markus, Yesus hanya menjerit keras lalu mati (Markus 15:37). Menurut Lukas, Yesus berkata,”Bapa, kedalam tanganmu kuserahkan rohku” (Lukas 23:46). Menurut Yohanes, kata-kata terakhir Yesus adalah,”Genaplah sudah.” (Yohanes 19:30). Sekali lagi kita melihat perbedaan-perbedaan dan pertentangan-pertentangan yang membuat mustahil untuk mengetahui apa yang harus dipercaya.
Kebangkitan
Apakah benar-benar telah Yesus mati dan bangkit dari kematian setelah tiga hari? Catatan-catatan dari keempat injil dari kejadian yang paling penting adalah orat-oret yang membingungkan dan penuh dengan kontradiksi yang meyakinkan orang yang berpikir secara rational menjadi lebih mudah untuk meragukannya. Ditahapan ini pembaca diminta untuk mempersiapkan sebuah Alkitab untuk mencek semua petunjuk petunjuk. Kita akan melihat keempat catatan yang diceritakan mengenai Kebangkitan berbeda dalam hampir setiap detil.
1. Kapankah Kebangkitan itu terjadi?
Keempat Injil sama sama menceritakan bahwa kebangkitan terjadi di hari Minggu pagi. (Matius 28:1, Markus 16:1, Lukas 24:1, Yohanes 20:1)
2. Siapa yang pergi ke kubur?
Sekarang problemanya timbul. Matius berkata bahwa dua Maria pergi ke kubur (Matius 28:1); Markus berkata bahwa kedua Maria, Salome pergi ke kubur (Markus 16:1); Lukas berkata kedua Maria, Joanna dan beberapa wanita lain pergi ke kubur (Lukas 24:10); dan Yohanes berkata cuma Maria yang pergi (Yohanes 20:1). Orang Kristen mengkleim bahwa Alkitab tidak mengandung kesalahan tapi nyatanya ada banyak kesalahan disini. Mereka mengkleim bahwa para penulis Injil diilhami oleh Tuhan seperti yang mereka tulis, tapi kelihatannya tidak cukup untuk diilhami sehingga bisa menceritakan secara rapih dan seragam.
3. Apakah ada gempa bumi?
Matius memberitahu kita bahwa disaat itu terjadi “gempa bumi yang dahsyat” (Matius 28:2), tetapi mengapa ketiga injil lainnya sampai tidak menyebut-nyebutnya? Pasti gempa yang dahsyat, terutama yang sedang terjadi pada saat begitu penting, akan sulitlah untuk melupakannya. Malahan jauh lebih memungkinkan kalau Matiuslah yang sekedar mengarang-ngarang cerita untuk mendramatisir cerita dalam Injilnya, dengan kata lain dia itu ngibul.
4. Ada berapa malaikat?
Berikutnya, Matius mengkleim bahwa satu malaikat muncul dihadapan kedua wanita tersebut, mendorong batu penutup kubur dan duduk di atasnya. (Matius 28:2). Dia juga menyatakan bahwa para penjaga sangat ketakutan sehingga pingsan (Matius 28:4). Cerita Markus cukup berbeda. Dia mengkleim bahwa pintunya sudah terbuka sebelum wanita-wanita itu tiba, demikianlah mereka memasukki kuburan tersebut dan melihat malaikat didalamnya. (Markus 16:4-5). Dan dia tidak mennyebut-nyebut hadirnya para penjaga. Cerita Lukas bahkan lebih bersifat karangan. Dia mengkleim bahwa wanita-wanita itu masuk ke dalam kubur dan melihat bukan hanya satu, tapi dua malaikat. (Lukas 24:4). Jelas terlihat sebagai orang yang tidak menceritakan kebenaran. Yohanes mengkleim bahwa Maria saja yang pergi ke kubur, melihat pintu batu terbuka, lari untuk memanggil murid-murid yang lain dan ketika mereka masuk ke dalam kubur ia menunggu diluar. Setelah semuanya pulang, Maria tetap menunggu, dan ketika kedua malaikat muncul di hadapannya, dan kemudian Yesus muncul meski Maria tidak bisa mengenalnya. (Yohanes 20:12-14). Dan pada “bukti-bukti” yang tak kuat inilah Kristiani bersandar.
Apakah Yesus Tuhan?
Orang Kristen mengkleim bahwa Yesus adalah Tuhan. Sekarang marilah kita lihat apakah kleim-kleim tersebut bisa dibenarkan. Kalau benar Yesus itu Tuhan, sangatlah aneh bahwa dia sendiri tidak pernah mengatakan begitu. Tidak ada satu bagianpun dalam Alkitab dimana Yesus secara gamblang berkata,”Saya adalah Tuhan.” Orang Kristen akan tidak setuju terhadap hal ini dan mengatakan bahwa Yesus sering menyebut dirinya atau disebut anak Allah. Meski demikian, Alkitab jelas-jelas menunjukkan bahwa siapapun yang baik dan beriman layak untuk disebut Anak Allah. Seperti contoh, Yesus menyebut Adam, anak Allah. (Lukas 3:38)
“Akan terjadi bahwa ditempat ini juga dimana dikatakan akan mereka: “Kamu ini bukanlah umat-Ku,” mereka akan disebut: “Anak-anak Allah yang hidup.” (Roma 9:26)
“Cintailah musuhmu dan doakanlah yang telah menganiayamu, hingga dapatlah engkau menjadi putra-putra Bapamu di sorga.” (Matius 5:44-45)
“Engkau semua adalah putra-putra Allah melalui iman dalam Yesus Kristus.” (Galatia 3:26)
Engkau adalah milik Allah; engkau semua adalah putra putra dari Yang Tertinggi (Mazmur 82-6)
Yesus disebut sebagai satu-satunya Putra yang diperanak oleh Allah meski demikianpun tidaklah menjadi unik. Di Mazmur, Tuhan berkata kepada raja Daud,” “Engkau anakku,hari ini Kuperanak engkau.”(Mazmur 2:7). Faktanya, Yesus jelas-jelas berkata ketika dia menyebut dirinya anak Allah, dia tak memaksudkan dirinya adalah Tuhan atau dihubungkan dengan Tuhan dalam arti-kata. Ketika para pendeta Yahudi mengkritik Yesus karena mengklaim dirinya setara dengan Allah, Yesus berkata:
“ “Tidakkah tertulis dalam Tauratmu, ‘Telah Kukatakan engkau ini tuhan tuhan? Jika ia menyebut mereka ‘tuhan tuhan’ ditujukan kepada siapa firman Allah tersebut - dan Kitab tidak dapat ditiadakan – bagaimana seseorang yang Bapak kecualikan sebagai miliknya yang satu itu dan yang diutusNya ke dunia?” (Yohanes 10:34-36)
Orang Kristen akan memprotes bahwa kutipan-kutipan “anak allah” tidaklah dimulai dengan huruf besar. Tetapi ketika Yesus mengklaim dirinya, huruf besarlah yang dipakai jadi, “Anak Allah”. Tapi huruf-huruf besar untuk menonjolkan sebuah ungkapan adalah suatu karya dari bahasa Inggris moderen. Di dalam bahasa Yunani kuno dan Aramaic, bahasa-bahasa yang dipakai untuk menulis Perjanjian Baru, huruf-huruf besar tak pernah digunakan dan perbedaan antara “anak allah” dan “Anak Allah” tidak pernah ada. Orang-orang Kristen demikian cerewetnya mengenai kleim-kleim Yesus untuk menjadi anak Allah seperti yang dapat kita lihat, tidak ada yang unik sama sekali tentang kleim tersebut. Orang Kristen boleh saja mengkleim bahwa istilah “anak Tuhan” digunakan diAlkitab dalam dua cara yang berbeda - sebagai embel-embel kepada khususnya orang yang suci dan bagi yang sesungguhnya anak Allah, Yesus, yang berada bersama Tuhan disurga sebelum turun kebumi. Tetapi meski dalam arti yang kedua inipun Yesus juga tidaklah menjadi unik. Alkitab memberitahu kita bahwa Tuhan mempunyai banyak sekali putra yang bersama denganNya di surga yang kemudian turun ke dunia dan hidup bersama manusia seperti yang dilakukan Yesus.
Ketika manusia itu mulai meningkat jumlahnya dan menyebar keseluruh dunia dan anak-anak perempuandilahirkan untuk mereka, putra putra Allah melihat bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambilnya sebagai isteri yang dipilihnya (Kejadian 6:1-3)
Di Alkitab disebutnya Yesus sebagai Anak Manusia lebih dari 80 kali. Toh Alkitab juga memberitahu kita bahwa dimata Tuhan Anak Manusia tak kelebihannya dari seekor cacing. (Ayub 25:6). Bagaimana orang Kristen bisa mengkleim bahwa Anak Manusia adalah Tuhan kalau Alkitab saja mengatakan bahwa Anak Manusia tidak kelebihannya dari seekor cacing?
Orang Kristen selanjutnya akan bersikeras bahwa Yesus disebut Mesias, tapi sekali lagi bukanlah aneh untuk dipanggil Mesias. Bahasa Ibrani “mashiah” yang terjemahan dalam bahasaYunani adalah “yang diurapi”, dan ini dimaksudkan bagi siapa saja yang dikirim oleh Allah untuk menolong bangsa Israel. Bahkan yang non-Yahudipun bisa disebut Mesias. Alkitab bahkan menggelari Raja Persia yang menyembah berhala yaitu Sirus sebagai Mesias karena dia telah membiarkan orang-orangnya Tuhan untuk kembali ke tanah asal mereka. (Yesaya 45:1). jadi karena hanya karena Yesus disebut Mesias tidaklah dapat dipakai untuk membuktikan bahwa Yesus adalah Tuhan. Nyatanya, diseluruh isi Alkitab Yesus selalu menekankan dengan jelas bahwa dia bukanlah Tuhan. Ketika seseorang memanggil Yesus “seorang guru yang baik” Yesus berkata:
“Mengapa kau menyebut Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain Tuhan sendiri.” (Lukas 18:19)
Sekarang jika Yesus adalah Tuhan, lalu mengapa dia menyangkal bahwa dia itu baik? Kita diberitahu bahwa Yesus berdoa, Tapi jika Yesus adalah Tuhan apa perlunya dia berdoa kepada dirinya sendiri? Dan ketika Yesus berdoa, dia berkata kepada Tuhan,”bukanlah keinginanku, tapi keinginanMu” (Lukas 22:42). Dengan cukup jelas Yesus sedang membedakan antara keinginan Tuhan dengan keinginannya. Yesus berkata bahwa tidak seorangpun pernah melihat Tuhan. (Yohanes 1:18), berarti bahwa ketika orang-orang melihatnya mereka bukan sedang melihat Tuhan. Sekali lagi Yesus berkata dia tidak bisa melakukan apa-apa tanpa Tuhan.
Kukatakan yang sebenarnya kepadamu, Anak ini tak berbuat apa-apa sendiri, Dia hanya bisa berbuat apa yang ia lihat Ayahnya lakukan (Yohanes 5:19)
Kusendiri tidak dapat berbuat apa-apa; Aku mengadili hanya sesuai dengan apa yang kudengar dan keputusanku adil, karena aku tidak mencari kesenangan untuk diri sendiri melainkan untuk Dia yang mengutus Aku. Yohanes 5:30
Aku tak dapat berbuat apa-apa sendiri tapi hanya mengatakan apa yang telah Bapak ajarkan (Yohanes 8:28)
Jika Yesus adalah Tuhan, dia bisa berbuat apa saja yang dia inginkan, dan dalam cuplikan-cuplikan di atas, dan lusinan lainnya dia memperjelas seperti kristal bahwa dia tidak sama dengan Tuhan “Bapak lebih besar daripada Aku” (Yohanes 14:28) memperjelas bahwa dia tidaklah sebesar Tuhan dan maka itu beda dengan Tuhan. Dia berkata:
“Setiap orang yang menentang Anak Manusia akan diampuni; tetapi barangsiapa menghujat Roh kudus tak akan diampuni.” (Lukas 12:10)
Nah jika Yesus dan Roh Kudus adalah satu, menghujat yang satu berarti menghujat yang satunya lagi. DiAlkitab kita diberitahu bahwa tak seorangpun yang lahir dari seorang wanita bisa menjadi suci. (Ayub 25:4). Yesus lahir dari seorang wanita, ibunya Maria, tentunya Yesus itu adalah tidak suci. Kalau Yesus tidak suci, bagaimana mungkin Yesus itu Tuhan? Kita diberitahu bahwa Yesus mati selama 3 hari sebelum naik ke surga. Bagaimana bisa mungkin Tuhan mati? Siapa yang menjaga alam semesta ini ketika dia mati? Yesus berkata bahwa pada akhir jaman ini dia akan duduk di sebelah kanan Allah untuk mengadili dunia ini (Lukas 22:69). Jika Yesus dan Tuhan adalah mahluk yang sama, bagaimana ini menjadi mungkin? Dengan cukup jelas keduanya itu terpisah dan berbeda. Dan sekali lagi Daud digambarkan duduk di sebelah kanan Tuhan, Jadi untuk melakukan ini seseorang tidaklah harus menjadi Tuhan. (Mazmur 110:1) Kita diberitahu bahwa Yesus berada di antara manusia dan Tuhan.
Karena hanya ada satu Tuhan dan satu perantara antara Tuhan dan manusia, orang itu Yesus Kristus.” (I Timotius 2:5)
Bagian ini dengan jelas menyatakan bahwa Yesus bukan Tuhan, karena kalau dia itu Tuhan, bagaimana mungkin meng-antara-i Tuhan dan manusia? Secara khusus mengatakan bahwa Yesus adalah seorang manusia (lihatlah juga Kisah Para Rasul 17:30-31). Di dalam Injil Matius dan Lukas (Matius 1:16, Lukas 3:23) kita diperlihatkan nama-nama dari ayah Yesus, kakek Yesus, dan seterusnya kembali kebeberapa generasi sebelumnya. Kalau Tuhan benar-benar ayah Yesus, apa perlunya Alkitab memberi daftar nama nenek moyang Yesus dari garis ayahnya? Orang Kristen selamanya mengklaim bahwa Yesus itu Tuhan dan secara berbareng dia juga sebagai anak Tuhan. Bagaimana mungkin bisa terjadi? Bagaimana mungkin seorang ayah bisa menjadi anaknya dan sekaligus dirinya sendiri? Dan menjadikannya lebih kacau lagi, Roh Kudus dibawa masuk dan kita diminta agar percaya bahwa Yesus, Tuhan dan Roh Kudus adalah berbeda tetapi sama.
Klaim dari orang Kristen bahwa Yesus adalah Tuhan bertentangan dengan apa yang dinyatakan Alkitab, berlawanan dengan pendapat umum dan menimbulkan banyak sekali problema logika. Dimana jika kita lihat Yesus seyogyanya saja, seorang pelopor pembaharuan dan seorang nabi, semua problem di atas tidak mungkin muncul.
Apakah Yesus Sempurna?
Jika seorang guru agama harus sempurna yang kita harapkan adalah tingkah laku dari orang yang seperti itu harus tak ada yang bisa disalahkan, ajaran-ajarannya mesti manusiawi dan praktis dan harus selalu sesuai antara apa yang dikhotbahkan dengan apa yang diperbuat. Yesus, tentunya, menyangkal bahwa dia itu sempurna. (Lukas 18:19) tapi meski adanya sangkalannya ini yang disertai oleh bukti-bukti dalam Alkitab, orang Kristen terus mengkleim bahwa Yesus itu sempurna. Mereka harus melakukan ini karena mereka secara menyimpang menganggap Yesus Tuhan - bagaimana mungkin Tuhan itu tidak sempurna? Orang-orang Buddhis percaya bahwa Yesus adalah seorang manusia yang baik seperti halnya juga para pendiri agama-agama besar lainnya di dunia tapi karena dia belum mencapai penerangan sempurna seperti Sang Buddha, tentunya Yesus tidaklah sempurna. Seperti yang lain yang belum mencapai kesunyataan ia kadang-kadang melakukan kesalahan, beberapa hal yang dia ajarkan itu tidak praktis, dan kadang-kadang dia tak mampu mepraktekan apa yang dia dikhotbahkannya. Marilah kita uji-nyatakan ini.
Ajaran-ajaran etis Yesus sering digambarkan sebagai “sangat agung”, “mulia”, “sempurna sama sekali” dan lain-lain. Tapi sungguhkah ini? Marilah kita tinjau ajaran tentang perceraian. Di dalam Perjanjian Lama, perceraian diperbolehkan atas dasar keadaan tertentu, yang tentunya ketika dua orang sepasang telah tidak lagi saling mencintai atau sudah saling tidak cocok, adalah hal yang paling manusiawi untuk dilaksanakan. Tetapi Yesus malah mengambil posisi yang sangat ekstrim terhadap perceraian, mengatakan bahwa perceraian itu hanya diperbolehkan atas dasar perzinahan:
“Telah dinyatakan: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya. Tetapi kukatakan kepadamu bahwa siapa saja yang menceraikan isterinya kecuali karena ketidaksetiaan terhadap perkawinan, akan menyebabkannya menjadi penzinah, dan siapa saja yang mengawini wanita yang diceraikan juga berbuat zinah.” (Matius 5:31-32)
Ajaran kusut ini telah membawa arti bahwa hingga kini di negara-negara Kristen, jutaan pasangan yang terjebak dalam yang tak bahagia dan tanpa cinta tetapi tidak bisa bercerai. Ini juga berarti bahwa tak terhitung banyaknya wanita yang berhasil untuk cerai dari suami mereka meski tanpa berbuat zinah, harus dicap sebagai penzinah kalau mereka menikah lagi. Ajaran Yesus yang satu ini saja telah menyebabkan derita dan sakit hati yang tak terlukiskan. Contoh lain dari ajaran Yesus yang jauh dari sempurna ini adalah sikapnya terhadap uang. Yesus tampaknya memiliki kebencian yang dalam terhadap orang kaya:
Celakalah hai engkau yang kaya, karena yang kau telah memperoleh penghiburanmu. Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar.” (Lukas 6:24-25)
Ada benarnya bahwa orang kaya itu kadang-kadang serakah tidak punya pikiran (begitu juga yang miskin) ini tak pernah disebut-sebut. Yang kaya dimusuhi cuma karena mereka kaya. Pernah ketika seorang anak muda meminta jawaban dari Yesus tentang bagaimana dia bisa mendapatkan kehidupan abadi, Yesus akhirnya berkata:
Jikalau engkau ingin sempurna, pergilah, jual semua milikmu dan berikan kepada yang miskin ikutilah aku dan kau akan beroleh harta di sorga.” (Matius 19:21)
Yesus bahkan melangkah sejauh mana untuk mengatakan adalah benar-benar mustahil bagi sikaya untuk masuk kesurga.
Sesungguhnya kukatakan kepadamu, sukar bagi orang kaya untuk memasuki Kerajaan Surga. kembali engkau kuberitahu, akan lebih mudah bagi seekor unta untuk menembus lobang jarum katimbang sikaya untuk memasuki Kerajaan Allah.” (Matius 19:23-24)
Orang Kristen tentunya, tak pernah memperhatikan ucapan-ucapan Yesus ini, karena jika mereka lakukan keadaan ekonomi dinegara-negara Kristen di dunia ini akan ambruk dan semua kualitas baik yang dapat dimajukan oleh pengusaha besar yang jujur akan musnah. Ajaran yang kurang bisa dipraktekan dan tidak adil dari Yesus ini mempunyai kontras yang tajam dengan sikap Sang Buddha terhadap kekayaan. Dia mengakui kekayaan yang didapat secara jujur bisa menjadi sumber kebahagiaan.
Apakah sih kebahagiaan memiliki? Disinilah, seorang kepala keluarga memiliki kekayaan yang didapat dengan usaha yang penuh tenaga, yang didapat dari kekuatan tangan dan keringat dari kening, yang didapat secara adil dan sesuai hukum. Ketika dia memikirkan tentang hal ini, dia merasakan kebahagiaan dan kepuasan.
Dan apakah sih kebahagiaan dari kekayaan? Disinilah, seorang kepala keluarga yang kekayaannya didapat secara adil dan sesuai hukum, dan dengannya dia melakukan banyak perbuatan baik. Ketika dia memikirkan tentang hal ini, dia merasakan kebahagiaan dan kepuasan.
Dan apakah sih kebahagiaan lepas dari hutang? Disinilah, seorang kepala rumah tangga tidak mempunyai hutang kepada siapapun baik besar maupun kecil, dan ketika dia berpikir tentang hal ini, dia merasakan kebahagiaan dan kepuasan. (Anguttara Nikaya, Book of Fives, Sutta No.41)
Dia juga mengerti bahwa dengan tingkah laku yang benar, yang kaya dapat melakukan hal-hal yang sangat baik dengan uang mereka
Dengan kekayaan yang didapat dari usaha tenaga, dimenangkan dengan kekuatan lengan, dan keringat dikening sesuai hukum dan secara adil, seorang murid yang mulia membuat dirinya, ibu dan ayah, istri dan anak-anaknya, pembantunya dan pekerjanya dan teman-teman serta kenalannya senang dan bahagia - dia menciptakan kebahagiaan yang sempurna. Inilah kesempatan pertama yang diraih olehnya, digunakan demi kebaikan dan dipakai dengan cara benar. (Anguttara Nikaya, Book of Fives, Sutta No.41)
Maka katimbang meniadakan yang kaya sama sekali dari kehidupan beragama seperti Yesus lakukan, Sang Buddha mengajarkan mereka untuk menghasilkan uang dengan jujur dan menggunakan kekayaan mereka untuk kepentingan mereka dan masyarakat pada umumnya.
Tapi ajaran Yesus yang telah menyebabkan lebih banyak masalah daripada ajaran lainnya adalah pernyataan yang dibuatnya bahwa dia dan hanya dia yang bisa menyelamatkan. (Yohanes 14:6). Yang diikuti secara axiomatis (axiomatis - percaya walau tanpa bukti) mulai dari sini bahwa agama lainnya akan menuntun kearah satu alternatif penyelamatan saja – neraka – maka itu adalah ajaran kejahatan. Sedihnya, kleim oleh Yesus ini adalah akar dari seluruh ciri khas/karakter kwalitasnya orang Kristen - tidak toleran. Kristiani selalu menyamakan ketidak-percayaan kepada Yesus dengan kejahatan, dan telah secara mambabi-buta mencap yang tidak percaya sebagai orang yang tak bertuhan, busuk, bandel, penyembah berhala, penghujat, pengikut para nabi palsu, pemuja patung (Lihatlah 2 Petrus 2:1-22).
Jangan bergaul dengan yang tak percaya. Karena persamaan apa yang kebenaran dan kedurhakaan punyai? Atau persekutuan apa yang sinar/penerangan punya dengan kegelapan? Keharmonisan apa yang ada antara Kristus dan Iblis? Kemiripan apa yang rumah Allah terlihat dengan kuil berhala-berhala? (Korintus II 6:14-16)
Apa yang Paulus tanyakan dalam bagian cuplikan ini, dapatkah seorang Kristen mempunyai persamaan dengan, misalnya, seorang buddhis? Bagi Paulus sebagai seorang Kristen yang fundamentalis dan evangelis bahwa kenyataannya orang buddhis bisa menilai dan melaksanakan cinta-kasih, saling mengasihi, derma, kesabaran, kesederhanaan dan kebenaran yang nyata, seperti yang dilakukannya, tak mempunyai arti apa-apa. Bagi orang Kristen fakta satu-satunya bahwa orang Buddhis tak percaya bahwa Yesus itu Tuhan secara otomatis ada dipihak kejahatan dan kegelapan; dia adalah ppenyembah patung yang harus dijauhi dan yang pantas masuk neraka.
Inilah hebatnya tragedi ke-Kristen-an - semakin ber-iman si-Kristen kepada Yesus semakin tambah ke-partai-an sifatnya, semakin sempit pandangan keagamaannya dan semakin tak toleran jadinya. Bukan main lepasnya hati kita semua yang bisa bernaung dibawah Buddha dan bisa mengagumi Lao Tzu, Nabi Muhamad, Khrisna, Guru Nanak dll, Alangkah menyenangkan bisa berkomunikasi dengan yang lain tanpa harus punya mengajak mereka pindah agama. Betapa manisnya dapat bersukaria melihat orang lain bersukacita dengan agama mereka. Kristiani tidak toleran karena mereka pikiran mereka hanya dipenuhi dengan Yesus dan tak ada tempat bagi yang menerima Yesus. Buddhisme selalu toleran karena sangat menghargai kebijaksanaan dan saling mengasihi dan menerima siapa saja dengan tangan terbuka, apapun agama mereka, siapa saja yang sedang meningkatkan mutu kehidupan ini.
Mukjizat-mukjizat
Beberapa hal yang paling aneh tentang Yesus adalah mukjizat-mukjizat yang kata orang Kristen Yesus telah dia lakukan. Satu dar yang paling terkenal adalah membawa keluar Lazarus dari kematian. Lazarus telah meninggal paling sedikit empat hari dan kemungkinan telah berada disurga, ketika keluarganya sedang sedih dan berduka. Membangkitkan dia dari kematian, tentunya Yesus telah menunjukkan kehebatannya, tapi apa yang bisa didapat Lazarus dan keluarganya dari ini? Lazarus dipindahkan dari surga kembali ke “lembah air mata” hanya untuk mati sekali lagi disuatu saat yang akan datang dan keluarganya harus melalui duka-cita yang terulang. (Yohanes 11:1-4)
Bagi orang Buddhis, meski ini benar ada, rasanya tidak perlu begitu, dan bahkan ini kejam. Betapa jauh lebih-praktisnya dan lebih-manusiawinya cara Sang Buddha menangani kematian. Pada suatu kejadian seorang ibu muda yang bernama Kisagotami datang kepada Buddha membawa anaknya yang telah mati, diliputi kesedihannya dan mohon agar Sang Buddha memberi obat kepada anaknya. Dengan penuh belas, Sang Buddha meminta ibu tersebut untuk pergi dan mencari biji mustard dari sebuah rumah dimana tak seorangpun pernah mati. Dalam proses mencari biji mustard tersebut, Kisagotami berangsur-angsur sadar bahwa kematian adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan dan dia dapat meenguasai kedukaannya. (Dhammapada Atthakatta, Book 8,13). Yesus mempertontonkan kegaiban yang kelihatannya membuat orang tetap seperti semula tak tahu apa-apa, Sang Buddha dengan lembut dan ahli mengarahkan orang kedalam pengertian. Inilah yang dimaksud Sang Buddha bahwa pendidikan adalah mujizat terhebat. (Digha Nikaya, Sutta No.11)
Mukjizat lainnya dimana Yesus tampaknya telah kurang matang berfikir akan konsekwensi dari perbuatannya adalah yang diperbuatnya di Godara. Seorang kerasukan setan-setan, dan sesaat sebelum Yesus mengusir setan darinya, iblis-iblis bertanya kepada Yesus apakah ia bersedia akan mengirim mereka kedalam segerombolan babi didekat sana. Yesus mengabulkannya, memasukkan peri-peri tersebut ketubuh babi-babi yang segera menceburkan diri dari tebing kedalam danau dimana mereka mati kelebu. (Markus 5:1-13). Tentunya orang yang dirasuki setan itu akan sangat berterimakasih untuk ini tapi orang akan terheran-heran apa yang pemilik babi-babi tersebut rasakan. Hilangnya ternak mereka mestinya telah menimbulkan kesulitan keuangan yang besar bagi mereka. Tak heran jika setelah insiden ini kita mendengar cerita bahwa penduduk desa disekitarnya datang kepada Yesus dan memohon kepadanya agar meninggalkan kampung mereka. (Markus 5:17). Harap dicatat bahwa Matius membawakan cerita yang sama tapi dia membumbui bahwa bukan hanya satu tetapi dua orang yang dari tubuhnya roh jahat telah diusir keluar. (Matius 8:28-32)
Keajaiban yang disebut sebut ini membuat Yesus makin terlihat tak memperdulikan yang sifatnya alami. Dia sebenarnya dengan mudah bisa mengusir para iblis tersebut tapi sebaliknya malah memilih untuk malakukan cara yang kejam dengan yang meyebabkan banyak sekali binatang yang benar benar tak membahayakan maupun bersalah mati. Dilain saat, dia menggunakan tenaga ajaibnya untuk membunuh sebatang pohon ara hanya karena pohon ara tersebut tidak bisa berbuah. (Matius 21:18-20). Kelihatannya dia tidak pernah memikirkan bahwa binatang binatang dapat hidup dari memakan daun pohon tersebut, burung-burung bisa bersarang di dahan-dahannya, yang lewat bisa berteduh di bawahnya dan akarnya bisa mencegah tanah longsor karena hujan dan angin - yang mungkin menjelaskan mengapa pohon itu dibiarkan tumbuh. Tak ada untung sama sekali yang bisa didapat dari membunuh pohon - ini kurang lebih seperti vandalisme yang bersifat iseng iseng.
Selagi beberapa mukjizat Yesus tak terlihat mempunyai maksud-tujuan yang jelas mujizat-mujizatnya yang lain kelihatan lebih dungu lagi. Suatu ketika Yesus diundang ke perjamuan pernikahan. Setelah beberapa persediaan anggur untuk diminum habis maka Yesus mengubah air-air didalam tempayan-tempayan yang ada menjadi anggur. (Yohanes 2:1-11). Memang benar tuan rumah pasti berterimakasih karena tidak harus pergi untuk membeli alkohol lagi, tapi inikan tak ada juntrungannya dimana Tuhan menitis sebagai manusia, turun kebumi dan menggunakan kekuatannya hanya agar orang tidak kehabisan minuman dalam pesta mereka.
Ketidak-tetapan
Apa yang telah kita ucapkan di atas menujukkan bahwa selagi beberapa ajaran Yesus adalah baik, yang lainnya kejam, tidak praktis, dan dalam kasus tertentu dungu. Dan bisa jadi tak heran kalau bukan saja orang Kristen tak bisa mempraktekan ajarannya Yesus, tapi Yesus sendiripun sering tidak menjalankan ajaran-ajarannya. Dia mengajar kita untuk mencintai tetangga kita tapi dia nampaknya ada masalah besar untuk melakukan ini. Dia percaya bahwa ajarannya bisa membawa manusia ke surga dan toh dia juga secara khusus menyuruh murid-muridnya untuk tidak mengkhotbahkan Injil kepada siapapun selain kaumnya sendiri, orang Yahudi.
Janganlah pergi ketengah tengah bangsa lain (non-Yahudi) atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan carilah domba-domba Isarel yang hilang” (Matius 10:5-6)
Ketika seorang wanita malang yang sedang bersedih datang kepada Yesus memohon pertolongan ia menolak untuk menolong hanya sebab wanita tersebut bukan orang Yahudi. Yang Injil ajarkan orang Kanaan adalah, ia berkata, seperti mengambil makanan yang seharusnya untuk anak-anaknya lalu melemparkannya kepada anjing-anjing.
Seorang perempuan bangsa Kanaan dari dekat-dekat sana mendatanginya sambil tersedu-sedu ‘Tuan, anak Daud, kasihanilah daku! Anak perempuanku menderita kesurupan” Yesus sama sekali tidak menjawab. Lalu murid-muridnya mendekatinya dan memohon kepadanya,’Usirlah dia, karena dia terus membuntuti kita sambil menangis’. Dia menjawab, ‘Aku hanya diutus untuk domba-domba Israelyang hilang’. Perempuan itu mendekatinya dan berlutut didepannya, ‘Tuan, tolonglah saya’ katanya. Dia menjawab, ‘Tak benar jika kuambil roti anak-anakku dan melemparkannya kepada anjing anjing itu’(Matius 15:22-26).
Hanya setelah didesak oleh murid-muridnya, Yesus akhirnya memutuskan untuk menolong wanita itu. Inilah hebatnya mengasihi tetangga. Yesus mengajar bahwa kita harus mengasihi musuh kita, tetapi kembali dia kelihatannya ada kesulitan dalam melakukannya. Ketika orang Farisi mengkritiknya dia membalas dengan makian yang mengutuk dan menghina. (contohnya Yohanes 8:42-47, Matius 23:13-36)
Yesus mengatakan janganlah kita menghakimi orang (Matius 7:12) dan dia juga bilang bahwa dia sendiri tidak menghakimi siapapun (Yohanes 8:15). Tapi sebaliknya dari ini dia terus-menerus menghakimi dan mengutuk orang lain, seringkali dalam cara yang kasar dan dan tak pandang bulu. (Yohanes 8:42-47, Matius 23:13-16)
Supaya sesuai dengan Perjanjian Lama Yesus mengajarkan kita untuk menghormati orang tua kita (Matius 19:19) Dilain saat dia mengajarkan kita untuk berbuat yang sebaliknya.
Barang siapa yang datang kepadaku dan ia tidak membenci bapak dan ibunya dan isteri, anak-anak, serta saudara-saudaranya yang laki-laki maupun perempuan, bahkan jiwanya sendiri,maka ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” (Lukas 14:26)
Ini mengharuskan bahwa untuk mencintai Yesus kita harus bersedia untuk membenci yang lain, bahkan orang tua kita sendiri, kelihatannya amat bertentangan dengan ide hormat terhadap orang tua - apalagi untuk mencintai tetangga! Pernah waktu ibu Yesus dan saudara-saudaranya datang untuk menemuinya ketika dia sedang berkotbah hanya untuk di tolak secara kasar.
Dan ibunya dan saudara-saudara laki-lakinya mendatangi, sambil berdiri di luar mereka menyuruh orang datang dan memanggilnya. Dan orang orang sedang mengelilinginya, dan mereka berkata kepadanya: ‘ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar, memanggilmu’ Yesus menjawab, ‘Siapa ibu dan saudara-saudara-Ku?’ sambil melihat kepada orang-orang yang duduk di sekelilingnya, dia berkata: ‘Inilah ibu dan saudara-saudara-Ku!’ (Markus 3:31-35)
Pernah ibunya berbicara kepadanya dia menbentaknya: ‘Hai perempuan ada apa engkau denganku?’ (Yohanes 2:4) Dan toh selagi beraksi seperti ini kepada orang tuanya dia bisa mengatai orang Farisi atas kemunafikan mereka akan hukum tentang hormat terhadap ibu dan ayah. (Matius 15:3-6, Markus 7:10-13)
Di dalam beberapa contoh, sulit untuk menuduh Yesus atas tidak melaksanakan sesuai dengan kotbahnya dengan alasan yang sederhana bahwa dia mengajar hal hal yang saling kontradiksi. Orang Kristen sudah terbiasa dengan anggapan seperti ‘Yesus yang lemah lembut’, karena perintahnya ‘berikan pipi yang satu lagi’ dan ‘jangan menentang yang jahat’ (Matius 5:39). Dan memang Yesus terlihat kadang-kadang pernah melakukan ini. Tapi disaat-saat lain dia jelas-jelas menjalankan peran sebagai orang yang brutal.
Janganlah mengira bahwa Aku datang untuk membawa perdamaian keatas bumi. Aku bukan datang untuk perdamaian tapi pembunuhan. Aku telah tiba untuk membuat seseorang menentang ayahnya, seorang anak perempuan melawan ibunya, seorang menantu perempuan berhadapan dengan ibu mertuanya, dan musuh setiap orang nantinya adalah para anggota keluarganya (Matius 10:34-36).
Tentunya dia tak merasa salah jika menggunakan kekerasan bila dikiranya perlu. Ketika dia melihat para penukar uang diBait Allah dia tak dapat mengendalikan emosinya dan menjalankan kekerasan.
Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari halaman kuil: dia mencerai-beraikan kepingan-kepingan uang logam milik para penukar uang dan menterbalikan meja meja mereka (Yohanes 2:15).
Sebelum ditangkap Yesus telah menduga keributan akan terjadi maka dia menyuruh murid-muridnya untuk mempersiapkan diri mereka dengan mencari senjata-senjata.
Jika tidak mempunyai sebilah pedang juallah jubahmu dan beli sebatang (Lukas 22:36)
Ketika dia ditangkap terjadi perkelahian dimana ‘salah satu dari teman Yesus’ mencabut pedangnya dan menghantam pembantu pendeta tinggi, memutuskan telinganya.” (Matius 26:51). Sulit sungguh bagi orang Buddhis untuk menyama-ratakan ini dengan ide kesempurnaan. Untuk membalas orang yang menuduh, untuk kehilangan kendali amarah, dan menganjurkan orang membawa persenjataan dan menggunakan mereka terlihat menurunkan nilai secara keseluruhan dari apa yang disebut kesempurnaan moral.
Ditahap ini mungkin yang baik untuk menunjukkan bahwa selagi hampir seluruh ajaran-ajaran Yesus yang tak memadai dan terkonsepsi secara tak tepat, ada juga yang sangat baik. Ajarannya cinta-kasih, maaf, rendah hati, dan melayanani yang sakit dan miskin pantas mendapat pujian tertinggi. Meski demikian, tak ada satupun yang unik. Ide-ide semacam itu bisa didapat, malahan lebih lengkap, dalam ajaran Buddha, Kong Hu Cu, Mo Tzu, Mahavira, Guru Nanak, dan lain-lain, diman hampir semua dari mereka hidup ratusan tahun sebelum Yesus. Yang baik dalam ajaran Yesus tidaklah unik dan apa yang unik di dalam ajaran Yesus tidak tentu baik.
Orang Kristen mendapat kesulitan yang besar untuk mengerti mengapa orang Buddhis dan non-Kristen lainnya tak mau menerima Yesus sebagai raja dan juru selamat seperti yang mereka lakukan.Tapi ketika membaca kehidupan dan ajaran-ajaran Sang Buddha - seorang yang tersenyum waktu dihujat, tetap tenang ketika dipanas-panasi dan selalu menghimbau antuk tidak melakukan kekerasan - alasan bagi penolakan mereka menjadi jelas
6
KRITIK TERHADAP ALKITAB
Kristiani adalah agama yang berdasarkan buku (kitab). Tak ada bukti bagi klaim-klaim dan ajaran-ajaran Kristen selain yang tertulis di Alkitab dan hanya ini saja yang membuat kitab ini menjadi landasan bagi agama Kristen. Di masa lalu juga dimasa kini orang Kristen saling berdebat mengenai isi Alkitab tentang arti dari ungkapan-ungkapan dan kata-kata dan mencoba meyakinkan yang non-Kristen akan kebenaran dari sebuah buku yang bahkan mereka sendiri saling tidak setuju. Tapi satu hal yang semua orang Kristen setuju adalah bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan - bukan yang berisi Firman Tuhan, tetapi adalah Firman Tuhan, yang tak bisa salah, petunjuk-petunjuk lengkap yang diberikan Tuhan kepada manusia. Kita akan menguji kleim ini dan menujukkan bahwa seperti hampir semua kleim-kleim yang dibuat oleh orang Kristen hanya mempunyai bobot yang amat kecil sekali.
Apakah ini Firman Allah?
Kalau Alkitab benar-benar Firman Tuhan ini akan mengindikasikan bahwa dia adalah mahluk yang sungguh aneh. Seorang akan menduga bahwa Sang Pencipta alam semesta ini hanya berbicara kepada manusia hanya pada saat ada kepentingan dan yang dikatakannya akan menjadi tanda yang abadi. Nyata bukan demikian. Tawarikh misalnya kurang lebih terdiri dari daftar nama orang-orang yang kita tahu sedikit sekali mengenai mereka atau tidak sama sekali dan yang telah meninggal ribuan tahun yang lalu. Tak ada perintah-perintah, tidak ada prinsip-prinsip etika, tidak ada petunjuk bagaimana seharusnya hidup yang baik atau petunjuk cara menyembah Tuhan – hanya halaman demi halaman dari nama-nama yang tidak berguna. Mengapa Tuhan mau menyia-nyiakan waktuNya dan waktu kita untuk hal seperti ini? Dan bagaimana pula dengan Kidung dari Solomon? Kitab ini berisi tentang koleksi-koleksi puisi cinta yang erotis. Sekali lagi, dengan dunia yang penuh dengan kekacauan seseorang selayaknya menganggap Tuhan bisa memikirkan sesuatu yang lebih penting untuk diajarkan kepada manusia katimbang yang ini.
Lalu kita tiba kepada Injil-Injil yang menceritakan kembali kehidupan Yesus. Mengapa Tuhan memutuskan untuk memperlihatkan seluruh kehidupan Yesus, bukan hanya sekali, tapi empat kali? Dan mengapa dia telah memperlihatkan apa yang , jelas jelas, merupakan empat versi berbeda dan kontradiksi satu sama lain mengenai cerita yang sama? Tidak seperti orang Kristen, ahli-ahli sejarah memberikan jawaban yang terasa seperti masuk akal terhadap pertanyaan-pertanyaan ini. Alkitab bukanlah wahyu dari Tuhan, melainkan sebuah kumpulan yang kurang rapih yang ditulis oleh orang-orang yang berbeda, dalam jangka waktu yang berabad-abad, yang dirubah isi dan susunannya dari waktu ke waktu, berisikan legenda legenda, cerita cerita, silsilah-silsilah, dongeng-dongeng, tulisan-tulisan suci dan duniawi. Tidak lebih diwahyui dari Tuhan dibanding dengan buku-buku cerita-cerita pengembaraan (Illiad dan Odysey), Ramayana, ataupun Mahabharata buku-buku yang lebih mirip dengan Alkitab.
Apakah Alkitab Diwahyukan?
Orang-orang Kristen mengkleim bahwa meskipun tulisan-tulisan dalam Alkitab ditulis oleh orang-orang yang berbeda, orang-orang ini diberikan wahyu dan dituntun oleh Tuhan waktu menulis. Sementara orang-orang Kristen modern membuat klaim seperti ini, para pengarang dari kitab-kitab dijaman kuno tidak pernah berkata demikian. Contohnya Lukas pada awal kitabnya menuliskan:
Telah demikian banyak yang menyusun tulisan mengenai peristiwa peristiwa yang telah terjadi ditengah ditengah kita …..kelihatannya alangkah baiknya jika aku juga, setelah mengikuti peristiwa peristiwa ini dari dekat dalam waktu yang cukup lama, menulis catatan yang teratur untukmu……(Lukas 1:1-3)
Tidak membicarakan tentang yang diisi dengan roh Allah baik sebelum ataupun sewaktu menuliskan kitab, dia hanya mengatakan bahwa rekan yang lainnya telah membuat cerita tentang kehidupan Yesus, maka ia sendiri berpikir adalah mungkin ide yang bagus baginya untuk juga menulisnya. Kalau benar dia diwahyukan oleh Tuhan untuk menulis Injil, mengapa itu tidak dikatakannya? Tetapi kleim mengenai wahyu tidak hanya bukan kenyataan, juga menimbulkan sebuah masalah yang serius. Orang Kristen selalu mengkleim bahwa di dalam doa Tuhan berbicara kepada mereka, memberikan mereka nasihat dan memberitahu perbuatan mereka. Mereka mengkleim juga bahwa suara Tuhan sangat langsung, sangat jelas dan sangat nyata. Tapi jika mereka tak ragu ragu bahwa Tuhan sedang berkomunikasi dengan mereka pasti kata-katanya harus dicatat dan dimasukkan didalam Alkitab. Alkitab memuat kata kata yang dinyatakan Tuhan kepada Musa, Yosua, Matius, Markus, Petrus dan Paulus, lalu mengapa kata kata yang dikeluarkannya untuk orang Kristen dijaman Modern tidak mau diikut-sertakan? Orang-orang Kristen akan mencegat suara suara semacam ini yang hanya mennunjukkan bahwa mereka sebenarnya tidak begitu yakin bahwa kata-kata yang mereka dengar dalam hati mereka benar benar datangnya dari Tuhan.
Satu Alkitab Atau sejumlah?
Pada jaman dulu, tidak ada dari Perjanjian Lama yang ditulis menurut standard yang sama. Kelompok-kelompok Yahudi yang berbeda dan wilayah-wilayah yang berbeda masing masing mempunyai versi mereka sendiri-sendiri. Ada versi Septuagint, Aquila, Theodosi dan juga versi Symmachu, semuanya memuat tulisan yang berbeda dan jumlah kitab yang berbeda. Perjanjian lama yang digunakan oleh orang-orang Kristen jaman sekarang adalah berdasarkan pada versi Masonetik, yang hanya muncul setelah Jamnia Synod pada akhir abad pertama Sesudah Masehi. Perjanjian Baru tidak muncul dalam bentuknya seperti sekarang sampai tahun 404 Sesudah Masehi. Sebelum masa itu, Kitab-kitab Thomas, Kitab-kitab Nikodemus, The Acts of Peter, The Acts of Paul dan selusin buku lainnya tidak dimasukkan ke dalam Alkitab. Di tahun 404 SM, kitab-kitab tersebut berisikan ajaran yang bertentangan dengan ilmu ketuhanan orang Kristen pada waktu itu. Salah satu kitab tertua, Kodex Sinaitikus, mencantumkan Surat dari Barnabas, Injil yang tidak diikutsertakan di dalam Alkitab moderen. Kalau buku-buku tersebut dianggap sebagai wahyu Tuhan oleh orang-orang Kristen pertama, mengapa orang Kristen moderen tidak menganggap buku-buku tersebut wahyu Tuhan juga?
Ketika kita memperhatikan kepada Alkitab yang digunakan oleh Kristen moderen, kita menemukan ada beberapa versi yang berbeda. Alkitab yang digunakan oleh Gereja Ethiophia, salah satu gereja paling kuno dari semua gereja, mencantumkan Kitab-kitab Enoch dan Gembala orang-orang Herma, yang tidak ditemukan di versi yang digunakan oleh Katolik maupun Protestan. Alkitab yang digunakan di Gereja Katolik mencantumkan Kitab-kitab Yudith, Tobias, Baruch, dll yang dihapus oleh Gereja Protestan. Profesor H.L. Drummingwright dari Southwestern Baptist Theological Seminary dalam pengenalan Alkitabnya, menjelaskan mengapa buke-buku tersebut dibuang dari Alkitab yang digunakan oleh gereja Protestant. Buku-buku tersebut, katanya,”dalam hampir semua Alkitab Protestan sampai abad ke-19, ketika penerbit, yang dipimpin oleh Badan Alkitab Inggris dan Asing dengan sukarela meniadakan buku-buku tersebut.” Sekali lagi, buku-buku tersebut berisi ide-ide yang gereja-gereja lain tidak suka hingga mereka menghapusnya. Bagaimana buku Yudith yang berisi ucapan Allah yang mula-mula tak bisa salah itu dan kemudian salah? Mengapa ada begitu banyak alkitab dengan versi yang berbeda? Dan Alkitab mana yang berisi Firman Tuhan yang tak mungkin salah?
Adakah Kesalahan-kesalahan Di Dalam Alkitab?
Telah kita lihat sebelumnya bahwa ada banyak sekali kesalahan-kesalahan dalam Alkitab, tapi kita hendaknya mengambil tiga contoh lagi dalan hal kebenarannya. Sekarang ini, bahkan anak-anak sekolahpun tahu bahwa bumi bergerak; berputar pada porosnya dan pada saat yang sama berputar mengelilingi matahari. Kita juga tahu bahwa keping-keping tektonik di permukaan bumi juga bergerak. Akan tetapi Alkitab, terang-terang menyatakan bahwa bumi tidak bergerak. Dalam Tawarikh I 16:30 di Alkitab tertulis,”Dunia dijadikan dengan mantap, tidak dapat digerakkan.” (Lihat juga Mazmur 93:1, 96:10, 104:5)
Disini, dan dibanyak bagian, Alkitab bertentangan dengan bukti ilmiah. Lebih-lebih lagi Alkitab tidak saja berlawanan dengan kenyataan ilmiah tapi juga berlawanan dengan isinya sendiri. Perhatikanlah cerita tentang penciptaan. Dalam buku pertama dari Alkitab, dikatakan bahwa Tuhan menciptakan semua tumbuhan dan pohon pada hari ke-tiga (Kejadian 1:11-13), semua burung, binatang dan ikan pada hari kelima (Kejadian 1:20-23) dan akhirnya, Laki-laki dan perempuan pada hari ke-enam (Kejadian 1:26-27). Tetapi tak jauh dari situ ada versi lain tentang cerita penciptaan mengatakan bahwa Tuhan menciptakan manusia terlebih dahulu (Kejadian 2:7), kemudian semua tanaman dan pohon (Kejadian 2:9), sesudah itu semua burung dan binatang (Kejadian 2:19) dan kemudian barulah Tuhan menciptakan wanita (Kejadian 2:21-22). Kedua versi cerita ini jelas saling bertentangan.
Sekarang lihatlah Kisah Nabi Nuh. Di satu tempat dalam Alkitab kita diberitahu bahwa Nuh membawa dua dari setiap binatang, lalu memasukkannya ke dalam bahtera (Kejadian 6:19). Kemudian Alkitab menyatakan Nuh membawa tujuh pasang dari binatang-binatang yang dan burung-burung bersih dan dua dari mahluk lainnya dan memasukkannya ke dalam bahtera. (Kejadian 7:2). kembali Alkitab bertentangan sendiri. Orang Kristen tak setuju dengan ini dengan mengatakan bahwa kesalahan-kesalahan ini dan yang lain dalam Alkitab hanya kecil dan tak berarti. Bagaimanapun juga, hanya satu kesalahan yang diperlukan untuk membuktikan Alkitab tidak bisa tanpa salah. Juga, kalau kesalahan-kesalahan dalam hal yang kecil kesalahan bisa dibuat, maka dibagian penting dapat terjadi. Dan, akhirnya, satu kesalahan adalah bukti bahwa Alkitab bukanlah firman Allah atau Tuhan bisa berbuat kesalahan-kesalahan.
Apakah Alkitab Merupakan Kesaksian Yang Bisa Diandalkan?
Kita telah melihat bahwa Alkitab bukanlah tak mempunyai kesalahan dan karena itulah tak bisa disebut wahyu. Jadi kalau bukan kata-katanya Tuhan kata-katanya siapakah Alkitab itu? Banyak tulisan-tulisan dalam Alkitab dinamakan menurut nama orang-orang yang dianggap telah menulisnya. Maka Injil Matius dianggap sebagai telah ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus. Injil Markus ditulis seharusnya telah ditulis oleh Markus, murid Yesus yang lain, dan seterusnya.
Orang Kristen boleh saja mengkleim bahwa bahkan jika Alkitab tidaklah harus menjadi wahyu bebas dari kesalahan ini merupakan kesaksian dari orang-orang yang boleh dipercaya. Mereka boleh saja mengkleim bahwa Matius, Markus, Lukas dan Yohanes mengenal Yesus dengan baik, mereka hidup bersama Yesus untuk beberapa tahun, mereka mendengar ajaran-ajarannya dan mereka menulis apa yang mereka saksikan dan dengar dan tidak ada alasan bagi mereka untuk berbohong ataupun melebih-lebihkan. Jadi orang Kristen boleh saja mengkleim bahwa Alkitab adalah kesaksian yang bisa diandalkan. Selain sebagai kesaksian harus bisa dipercaya datangnyapun harus dari orang yang bisa diandalkan, orang-orang yang latarbelakangnya baik. Apakah murid-murid Yesus orang yang seperti itu? Marilah kita tinjau.
Beberapa dari murid Yesus adalah pemungut cukai (Matius 9:9), seorang yang tidak jujur dan dari kelas yang tak terpandang (Matius 18:17); yang lain hanyalah nelayan yang buta huruf (Markus 1:16-17). Simon adalah orang Zelot/pemberontak (Lukas 6:15), orang-orang yang dikenal karena kefanatikannya dan juga perlawanannya yang beringas terhadap kekuasaan Romawi, dan seperti banyak orang lainnya yang terlibat dalam gerakan politik terlarang dia menggunakan nama samaran sehingga dia juga dikenal sebagai Petrus/Rocky (Matius 10:2). Petrus dan James diberi julukan “Boanerges” yang berarti “putra petir” (Markus 3:17) sekali lagi telah memberikan gambaran kepada kita akan keterlibatan mereka di dalam politik. Ketika Yesus ditangkap, murid-muridnya membawa pedang dan bersedia menggunakan pedang itu (Matius 26:51, Lukas 22:49). Sulitlah untuk kita merasakan ketenangan bila dekat dekat orang orang sejenis mereka itu.
Satu hal lainnya yang hendaknya membuat kita was-was untuk percaya kepada kesaksian murid-murid Yesus adalah mereka tampaknya seringkali salah mengerti apa yang Yesus katakan. (Markus 4:13, 6:52, 8:15-17, 9:32; Lukas 8:9, 9:45). Mereka yang seharusnya telah melihat Yesus mepertunjukkan mukjizat yang mempesona, dan toh tetap saja mereka meragukannya. Yesus memaki mereka dan menyebut mereka “orang-orang tipis imannya” (Matius 8:26, 17:20). Haruskah kita percaya akan catatan dari orang-orang yang sering tidak mengerti ucapan yang ditujukan kepada mereka, yang Yesus sebut orang-orang yang tipis imannya? Bahkan bila orang yang telah mengenal dan melihat Yesus saja punya “sedikit kepercayaan” bagaimana mungkin kita, yang tidak pernah melihat dia, bisa diharapkan percaya akan dia?
Bagaimana tak andal dan tak berimannya para penulis Alkitab adanya paling jelas digambarkan oleh apa yang mereka perbuat sebelum dan disaat Yesus ditangkap. Dia menyuruh mereka untuk berjaga-jaga tapi mereka malah tertidur (Matius 26:36-43). Setelah Yesus tertangkap, mereka berbohong dan bahkan menyangkal bahwa mereka mengenal Yesus (Markus 14:66-72), dan setelah Yesus dihukum mati mereka lantas kembali menjadi nelayan (Yohanes 21:2-3). Dan siapa mula mula yang mengkhianati Yesus? Muridnya Yudas (Matius 26:14-16). Bergaul dengan pendosa, pembohong dan yang dungu untuk menolong mereka, sepert yang Yesus lakukan, adalah perbuatan yang baik. Tapi haruskah kita percaya setiap ucapan dari orang-orang seperti itu?
Suatu hal yang lebih menjengkelkan tentang murid-murid Yesus adalah berapa orang dari mereka yang sering kerasukan setan atau iblis. Maria Magdalena yang menyatakan telah menyaksikan kebangkitan Yesus, pernah kesurupan tujuh iblis (Markus 16:9). Setan masuk kedalam Yudas (Lukas 22:3), mencoba merasuki Simon (Lukas 22:31) dan Yesus pernah sekali memanggil Petrus, murid utamanya, “Setan” (Matius 16:23) menandakan bahwa Petruspun kerasukan setan saat itu. Entah itu kerasukan setan benar benar terjadi ataupun hanya menunjukkan gejala dari kelainan jiwa yang serius seperti yang diyakini oleh psikiater jaman sekarang, apapun juga ini menunjukkan bahwa kita hendaknya menanggapi kata kata dari pengikut Yesus dengan kewaspadaan yang besar.
Siapa Sih Yang Sesungguhnya Menulis Injil?
Kita telah melihat bahwa Alkitab tak bebas dari kesalahan, bukan wahyu, dan bukan kesaksian yang andal. Sekarang kita akan meperlihatkan bahwa Alkitab bahkan bukan ditulis yang dikabarkan telah menulisnya. Marilah kita tinjau lima kitab pertama dari Alkitab: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan. Kelima buku tersebut mengkisahkan penciptaan dunia, wahyu pertama dari Tuhan kepada manusia, dan sejarah awal suku-bangsa Israel dan katanya ditulis oleh Musa. Mereka, nyatanya, sering disebut “kitab Musa”. Namun, ini jelas tak mungkin, karena dalam buku-buku ini terdapat laporan tentang kematian Musa.
“Demikianlah Musa seorang hamba Tuhan mati disana ditanah Moab, sesuai dengan firman Tuhan, Dan mereka mengubur dia di suatu lembah di tanah Moab diseberang Bet-Peor, tapi tak seorangpun yang tahu tempat kuburnya hingga hari ini.” (Ulangan 34:5-6)
Bagaimana mungkin sih seseorang bisa menulis tentang kematian dan penguburannya sendiri? Kitab Ulangan pasti, setidak tidaknya, pasti telah ditulis bukan oleh Musa.
Sekarang marilah meninjau Perjanjian Baru. Injil Matius mestinya ditulis oleh Matius (pemungut cukai/pajak, orang yang ragu, orang yang tipis iman), salah seorang murid Yesus. Dengan mudah kita tunjukkan bahwa Matius tidak mungkin menulis Injil Matius. Kita membaca:
“Selagi Yesus meneruskan perjalanan, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di kantor pajak dan berkatalah ia kepadanya: “Ikutlah Aku.” Maka berdirilah dia lalu mengikutinya.” (Matius 9:9)
Bukan cuma saat kini ataupun masa lampau penulis menempatkan dirinya sebagai orang ketiga. Kalau Matius yang sesungguhnya menulis Injil Matius, kita tentunya akan membaca:
“Selagi Yesus meneruskan perjalanan dari sana ia melihatku sedang duduk dikantor pajak, berkatalah ia kepadaku: “Ikutlah Aku.” Dan aku berdiri dan mengikutinya.”
Jelas-jelas ini bukan tulisan Matius tapi oleh orang ketiga. Siapa adanya orang ketiga ini tak kita ketahui tapi para ahli Alkitab telah menebak-nya. Dalam prakata dari terjemahan Injil Matius, sarjana Alkitab terkemuka J.B Phillip mengatakan:
Tradisi awal menganggap Injil ini dibuat oleh Rasul Matius tapi hampir semua para sarjana saat ini tak menerima pendapat ini. Pengarangnya, yang masih saja kita katakan Matius cuma menuliskan kumpulan ujar-ujar tradisi. Dia dengan bebas menyalin dari injil Markus, meski dia menyusun kembali tata kejadiannya, dan dibeberapa tempat menggunakan istilah lain untuk cerita yang sebenarnya itu itu juga.
Suatu pengakuan yang amat mendongkolkan, apalagi datangnya dari seorang sarjana kitab-suci Kristen yang terkenal. Kita diberitahu bahwa “hampir semua” sarjana Alkitab moderen menolak pendapat bahwa Injil Matius benar benar telah ditulis oleh Matius itu sendiri. Kita diberitahu bahwa meski pengarang asli injil Matius itu tidak diketahui siapa, kan lebih enak jika menyebutnya Matius saja. Berikutnya kita diberitahu bahwa siapapun yang menulis Injil Matius telah “dengan sesuka hati” menjiplak isi Injil Markus. Dengan kata lain, Injil Matius adalah jiplakan yang bahan-bahannya telah “ditata-ulang” dan dinyatakan ulang dalam “kata-kata yang berbeda”. Maka kelihatan dalam injil Matius, bukan saja kita tidak menemukan firman Tuhan, kita bahkan tidak menemukan kata-kata dari Matius sendiri.
Berkat jasa dari para sarjana Alkitab seperti Profesor J.B. Phillips, mereka terang-terangan mengakui ini serta tentang keaslian karangan Alkitab yang meragukan, nah pengakuan-pengakuan seperti inilah yang mengkleim bahwa Injil-injil yang ditulis oleh murid-murid Yesus pasti tidak benar.
Kesalahan-kesalahan Dan variasi-variasi Dalam Alkitab
Jika kita tiinjau bagian bawah dari halaman-halaman pada hampir semua Alkitab kita akan mendapati catatan-catatan. Catatan-catatan ini menunjukkan kesalahan-kesalahan, variasi-variasi maupun bacaan-bacaan yang meragukan dalam tulisan Alkitab. Dan ada ratusan jumlahnya. Sebagian dari kesalahan atau variasi ini hanya terdiri dari beberapa kata tapi sebagian lainnya adalah cerita-cerita yang panjang. (seperti contoh, lihatlah catatan untuk Lukas 9:55-56; Yohanes 5:3, Acts 24:6; I Korintus 8:36-38; 11:4-7; 2 Korintus 10:13-15). Juga perhatikan catatan untuk Markus 16:9-20 yang mengatakan bahwa isi dari Markus 16:9-20 tidak ditemukan di catatan kuno. Dengan kata lain, kisah yang cukup panjang ini telah ditambahkan disaat kemudian. Bagaimana bisa orang Kristen dengan jujur menyatakan bahwa Alkitab bebas dan tanpa kesalahan ketika semua kesalahan diperlihatkan disetiap bagian bawah dari seluruh halamannya?
Di dalam Perjanjian Baru, Yesus dan murid-muridnya sering mengutip dari Perjanjian Lama dengan tujuan untuk menjelaskan sesuatu atau, biasanya, untuk berusaha membuktikan bahwa Perjanjian Lama menubuatkan kejadian-kejadian di dalam kehidupan Yesus. Tetapi ketika kita membandingkan kutipan-kutipan tersebut dengan isi asli Perjanjian Lama, kita menemukan bahwa keduanya itu hampir selalu berbeda. Kita akan menggunakan Versi Internasional Baru dari Alkitab.
Perjanjian Lama
“Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, Meski kau kecil diantara para keluarga Yehuda, darimu akan datang untukku seorang yang akan memerintah Israel, yang asalnya dari jaman dahulu kala” (Mikha 5:1)
Perjanjian Baru
“Dan engkau, Betlehem, ditanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara para pemimpin Yehuda, karena dari engkaulah bangkitnya seorang gembala bagi umat-Ku Israel.” (Matius 2:6)
Kutipan di Perjanjian Baru ini bukan hanya beda kata-katanya, juga berubah arti dari aslinya. Apakah Matius keliru waktu mengutip Perjanjian Lama karena dia tidak terbiasa dengan isi Perjanjian Lama dan membuat satu kesalahan? Apakah dia sengaja mengubah kutipan supaya berubah artinya? Ataukah Perjanjian Lama yang Matius gunakan itu berbeda dengan yang kita miliki sekarang? Perjanjian baru mengutip dari perjanjian lama lusinan kali dan hampir tak ada kutipan yang tepat.Orang Kristen akan memprotes dan mengatakan bahwa perubahan-perubahan ini hanyalah kecil dan tak penting. Mungkin begitu, tapi inilah bukti-buktinya bahwa Alkitab banyak salahnya, tidak seperti yang dipujikan oleh orang Kristen. Juga anehnya Matius, Markus, Lukas, Yohanes dan Paulus, yang menurut orang Kristen diberikan mendapat wahyu dari Tuhan untuk menulis Perjanjian Baru, bahkan masih saja tak dapat mengutip secara tepat dari Perjanjian Lama.
Mengganti Doa Bapa Kami
Yesus mengajar murid-muridnya Doa kepada Tuhan sebelum dia meninggal dan sejak itu generasi-generasi Kristen selanjutnya telah menghafalnya. Tetapi siapapun yang menghafalnya 20 tahun yang lalu akan harus mempelajari lagi karena Doa ini telah diubah. Kita akan membandingkan Doa yang asli yang ditemukan disemua Alkitab mulai 20 tahun yang lalu dengan Doa ini sekarang dalam versi Internasional yang Baru (NIV) akan terlihat adanya make-up atas ajaran Yesus yang paling penting.
Alkitab Versi King James
Bapak kami yang ada disuga, dimuliakan namamu, datanglah kerajaanmu, jadilah engkau dibumi seperti disurga. Berilah kami makanan sehari-hari; dan maafkan kami atas kesalahan kesalahan seperti kamipun memaafkan yang bersalah kepada kami. Dan janganlah membawa kami kedalam cobaan, tapi bebaskan kami dari kejahatan, karena milikmu adalah kerajaan dan kekuasaan, dan kemenangan yang abadi. Amin.
Alkitab Versi Internasional Baru
Bapak, dimuliakanlah namamu, datanglah kerajaanmu. Berikanlah kami makanan setiap hari. Ampuni dosa-dosa kami, karena kamipun mengampuni semua yang berdosa kepada kami. Dan janganlah membawa kami kedalam cobaan (Lukas 11:2-5)
Perhatikan ungkapan-ungkapan berikut ini - “yang ada disurga”,”jadilah engkau dibumi seperti disurga”,”tapi bebaskanlah kami dari kejahatan, karena milikmu adalah kerajaan dan kekuasaan, dan kemenangan yang abadi. Amin” - telah dibuang dari Doa Bapa Kami. Kita harus menanyakan kepada para sahabat Kristen kita mengapa ayat ayat ini dibuang dari ajaran yang paling terkenal dan penting dar semua ajaran Yesus. Tanyakan mereka yang mana dari kedua versi Doa yang berbeda ini yang bebas-salah, firman Tuhan yang tak pernah berubah. Tanyakan mereka siapa yang mempunyai cukup pengetahuan dan kebijakkan untuk mendandani Alkitab. Anda akan lihat bahwa mereka akan sulit untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan anda. Disini seperti dimana saja, para pembaca disarankan untuk pergi ke perpustakaan dan toko buku, carilah versi-versi Alkitab yang berlainan dan secara seksama bandingkan mereka. Kita akan melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Alkitab-Alkitab itu saling berlainan akibat tambal sulam.
Membuang Ayat-Ayat Alkitab
Bukti bahwa Alkitab telah mengalami tambal sulam bisa dilihat disetiap halaman jika kita perhatikan. Tulisan-tulisan Alkitab diatur ke dalam pasal-pasal kemudian di susun dalam ayat-ayat. Selagi membaca Alkitab, kita terkadang menemukan satu-dua ayat yang hilang. Pada halaman di produksi beberapa halaman dari Versi Internasional Baru yang dicetak oleh New York International Bible Society. Perhatikan ayat 44 dan 46 telah dihapus dari pasal 9 diinjilnya Markus. Ayat 37 telah dibuang dari pasal 8 dalam Kisah Para Rasul dan ayat 28 telah dibuang dari pasal 15 Injil Markus. Bagaimana orang Kristen bisa mengklaim bahwa Alkitab bebas-salah dan firman Tuhan yang tak pernah berubah kalau mereka membuang ayat-ayat dan kata-kata yang dirasakan kurang enak didengar? Dan mengapa ayat-ayat ini telah disingkirkan?
Cara menginterpretasi yang berdasar pilihan
Setiap kali orang-orang Kristen hendak meyakinkan kita akan kebenaran agama mereka, mereka akan mengutip dari Alkitab, Yakin akan perbuatannya, bahwa setiap kata dalam Alkitab itu adalah tulisan yang benar. Tapi ketika kita kutip dari Alkitab untuk membuktikan agama mereka primitif, bodoh atau tidak masuk akal (contohnya: asapa keluar dari hidung Tuhan dan api yang keluar dari mulut Tuhan, Psalms 18:7-8; atau keledai yang bisa berbicara, Bilangan 22:28) orang Kristen akan mengatakan: “ini sih cuma simbolis saja, bukan untuk diartikan sepert apa ditulis.” Orang Kristen mencomot dari sana-sini waktu menginterpretasikan Alkitab. Beberapa cerita adalah “Firman Allah” dan secara tulisan benar dan dibagian lainnya yang biasanya memalukan, bukanlah untuk diterjemahkan menurut apa yang tertulis. Apakah Alkitab adalah kata-kata Tuhan yang bebas-salah atau bukan, dapat dicomot-comot dan dipilih. Jika sebagian kisah kisah boleh dianggap apa adanya seperti yang tertulis dan yang lainnya tidak, bagaimana cara orang Kristen mengambil keputusan? Jika kisah kisah tentang keledaynya Balaam yang bisa bicara, Adam dan Hawa makan apel, atau Musa yang mengubah tongkatnya menjadi ular tak boleh diterjemahkan sesuai dengan tulisannya, mungkin juga, cerita cerita tentang kebangkitan Yesus mempunyai arti yang simbolis saja dan seharusnya tidak diartikan berdasar tulisannya.
7
BUDDHISME – SUATU ALTERNATIF YANG LOGIS
Kalau kamu tidak mendapat guru yang memuaskan, maka ambillah Dhamma yang pasti ini dan jalankanlah. Karena Dhamma itu pasti, dan bila dijalankan dengan baik akan membawa kesejahteraan dan kebahagiaanmu yang panjang.
Sang Buddha
Kristiani didasarkan atas kejadian sejarah yang dianggap tentu (perawan yang melahirkan anak, kebangkitan dari mati, dan lain-lain), satu-satunya catatan mengenainya adalah yang diduga sebagai catatan terpercaya yang disebut Alkitab. Jika kejadian-kejadian tersebut dapat dibuktikan tidak pernah terjadi, dan jika dokumen-dokumen yang mencatat kejadian tersebut bisa terbukti tak bisa dipercaya, maka Kristiani akan roboh. Dalam buku ini telah kita lihat bahwa kleim-kleim yang paling bagus saja juga tetap meragukan apalagi yang paling jelek, salah kaprah.
Ketika kita menguji ajaran Buddha, kita mendapatkan suasana yang sungguh beda. Walau kita dapat membuktikan bahwa sang Buddha tak pernah ada ataupun adanya kesalahan-kesalahan dalam tulisan-tulisan Buddhisme, ini tidak bakal meroyak Buddhisme. Mengapa? Karena Buddhisme bukan sejarah mengenai Buddha ataupun kejadian-kejadian pada masa lalu; melainkan mengenai penderitaan manusia, apa yang menyebabkan penderitaan, dan bagaimana cara mengatasinya hingga manusia dapat bebas, bahagia dan ceria. Jika ingin meneliti atau mengerti tentang Buddhisme kita jangan mencomot dari kitabnya untuk mengorek-orek arti kata-kata maupun ungkapan ungkapan; tapi sebaiknya lebih peka akan pengalaman kita. Marilah kita uji keempat prinsip yang menjadi dasar ajaran Buddhisme.
(i) Ketika kita mati kita lahir kembali
Orang-orang Kristen percaya bahwa ketika orang meninggal mereka hanya mempunyai satu dari dua tujuan yang mungkin - surga atau neraka. Mereka percaya bahwa kedua tujuan tersebut adalah abadi dan bahwa seseorang menjalaninya menurut keputusan Tuhan.
Buddhisme mengajarkan bahwa ketika orang meninggal, mereka bisa mempunyai berbagai macam tujuan (surga, neraka, sebagai manusia kembali, sebagai binatang, dan sebagainya). Buddhisme mengajarkan bahwa tidak satupun dari tujuan itu bersifat abadi dan bahwa, setelah menyelesaikan waktu dalam salah satu dari berbagai alam-kehidupan ini, ia akan meneruskan ke yang lain Buddhisme juga mengajarkan bahwa tujuan dari seseorang itu adalahsesuai keadaan karma dari orang itu ( misalnya seluruh jumlah dari kebaikan dan keburukan yang dilakukannya semasa hidupnya). Ini berarti bahwa semua orang baik, tanpa peduli apapun agamanya, akan mendapatkan nasib yang baik. Ini juga berarti bahwa meskipun yang melakukan kejahatanpun tetap akan mempunyai kesempatan untuk menjadi baik lagi di kehidupan selanjutnya.
Orang Kristen mengejek pandangan tentang kelahiran kembali dan mengatakan tidak ada bukti hal tersebut benar-benar terjadi. Tetapi pendapat tentang kelahiran kembali ini tidaklah begitu berbeda dengan pendapat orang Kristen tentang kehidupan setelah kematian - jika orang setelah kematian bisa menjadi malaikat di surga, mengapa mereka tidak bisa menjadi manusia di bumi? Dan dari segi bukti, yang pasti tidak ada bukti untuk teori kehidupan sesudah kematian dari Kristen sedang beberapa bukti bahwa orang bisa dilahirkan kembali itu ada (bacalah Twenty Cases Suggestive of Reincarnation, University Press of Virginia, Charlotteville USA, 1975)
(ii) Hidup adalah penderitaan
Prinsip berikutnya atas dasar yang mana Buddhisme diletakkan adalah pendapat bahwa hidup ini adalah derita. Meskipun orang Kristen menuduh orang-orang Buddhis pesimis karena mengatakan ini, warisan ketidakpuasan hidup adalah fakta yang dibenarkan oleh Alkitab: “ Didunia pasti engkau mempunyai kesulitan (Yohanes a6:33) “manusia dilahirkan kedalam kesusahan seperti percikan api yang beterbangan (Ayub 5:7) “Segala sesuatu mempunyai rasa bosan” (Pengkhotbah 1:8). “Bumi berduka dan menjadi layu, dunia menjadi lemah dan layu; surga surga bersama-sama dengan bumi menjadi lemah (Yesaya 24:4) Tapi selagi kedua agama mepunyai pemikiran yang cocok dalam hal ini mereka tidak cocok pada hal mengapa derita itu ada.
Orang-orang Kristen bergantung kepada hanya kepada kepercayaan untuk menjelaskan asal usul kejahatan dan penderitaan, mengkleim bahwa mereka semua disebabkan oleh Adam dan Hawa yang telah memakan apel. Buddhisme melihat penderitaan sebagai kejadian psikologis dengan sebab yang sifatnya psikologis - kemauan, ketergantungan, dan nafsu. Dan pengalaman kita membertahukan bahwa begitulah adanya. Disaat menginginkan sesuatu dan tidak bisa mendapatkannya, kita akan merasa frustasi, dan semakin kuat keinginan itu, semakin kuat juga rasa frustasinya. Bahkan jika kita mendapatkan apa yang kita mau tak lama kemudian kita akan menjadi bosan dan mulai menginginkan yang lain. Bahkan penderitaan badan disebabkan oleh ketergantungan karena ketergantungan yang kuat untuk hidup menyebabkan kita dilahirkan kembali dan ketika kita dilahirkan kembali kita bisa menjadi sasaran penyakit, kecelakaan, ketuaan dll, Buddhisme mengatakan bahwa meski berkat dari surgapun tidak permanen dan tidak sempurna, suatu kenyataan yang dipastikan oleh Alkitab. Alkitab memberitahu kita bahwa Setan dulunya adalah salah satu malaikat di surga, tetapi bahwa dia memberontak melawan Tuhan (contohnya dia tidak puas) dan dibuang dari surga ( contohnya keberadaan di surga tidak harus selalu abadi). Kalau pernah berada di surga seseorang bisa jatuh dari keadaan ini membuktikan bahwa surga bukan sempurna,seperti yang orang Kristen klaim, sempurna dan abadi. (Bacalah: Yesaya 14:12-15, 2 Petrus 2:4, Yudea 6, Wahyu 12:9)
(iii) Penderitaan bisa diatasi
Prinsip ketiga atas dasar mana Buddhisme diletakkan adalah ide dimana adalah mungkin untuk terbebas dari derita. Ketika ketergantungan dan keinginan berhenti, kehidupan seseorang menjadi lebih terpuaskan dan bahagia, dan disaat meninggal, ia tidak lagi ingin dilahirkan kembali. Keadaan bebas derita sepenuhnya ini disebut Nirvana dan dituturkan oleh Sang Buddha sebagai “Kebahagiaan Tertinggi” (Dhammapada 203). Orang Kristen sering salah anggap bahwa Nirvana adalah ketiadaan yang kosong dan menuduh Buddhisme penuh dengan kehampaan. Salah pngertian ini muncul karena ketidak-mampuan mereka untuk membayangkan konsep dari alam sesudah kehidupan yang lebih cocok daripada konsep surgawi mereka yang naif – suatu tempat “diatas sana” (Ps 14:2, 53:2) dengan pintu-pintu dan jendela jendela (Kejadian 28:17, Whayu 4:1,2, Raja-raja 7:2, Maleakhi 3:10), dimana Tuhan duduk diatas singgasana (Wahyu 4:2) dikelilingi oleh orang Kristen yang memakai baju yang indah dengan mahkota dikepala mereka meniup terompet (Wahyu 4:4). Sang Buddha secara terang-terangan mengatakan bahwa Nirvana bukanlah suatu kehampaan.
Ketika seseorang telah membebaskan pikiran, para dewa tidak bisa melacaknya, meski mereka menganggap: “Ini adalah kesadaran yang melekat kepada yang telah mendapat penerangan tertinggi ( tingkat ke-Buddha-an).” Dan mengapa? Ini disebabkan yang telah mencapai ke-Buddha-an tidak akan terlacak lagi. Meski saya mengatakan hal ini, ada beberapa pertapa dan guru-guru agama yang telah menyajikan (ajaran) saya dengan salah, berlawanan dengan fakta, menyatakan: “Bhikku Gautama (Buddha) adalah seorang yang percaya akan kehampaan karena dia mengajarkan jalan lintas, perusakan, dan lenyapnya sebuah bentuk nyata.” Tetapi yang pasti ini tidak pernah kuucapkan. Baik sekarang maupun dulu, saya hanya mengajarkan derita dan cara mengatasi derita. (Majjhima Nikaya, Sutta No.22)
Tetapi ia juga berkata bahwa Nirvana bukanlah “kehidupan abadi” yang mentah seperti yang digambarkan dalam Kristiani.. Adalah suatu keadaan yang benar benar suci dan penuh berkah dimana tidak ada suatu bahasa-umumpun yang bisa menjelaskan secara lengkap.
Orang Kristen kadang-kadang mengkleim bahwa Buddhisme dalam isinya sendiri saling bertentangan karena dalam keinginan untuk mencapai Nirvana seseorang akan timbul sesuatu rasa yang kuat yang akan mencegahnya kearah pencapaian itu. Hal ini dikemukan pada masa hidup sang Buddha, dan dijawab oleh salah seorang murid utamanya, Ananda.
Seorang imam bertanya kepada rahib senior Ananda: “Apa tujuan dari kehidupan suci dibawah bhikku Gautama?” - “Ini demi meninggalkan nafsu”- “Adakah cara, latihan untuk bisa melepaskan nafsu?” - “Ada, yaitu dengan cara kemauan dari batin yang kuat, energi, pikiran dan pertimbangan yang disertai dengan pemusatan pikiran dan usaha yang sungguh-sungguh.” - “Kalau begitu, rahib senior Ananda, lalu ini sama saja dengan usaha yang tiada akhir. Karena untuk membuang satu keinginan sambil menggunakan keinginan lainnya adalah tidak mungkin.” - “Lalu saya akan mengajukan sebuah pertanyaan; jawablah sesukamu. Sebelumnya, apakah kamu mempunyai keinginan, energi, pikiran dan pertimbangan kearah sini? Dan setelah tiba, tidakkah keinginan itu, energi itu, pikiran itu dan pertimbangan itu sirna?” - “Ya, mereka sirna.” -“Nah, bagi seseorang yang telah menghancurkan segala kekotoran batin, sekali dia mencapai penerangan sempurna, keinginan itu, energi itu, pikiran itu, pertimbangan itu yang ada padanya untuk mencapai penerangan sempurna sekarang telah sirna.” (Samyutta Nikaya, Book Seven, Sutta No.15)
(iv) Ada cara untuk mengatasi penderitaan
Yang terakhir dari keempat prinsip yang membentuk dasar Buddhisme membertahu kita bagaimana caranya untuk menghilangkan ketergantungan untuk selanjutnya terbebas dari derita dalam kehidupan sekarang maupun mendatang. Ketiga prinsip pertama adalah bagaimana cara orang Buddhis berpandangan akan dunia dan terjebaknya manusia dalam derita selagi prinsip terakhir ini adalah apa yang umat Buddhis putuskan untuk mengatasi kesulitan tersebut. Dan reaksi Buddhis terhadap penderitaan adalah untuk menjalankan Delapan Jalan Kebenaran. Sistim berlatih yang praktis dan mendunia yand terdiri dari pengembangan atas Pengertian yang baik dan tepat, Pikiran yang baik dan tepat, Cara berbicara yang baik dan tepat, Perbuatan yang baik dan tepat, Cara Hidup yang baik dan tepat, Usaha yang baik dan tepat, Perhatian yang baik dan tepat dan Konsentrasi yang baik dan tepat Kita akan meninjau secara singkat setiap langkah tersebut.
Pengertian Benar
Kalau kita tetap percaya bahwa kejahatan dan penderitaan disebabkan oleh yang dilakukan oleh Adam dan Hawa, atau telah disebabkan oleh iblis, kita tidak akan pernah bisa mengatasinya. Disaat kita mengerti bahwa kitalah yang menyebabkan penderitaan kita sendiri melalui kemasabodohan dan kesangat-inginan , kita telah mengambil langkah pertama dalam mengatasi penderitaan itu. Mengetahui penyebab sesungguhnya adalah awal mengatasinya. Dan adalah tidak cukup untuk hanya percaya - kita harus berusaha untuk mengerti. Pengertian membutuhkan kecerdasan, perhatian yang cermat, mempertimbangkan kenyataan-kenyataan, keterbukaan; dan dalam usaha untuk mengembangkan kebatinan, mutu-mutu inilah yang diperkuat.
Pikiran, Ucapan dan Perbuatan Benar
Tiga tahap selanjutnya dari Delapan Jalan Kebenaran menyatu-tubuh ajaran-ajaran ethis dari Buddhisme. Orang-orang Kristen sering mencoba untuk memberikan kesan bahwa milik mereka adalah satu-satunya ajaran ethis yang berkisar diantara kelembutan, cinta kasih dan maaf. Biar bagaimanapun, kenyataannya adalah 500 tahun sebelum Yesus sang Buddha mengajarkan etika yang berpusatkan cinta kasih yang sama baiknya malahan dibeberapa bagian lebih lengkap daripada Kristiani. Untuk menjalankan Kebenaran Pikir, kita mesti mengisi pikiran-pikiran kita dengan rasa sayang dan belas kasih.
Kembangkan pikiran yang penuh cinta kasih, merasa belas kasih dan dikendalikan oleh kebajikan, bangkitkan energimu, berkeyakinan yang teguh dan selalu mantap dalam melangkah maju. (Theragata 979)
Ketika pikiran dipenuhi dengan kasih seseorang akan merasakan belas kasihan kepada seluruh dunia - diatas, dibawah dan disekeliling, tak terbatas dimana saja, terisi dengan kebaikan yang tak terbatas, lengkap dan yang tumbuh dengan baik; keterbatasan-keterbatasan apapun yang ada pada seorang jangan biarkan tetap dalam pikirannya.” (Jataka 37,38)
Seperti air yang menyejukkan kebaikan dan keburukan serta mencuci-bersih semua kotoran dan debu, dengan cara yang sama hendaklah engkau mengembangkan rasa kasihmu kepada teman dan lawan secara merata, dan dengan mencapai kesempurnaan dalam kasih kau akan capai penerangan tertinggi (Jataka Nidanakatha 168-169)
Dalam melatih Berbicara Benar, hendaklah kita menggunakan kata-kata yang meningkatkan kejujuran, kebaikan dan damai. Sang Buddha menuturkan Berbicara Benar seperti berikut ini.
Sepantasnya jika ucapan mempunyai lima karakter… pengucapan yang baik, bukan disalah-ucapkan, bukan pelimpahan-kesalahan ataupun kutuk oleh orang-orang bijaksana (1), diucapkan pada saat yang tepat (2), sungguh-benar (3), lembut (4), langsung ketujuan (5), barulah mereka dimotivasikan oleh cinta-kasih. (Anguttara Nikaya, Books of Fives, Sutta 198)
Dengan suatu kecantikan dan pengertian khas dari Sang Buddha, Beliau menjelaskan seorang yang berusaha mengembangkan Berbicara Benar seperti ini.berenti membohong, jadilah pembicara dari kebenaran, yang andal dan terpercaya, tempat bersandar, bukanlah penipu dunia ini. Hentikan fitnahan, jangan mengulangi disana apa yang didengar disini, atau mengulang disini apa yang didengar disana, demi memecah-belah orang. Jadilah pemersatu dari yang terpecah-belah, penyusun dari apa yang telah bersatu, berbahagia dalam damai, bergembira dalam damai, meningkatkan perdamaian; perdamaian adalah motive pembicaraannya. Hentikan ucapan yang kasar, orang hendaknya mengucapkan kata yang menimpakan-kesalahan, enak di dengar telinga, bisa disetujui, menyentuh hati, halus dan penuh sopan santun, menyenangkan dan disukai oleh semua khayalak. Hentikan obrolan yang tidak berguna, orang hendaknya berbicara pada saat yang tepat, mengenai fakta fakta, tepat pada sasaran, tentang Dhamma dan disiplin, kata-kata yang bernilai, bisa dirasakan, beralasan, dalam batasan yang jelas, dan berkaitan dengan tujuan. (Digha Nikaya, Sutta No.1)
Bertindak benar mengharuskan bahwa kita menghindar dari pembunuhan, pencurian dan penyimpangan seksual dan bahwa kita berlatih kelembutan, kedermawanan, kendali diri, dan sikap-menolong kepada yang lain.
Berkehidupan Benar
Untuk melatih Berkehidupan Benar orang hendaknya melakukan pekerjaan yang penuh bermoral dan yang menghasilkan sesuatu yang tak merugikan masyarakat ataupun lingkungan hidup. Seorang pemberi-kerja haruslah membayar pekerja-pekerjanya dengan adil, memperlakukan mereka dengan hormat, dan memastikan keamanan kerja. Seorang pekerja sebaliknya harus bekerja secara jujur dan rajin. (Digha Nikaya, Sutta No.31). Seorang juga hendaknya menggunakan penghasilannya secara pantas - menyiapkan kebutuhan-kebutuhannya, menabung sebagian dan mengamalkan sebagian.
Berusaha Benar
Kepercayaan Kristen tentang Tuhan dan manusia membuat usaha manusia sifatnya menjadi tidak konsekwen. Manusia pada dasarnya rendah dan pendosa yang jahat.
Bagaimana orang dapat menjalankan kebenaran dihadapan Tuhan. Bagaimana dia yang lahir dar seorang wanita bisa bersih? (Ayub 24:4)
Hati ini penuh tipu daya diatas segalanya, dan mati-matian korup (Yeremia 17:9)
Tak melebihi dari seekor belatung (Ayub 25:6) manusia tak mampu untuk menjadi baik, dan bisa diselamatkan bukan oleh usaha-usaha mereka sendiri tapi hanya melalui keagungan Tuhan. Buddhisme, secara mencolok, melihat alam hidup manusia pada dasarnya baik dan dalam kondisi yang baik lebih mungkin untuk berbuat baik katimbang jahat. (Baca Milindapanha 84). Dalam Kristiani, manusia harus bertanggungjawab atas kejahatan yang mereka perbuat dalam masa hidup mereka tetapi juga manusia bertanggungjawab atas dosa yang diperbuat oleh Adam dan Hawa. Di dalam Buddhisme, manusia bertanggungjawab hanya atas perbuatan yang dilakukannya dan, karena alam hidup manusia pada dasarnya baik, ini berarti usaha, dorongan dan ketekunan sangatlah penting. Sang Buddha berkata:
Tinggalkan yang salah. ini bisa dilakukan. Jika ini tak mungkin dilaksanakan aku tak akan menganjurkan engkau untuk melakukannya. Oleh karena ini bisa dilaksanakan, maka kukatakan kepadamu: “tinggalkan yang salah”. Jika meninggalkan yang salah mendatangkan kerugian dan kesedihan, Tak akan kuanjurkan engkau untuk melakukannya. Tapi karena ini membawa manfaat dan kebahagiaan, maka kuanjurkan engkau: “tinggalkan yang salah”. Pupuklah kebaikan. Ini dapat dilaksanakan. Kalau ini tidak mungkin terlaksana, Tak akan kuanjurkan kau untuk melakukannya. Karena ini bisa dilakukan, maka kukatakan kepadamu:”Pupuklahlah kebaikan.” Kalau memupuk kebaikan membawa kerugian dan kesedihan, Tak akan kudorong engkau untuk melakukannya. Karena ini membawa maanfaat dan kebahagiaan, maka sangat kuanjurkan agar engkau:”Memupuk kebaikan.” (Anguttara Nikaya, Book of Twos, Sutta No.9)
Berkeprihatinan dan Berkonsentrasi Benar
Dua langkah terakhir dari Delapan Jalan Kebenaran ini secara bersama menuju kearah meditasi, latihan yang bersifat sadar dan lembut yang pertama demi mengenal pikiran, kemudian mengkontrolnya dan akhirnya mengubah pikiran tersebut. Meskipun kata meditasi muncul sekitar dua puluh kali di dalam Alkitab, tampaknya hanya ditujukan kepada praktek yang disederhanakan mengenai renungan atas kisah-kisah dari tulisan di AlKitab (seperti di Yosua 1:8). Alkitab rupanya hampir sama sekali meniadakan tehnik-tehnik tinggi dari meditasi yang ada ditulisan-tulisan Buddhis. konsekwensinya adalah, waktu orang Kristen fundamentalis dijangkiti oleh keinginan-keinginan yang buruk atau terganggu oleh pikiran-pikiran negatif tak dapat dihilangkan, satu-satunya yang bisa mereka perbuat adalah berdoa lebih keras. Ketidakhadiran meditasi adalah juga sebab mengapa orang-orang Kristen sering kelihatan tergoda dan kurang mempunyai kepribadian yang tenang yang menjadi ciri khas dari para umat Buddha. Tuhan berkata “Tenang dan ketahuilah bahwa Aku ini Tuhan” (Mazmur 46:10) tapi orang Kristen tidak terlihat bisa duduk dengan tenang, apalagi menenangkan pikiran, untuk sejenak. Tuhan juga berkata “menyatulah dengan hatimu ditempat tidurmu dan tenanglah.” (Mazmur 4:5) yang persis para umat Buddhis lakukan waktu mereka meditasi. Tapi layanan-layanan dan persekutuan-persekutuan doa dari orang Kristen golongan evangelis dan karismatik seringkali nampak perpaduan antara konser musik rock dan kekacauan, dengan pendeta yang berteriak-teriak dan bergoyang-goyang secara liar selagi para jemaat dalam kongregasi goyang kesana goyang kesini, ‘mengucapkan bahasa lidah’, menangis dan bertepuk tangan.
Kelebihan besar dar Buddhisme adalah bahwa ini bukanlah hanya menasehatkan kita untuk menjadi tenang, damai, bebas dari nafsu-nafsu yang tak mudah dikuasai dan sadar diri tapi juga menunjukkan kepada kita bagaimana cara mengembangkan keadaan-keadaan tersebut. Ada meditasi-meditasi yang membawa ketenangan, untuk merubah kekotoran-kekotoran mental tertentu, memberi-dorongan keadaan mental yang positif, dan juga untuk mengubah sikap-sikap. Dan tentunya, ketika pikiran tenang dan bebas dari prasangka-prasangka, ide-ide yang sudah tertanam, dan hawa nafsu yang mengganggu akan lebih memungkinkan untuk bisa melihat segala hal sesuai dengan apa adanya. Tak heran bahwa banyak dari tehnik-tehnik meditasi yang diajarkan oleh Sang Buddha sekarang digunakan oleh para Psikolog, Psikiater dan para penasehat.
8
BAGAIMANA KITA MENJAWAB PERTANYAAN PARA PENGABAR INJIL
Sebagai bagian dari usaha mereka untuk mempromosikan kepercayaan mereka, para pengabar Injil sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada umat Buddhis yang tujuannya untuk membingungkan atau mengecilkan hati mereka. Akan kita lihat pertanyaan-pertanyaan dan komentar-komentar dan berikan respon-respon Buddhis yang efektif.
Kamu tidak percaya kepada Tuhan jadi kamu tidak bisa menjelaskan bagaimana mulainya dunia ini
Memang benar Kristen mempunyai penjelasan tentang bagaimana mulainya segala-hal. Tapi apakah penjelasan itu benar? Marilah kita mengujinya. Alkitab mengatakan bahwa Tuhan menciptakan segalanya dalam enam hari dan pada hari ketujuh, dia beristirahat. Cerita yang menakjubkan ini tidaklah lebih dari sekedar sebuah dongeng dan tidak lebih benar daripada dongeng Hindu yang mengatakan para dewa menciptakan semuanya dengan mengocok lautan susu, atau kepercayaan klasik bahwa alam semesta ini ditetaskan dari sebutir telur kosmos.
Beberapa bagian dari dongeng penciptaan ini adalah tidak masuk akal. Contohnya dikatakan bahwa pada hari pertama Tuhan menciptakan terang dan gelap tetapi pada hari keempat dia menciptakan matahari (Kejadian 1:15-16). Bagaimana bisa ada siang dan malam tanpa matahari? Dongeng penciptaan ini juga bertentangan dengan ilmu pengetahuan moderen yang telah membuktikan tentang awal alam semesta, dan bagaimana kehidupan berevolusi. Tidak ada bagian di ilmu perbintangan atau biologi diperguruan-perguruan tinggi manapun di dunia ini yang mengajarkan dongeng penciptaan dengan alasan sederhana bahwa dongeng tersebut tidak berdasarkan kenyataan. Maka, walau memang Kristen mempunyai penjelasan tentang bagaimana semuanya mulai (seperti halnya kebanyakan agama), penjelasan itu hanyalah dongeng belaka.
Lalu apa yang Buddhisme katakan tentang bagaimana mulainya segala sesuatu? Sedikit sekali yang Buddhisme katakan tentang hal ini dan dengan alasan yang sangat baik. Tujuan dari Buddhisme adalah untuk mengembangkan kebijaksanaan dan belas kasih sehingga bisa mencapai Nirvana. Mengetahui bagaimana alam ini mulainya tak bisa menyumbangkan apapun kepada tugas ini.
Pernah seseorang meminta Sang Buddha untuk memberitahunya bagaimana alam semesta ini mulai. Sang Buddha berkata kepadanya “kau ini seperti orang yang telah terkena anak-panah beracun dan yang, ketika dokter datang untuk mencabutnya, mengatakan ‘Tunggu! Sebelum anak panah ini dicabut aku mau tau nama orang yang melepaskannya, dari kelompok mana dia berasal, dikampung mana dia dilahirkan, aku ingin tahu dari jenis kayu apa busurnya terbuat, bulu apa yang ada di ujung anak panah ini, berapa panjangnya anak panah ini, dan lain-lain’. lain.’ Orang itu akan mati sebelum semua pertanyaan itu bisa terjawab. Tugas saya adalah untuk membantu kamu untuk mencabut anak panah penderitaan dari dirimu sendiri.” (Majjhima Nikaya Sutta No.63)
Buddhisme berkonsentrasi untuk membantu kita memecahkan masalah-masalah hidup - tidak menganjurkan spekulasi yang tidak berguna. Dan jika seorang umat Buddhis ingin mengetahui bagaimana dan awal mula alam semesta, ia akan menanyakan pertanyaan ini kepada seorang ilmuwan.
Agama Buddha praktis karena dikatakan kamu tidak bisa membunuh seekor semut sekalipun
Sebelum kita membela Buddhisme terhadap tuduhan tidak praktis, lihatlah apakah Kristianipun praktis. Menurut Yesus, jika seseorang menampar pipi kita hendaklah kita berikan pipi yang sbelah lagi. (Matius 5:25). Kalau kita menemukan seseorang telah mencuri celana kita, kita harus keluar dan memberikan maling itu baju kita juga (Matius 5:30). Jika kita tidak bisa menahan diri dari mencuri, kita harus memotong tangan kita sendiri (Matius 5:30). Kita bisa mengatakan semua ajaran ini tidak praktis meskipun orang Kristen akan lebih suka menyebutnya sebagai tantangan. Dan tentu saja mungkin mereka benar. Untuk memberikan pipi yang lain ketika seseorang menyerang kita tentunya tidak mudah. Ini memerlukan kita untuk mengendalikan amarah kita dan melakukan ini dapat membantu meningkatkan kesabaran, kerendahan hati, tidak membalas, dan cinta kasih. Kalau kita tidak pernah ditantang kita tidak tumbuh.
Sang Buddha meminta kita untuk menghormati semua yang hidup, bahkan mahluk-mahluk yang sederhana. Mengenai memberikan pipi yang lain, ini tidaklah selalu mudah. Seperti sebagian orang, mahluk-mahluk seperti semut bisa menyebalkan dan mengganggu. Ketika kita menjalankan sila untuk tidak membunuh dan mencoba untuk mempraktekkannya kita ditantang untuk mengembangkan kesabaran, kerendahan hati, cinta kasih dan sebagainya. Maka dalam menghimbau kita untuk menghormati semua kehidupan, Buddhisme bukan lebih tidak praktis daripada Kristiani.
Sang Buddha telah tiada maka ia tidak dapat menolong dirimu
Umat Buddhis terkadang mengalami kesulitan untuk menjawab secara benar ketika orang Kristen mengatakan ini kepada mereka. Akan tetapi kalau kita mengetahui Dhamma dengan baik, cukup mudah untuk menangkis kleim ini seperti yang orang Kristen meng-kleim tentang Buddhisme, ini atas dasar kesalah-pahaman.
Pertama, Sang Buddha tidaklah mati. Beliau telah mencapai Nirvana, sebuah keadaan yang disebut damai dan bebas. Nama lain yang diberikan Sang Buddha kepada Nibbana adalah Keadaan Yang Tak ada Kematian (Amita) karena setelah seseorang mencapainya ia tak akan menjadi subjek dari kelahiran maupun kematian. Tentu saja Nibbana beda suatu “kehidupan abadi” yang naif seperti yang dituturkankan dalam Alkitab, di mana badan dibangkitkan dan malaikat bernyanyi. Nyatanya demikian halusnya hingga tak mudah untuk dijelaskan. Namun ini bukanlah suatu ketidak-adaan, Sebagaimana Sang Buddha membuatnya jelas sekali. (Majjhima Nikaya Sutta No72; Sutta Nipata, Verse 1076)
Sama tidak benarnya jika mengatakan bahwa sang Buddha tidak dapat menolong kita. Dalam masa karir empat puluh tahun, sang Buddha menjelaskan secara sangat mendetil dan kejelasan yang dilakukan secara ahli mengenai segalanya yang dibutuhkan untuk mencapai Nirvana. Yang kita perlu lakukan adalah mengikuti instruksinya. Kata-katanya sama membantunya dan berlakunya pada saat ini seperti waktu dia pertama kali mengatakannya. Tentu saja Buddha tidak membantu kita dengan cara yang sama seperti yang dikleim orang Kristen tentang cara Yesus menolong mereka, dan untuk suatu alasan yang sangat baik. Jika seorang murid tahu bahwa disaat-saat ujian dia dapat bertanya kepada gurunya untuk jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ujian, dia tidak akan belajar dan tentunya tidak akan pernah belajar. Jika seorang atlit tahu bahwa hanya dengan memintanya dari juri dan akan diberi kemenangan, dia tidak akan peduli untuk melatih dan mengembangkan fisiknya. Cukup memberi orang segala yang mereka pinta tak harus menolong mereka. Nyatanya, itu menjamin bahwa orang tersebut akan tetap lemah, bergantung dan malas.
Sang Buddha memberi petunjuk menuju Nibbana dan mengajarkan kita bekal-bekal apa yang kita perlukan untuk perjalanan menuju Nirvana. Begitu kita jalankan, kita akan belajar dari pengalaman-pengalaman kita dan dari kesalahan-kesalahan kita, mengembangkan kekuatan, kedewasaan dan kebijaksanaan. Hasilnya ketika kita selesai menempuh perjalanan ini, kita akan menjadi orang-orang yang benar-benar beda dari waktu sebelum kita memulainya. Berkat bantuan yang ahli dari sang Buddha kita akan mencapai Kesunyataan.
Begitulah bahwa sang Buddha telah tiada dan tidak bisa menolong kita bukan hanya salah, tetapi juga mengandung makna bahwa Yesus itu hidup dan bisa menolongmu. Lihatlah asumsi ini. Orang Kristen mengkleim bahwa Yesus itu hidup, tapi bukti apa yang ada? Mereka akan mengatakan bahwa Alkitab membuktikan Yesus bangkit dari kematian. Sialnya pernyataan-pernyataan yang ditulis oleh beberapa orang ribuan tahun yang lalu tidaklah membuktikan apa-apa. Suatu pernyataan di Mahabharata (salah satu dari Kitab Suci Hindu) mengatakan bahwa seorang suci mempunyai kereta perang yang bisa terbang. Tapi apakah ini membuktikan bahwa orang India kuno menciptakan pesawat terbang? Tentu saja tidak. Tulisan-tulisan kuno Mesir mengatakan bahwa Dewa Khnum menciptakan segalanya dari tanah liat yang dibentuknya diatas alat pembuat pot tanah liat. Apakah ini membuktikan bahwa semua yang ada itu adalah cuma dari tanah? Tentu saja tidak. Sebuah cerita di dalam Perjanjian Lama mengatakan seorang bernama Balaam mempunyai keledai yang bisa berbicara. Apakah ini bukti yang menyimpulkan bahwa binatang bisa berbicara? Tentu saja tidak.
Kita tidak boleh begitu saja menerima kleim-kleim yang dibuat diAlkitab lebih daripada kita secara tanpa berpikir menerima kleim-kleim dari para kitab suci lainnya. Ketika kita menguji kleim-kleim tentang kebangkitan Yesus, kita menemukan alasan yang sangat baik mengapa kita jangan mempercayainya. Nyatanya, Alkitab sebenarnya membuktikan bahwa Yesus tidaklah hidup. Sesaat sebelum Yesus disalib, Yesus memberitahu murid-muridnya bahwa dia akan kembali sebelum mereka semuanya mati. (Matius 10:23, 16:28, Lukas 21:32). Itu terjadi 2000 tahun yang lalu. Yesus masih belum kembali. Mengapa? Nyata sekali karena dia sudah mati.
Asumpsi kedua adalah bahwa Yesus selalu menjawab ketika kamu berdoa kepadanya. Sungguh mudah untuk membuktikan bahwa ini tidak benar. Orang Kristen mati karena penyakit, ketidakberuntungan, mempunyai masalah-masalah emosi, menyerah ke dalam godaan dll seperti halnya yang bukan Kristen dan terbalik dengan faktanya bahwa mereka berdoa kepada Yesus agar ditolong. Saya mempunyai seorang teman yang telah menjadi Kristen yang kuat untuk selama bertahun-tahun. Sedikit demi sedikit dia mulai ragu dan meminta bantuan dari pendetanya. Sang pendeta mengajarkannya untuk berdoa dan bahkan meminta para anggota gereja untuk mendoakannya. Toh, sebaliknya dari semua doa ke pada Yesus demi kekuatan dan bimbingan keraguan teman saya ini semakin bertambah dan akhirnya meninggalkan gereja. Kemudian dia menjadi umat Buddha. Jika Yesus benar-benar hidup dan siap membantu, mengapa orang-orang Kristen mempunyai problem yang sama banyaknya dengan orang-orang non-Kristen? Mengapa Yesus tidak menjawab doa-doa teman saya dan membantunya untuk tetap menjadi orang Kristen? Tentunya karena Yesus telah mati dan tidak bisa membantu.
Dalam menjawab sangkalan ini, orang-orang Kristen akan mengatakan bahwa ada orang-orang yang bisa bersaksi bahwa doa-doa mereka telah dijawab (terkabulkan). Kalau benar demikian, berarti juga benar bahwa jika ada orang Islam, Hindu, Seikh, Tao, Shinto, Kuan Im yang juga bisa mengatakan hal yang sama.
Tidak seperti Kristiani, Buddhisme demikian pesimisnya
Menurut kamus Webster, pesimisme adalah “suatu kepercayaan bahwa jumlah kejahatan dalam hidup ini melebihi kebaikan”. Sungguh menarik bahwa orang Kristen menuduh umat-umat Buddha menjadi pesimis karena pendapat bahwa kejahatan lebih menyerap katimbang kebaikan adalah salah satu dari doktrin utama Kristiani. Kedua Alkitab favorit dari Kristen golongan fundamental mengutip “Semuanya telah berdosa, semuanya jauh dari kegemilangan Tuhan” (Roman 3:10) dan “yang pasti tidak seorangpun yang menjalankan kebenaran didunia yang selalu berbuat baik dan tidak pernah berdosa.”(Pengkhotbah 7:20). Doktrin dari dosa asal mengajarkan bahwa semua orang adalah pendosa, tak bisa membebaskan diri mereka dari dosa, dan bahwa kejahatan didalam diri kita lebih kuat dari kebaikan (Roma 7:14-24). Orang Kristen akan mengatakan karena ini benar, kita bisa bebas dari dosa jika kita menerima Yesus. Mungkin saja begitu tapi yang masih menjadi persoalan adalah bahwa orang Kristen merasa mereka membutuhkan Yesus karena pandangan mereka mengenai alam hidup manusia demikian pesimisnya.
Buddhisme sebaliknya mempunyai pandangan yang sangat berbeda, jangan lagi lebih realistis, tentang alam hidup manusia. Selagi benar-benar mengakui potensi manusia akan kejahatan, Buddhisme mengajar bahwa kita dapat menaklukkan kejahatan dan mengembangkan kebaikan melalui usaha kita sendiri.
Tinggalkan kejahatan! Orang bisa meninggalkan kejahatan. Jika mustahil untuk meninggalkan kejahatan, aku tak akan menyuruhmu berbuat begitu. Tapi berhubung ini dapat dilakukan, kukatakan kepadamu: “Tinggalkan kejahatan”.
Peliharalah kebaikan. Orang bisa memelihara kebaikan. Jika mustahil untuk memelihara kebaikan, aku tidak akan menyuruhmu untuk berbuat begitu. Tapi berhubung ini bisa dilakukan, oleh karena itulah kukatakan kepadamu:”peliharalah kebaikan.” (Anguttara Nikaya, Book of Twos, Sutta No.9)
Apakah orang setuju akan kepercayaan ini atau tidak, orang tentunya tidak dapat mengatakan bahwa itu pesimistis.
Yesus mengajarkan kita untuk mengasihi tetapi Buddhisme mendorong kita supaya dingin dan lepas
Ini tidaklah benar. Sang Buddha berkata bahwa kita hendaknya mengembangkan cinta kasih yang hangat dan penuh perhatian kepada semua manusia.
Seperti ibu yang bersedia melindungi anak satu-satunya meski dengan resiko nyawanya sendiri, meski demikianpun orang harus dengan tanpa syarat apapun menjaga cinta kasih bagi semua mahluk. (Sutta Nipata Verse 150)
Dalam setiap indera kasih dalam Buddhisme sama pentingnya dengan yang ada didalam Kristiani dan penekanannyapun sama kuatnya. Akan tetapi ada sesuatu yang tetap merusak praktek cinta kasih dari orang Kristen. Suara paksaannya yang nyaring bahwa hanya merekalah yang mengasihi, bahwa kualitas dari cinta kasih mereka jauh lebih unggul daripada cinta kasih lainnya, dan sikap dari mereka yang terus menerus merendahkan dan mencemoohkan usaha orang lain untuk mepraktekkan cinta kasih membuat mereka terlihat benar-benar dengki. Demikian cilik dan cemburunya orang Kristen hingga mereka bahkan tidak mampu memuji atau menghargai suatu yang sama cantiknya dengan kasih, selain ada “dibuat oleh Yesus” tertulis di atasnya.
Engkau mengklaim bahwa waktu kita mati, kita akan lahir kembali, tetapi tak ada buktinya
Sebelum kita memberi respon kepada ini marilah kita uji kedua teori alam sesudah kehidupan dari Kristen dan Buddhis. Menurut Kristiani, Tuhan menciptakan selembar jiwa baru yang menjadi seorang manusia yang menjalani hidup dan kemudian mati. Setelah kematian jiwa tersebut akan pergi ke surga abadi kalau percaya akan Yesus, atau ke neraka abadi kalau ia tidak percaya.
Menurut Buddhisme, adalah tidak mungkin untuk menyelami hingga ketempat yang paling dasar dari asal mula keberadaan. Setiap mahluk menjalankan hidup, mati dan lahir kembali kedalam keberadaan baru. Proses mati dan lahir-kembali ini adalah bersifat alami dan bisa berlangsung selamanya kecuali bagi yang mencapai Nirvana. Ketika satu mahluk mencapai Nirvana, pengertian mereka dan secara konsekwen tingkah-laku mereka, berubah dan ini merubah proses yang menyebabkan kelahiran kembali. Jadi sebaliknya dari lahir kembali kedalam suatu keberadaan yang baru mahluk tersebut mencapai Nirvana. Nirvana bukan suatu eksistensi (ada berarti bereaksi kepada sentuhan, tumbuh dan rusak, dan bergerak dalam waktu dan ruang, untuk mengalami diri seseorang sebagai sesuatu yang terpisah dsb) dan inipun juga bukan ketidak-adaan yang mengandung arti menihilkan. Dengan kata lainnya keberadaan setiap mahluk tak mempunyai asal dan akhir selain Nirvana dicapai dan sampai disitulah keberadaan tidak mempunyai tujuan lain daripada untuk menjadi.
Sedikit sekali bukti mengenai kedua teori ini. Meskipun demikian, ada beberapa masalah yang sifatnya logis dan moral dengan teori orang Kristen yang tak ada terlihat dalam teori Buddhis yang menjadikan teori Buddhis lebih dapat diterima. Kristiani menganggap keberadaan mempunyai awal tapi tidak ada akhir, pada tempat yang sama Buddhisme menganggap ini bersifat siklus. Alam tak memperlihatkan contoh apapun mengenai proses-proses yang mempunyai asal tapi tak ada akhir. Malahan, semua proses alami yang kita bisa kita lihat justru bersifat siklus. Musim-musim pergi dan kembali lagi tahun depan. Hujan turun, mengalir ke laut, menguap, membentuk awan dan turun lagi menjadi hujan. Tubuh ini terbuat dari elemen-elemen yang kita telan yang berupa makanan, ketika kita mati tubuh ini hancur dan melepaskan elemen-elemen tersebut kedalam tanah, dimana mereka diserap oleh tumbuhan dan binatang-binatang yang kita makan untuk membentuk tubuh ini. Planet-planet mengelilingi matahari, dan bahkan galaksi yang mengisi tata surya perlahan lahan berputar. Teori Buddhisme tentang kelahiran kembali harmonis dengan proses perputaran yang kita lihat diseluruh alam selagi pada bagian yang sama teori Kristiani tidak sejalan.
Orang-orang Kristen mengkleim bahwa Tuhan menciptakan kita dengan satu tujuan - supaya kita percaya kepadaNya dan turut, dan diselamatkan. Jika demikian sulitlah untuk menjelaskan mengapa, setiap tahun, jutaan janin secara alami gugur, jutaan bayi lahir dalam keadaan mati atau meninggal dalam dua tahun pertama kehidupan mereka. Lebih jauh lagi, jutaan orang lahir dan menjalani kehidupan cacat mental yang parah, tidak bisa membayangkan meski hal-hal yang paling sederhana. Bagaimana semua ini bisa cocok dengan yang seharusnya adalah rencana Tuhan? Tujuan apa yang dimiliki Tuhan dalam menciptakan suatu kehidupan baru dan membiarkannya mati bahkan sebelum lahir atau segera setelah lahir? Apa yang terjadi dengan semua mahluk-mahluk ini? Apakah mereka masuk surga atau neraka? Jika Tuhan benar-benar menciptakan kita dengan rencana dalam pikiran, rencana itu tentunya tidaklah kelihatan. Juga, karena mayoritas dari penduduk dunia adalah non-Kristen, dan karena bahkan tidak seluruh orang Kristen diselamatkan, Ini berarti bahwa jumlah yang besar dari jiwa yang Tuhan ciptakan yang akan masuk neraka. Rencana Tuhan untuk menyelamatkan setiap orang kelihatannya telah berjalan dengan sangat keliru. Jadi meskipun kita tidak bisa membuktikan keduanya baik teori sesudah kehidupan dari Kristen atau Buddhis, doktrin dari Buddhis lebih menarik dan masuk dapat diterima.
Jika kita benar-benar dilahirkan kembali, bagaimana kamu menjelaskan meningkatnya jumlah penduduk dunia?
Ketika mahluk-mahluk mati mereka lahir lagi tapi harus lahir menjadi mahluk yang sama. Misalnya, seorang manusia bisa saja terlahir sebagai serang manusia, sebagai seekor binatang, atau mungkin sebagai mahluk surga, tergantung pada karmanya masing-masing. Faktanya bahwa adanya peningkatan yang dramatis dari jumlah penduduk didunia menunjukkan bahwa lebih banyak binatang yang lahir kembali menjadi manusia (ada hubungannya denagn menurunnya jumlah binatang-binatang karena kepunahan dsb) dan lebih banyak manusia yang lahir kembali sebagai manusia tak dapat diragukan lagi karena meningkatnya penyebaran pengetahuan mengenai ajaran Buddha. Bahkan dimana Dhamma tidak dikenal secara luas kapasitas pengaruhnya atas kebaikan begitu kuatnya. Semua ini ada hubungannya dengan peningkatan jumlah manusia didunia.
Nirvana adalah tujuan yang tidak bisa terlaksana karena membutuhkan waktu yang lama untuk mencapainya dan maka itu sedikit yang dapat melakukannya.
Memang benar dalam mencapai Nirvana memakan waktu yang lama tetapi segi lainnya lahir-kembali memberi kita banyak waktu. Jika
seseorang tidak melakukannya di dalam kehidupan ini dia bisa mengusahakannya dikehidupan berikutnya. Sungguh, ini bisa selama yang dikehendaki oleh orang itu. Sang Buddha berkata bahwa bila seseorang benar-benar ingin, ia bisa mencapai Nibbana dalam waktu tujuh hari (Majjhima Nikaya, Sutta No.10). Jika demikian, orang Kristen akan bertanya, mengapa tidak semua orang Buddhis telah mencapai Nirvana? Contohnya alasan bahwa keajaiban dunia masih tetap menjadi daya tarik bagi mereka. Sebagaimana nurani dan pengertian makin lama membuat daya tarik tersebut makin pudar ia bergerak selangkah demi selangkah, sesuai dengan kecepatan masing masing, kearah Nirvana. Seperti kleim bahwa hanya sedikit orang yang dapat mencapai Nirvana, ini tidaklah benar. Selagi dalam Kristiani seseorang hanya mempunyai satu dan hanya satu kesempatan untuk diselamatkan, ajaran-ajaran Buddhisme tentang lahir-kembali menjelaskan betapa seseorang mempunyai kesempatan yang tak terbatas untuk mencapai Nirvana. Ini juga mengandung maksud bahwa setiap orang pada akhirnya akan dibebaskan. Seperti yang dalam tulisan Buddhis menyatakan
Tingkat keabadian ini telah dicapai oleh banyak orang dan akan tetap bisa dicapai walau hari ini oleh siapa saja yang berusaha. Tapi bukan oleh mereka yang tidak berusaha. (Therigatha, verse 513)
Dalam Kristiani, sejarah mempunyai suatu arti dan sedang kearah tujuan tertentu. Pandangan siklus kehidupan dari Buddhisme maksudnya adalah sejarah tidak mempunyai arti dan inilah yang membuat umat Buddhis berserah kepada nasib dan tidak perduli dan tak mau tahu.
Memang benar bahwa menurut Buddhisme sejarah tidaklah menuju kepada klimaks apapun. Tapi siapapun yang menjalani Delapan Jalan Kebenaran tentunya sedang menuju. Pria maupun wanita sama-sama menuju ke arah damai dan bebas di Nirvana.
Seperti mengalirnya sungai Gangga, meluncur, condong ke timur, demikian juga siapapun yang memelihara dan berbuat banyak akan Delapan Jalan Kebenaran mengali, cenderung kearah Nirvana. (Samyutta Nikaya, Great Chapter, Sutta No.67)
Jadi tak benar untuk mengatakan bahwa pandangan Buddhisme yang lebih realistis akan eksistensi dan sejarah harus ditujukan kepada ketidak-perdulian. Dan apa klimaks dari tujuan sejarah menurut orang Kristen? Kiamat, di mana mayoritas besar manusia dan hasil-karyanya akan dihancurkan oleh hujan belerang dan api. Bahkan segelintir orang beruntung yang diselamatkan akan mempunyai masa depan abadi yang suram menyadari bahwa setidaknya beberapa anggota keluarga dan teman, pada saat yang sama, sedang dihukum dineraka. Akan sulitlah untuk membayangkan masa depan yang lebih menekan perasaan daripada yang satu ini.
Sang Buddha menyontek ide karma dan kelahiran kembali dari agama Hindu
Hindu memang mengajarkan tentang karma dan juga reinkarnasi. Meski demikian, versi-versi dari kedua ajaran ini sangat berbeda dari versi-versinya Buddhisme. Contohnya, Hinduisme mengatakan bahwa kita ditentukan oleh karma kita sedangkan Buddhisme menyatakan itu hanyalah syarat bagi kita. Menurut Hinduisme, sebuah roh abadi (atman) berpindah dari satu kehidupan ke kehidupan yang lain sedangkan Buddhisme menyangkal adanya roh seperti itu (anatman) mengatakan malahan ini adalah suatu tenaga mental yand senantiasa berubah yang disebut lahir-kembali. Ini hanyalah dua dari banyak perbedaan antara Hinduisme dan Buddhisme tentang karma dan lahir-kembali.
Biar bagaimanapun, meski jika ajaran Buddhis dan Hindu itu identik, tak berarti bahwa Buddha telah dengan tanpa berpikir menyontek ide-ide dari orang lain. Kadang-kadang terjadi bahwa dua orang, yang terpisah tanpa hubungan satu sama lain, mendapatkan penemuan yang benar benar sama. Suatu contoh yang bagus mengenai ini adalah penemuan tentang evolusi. Pada tahun 1858, persis sebelum Ia menerbitkan bukunya yang terkenal The Origin of the Species, Charles Darwin mendapatkan bahwa seseorang yang lain, Alfred Russell Wallace, telah mengkonsepsikan suatu ide dari evolusi persis seperti yang dilakukannya. Darwin dan Wallace tidak saling mencontoh ide satu sama lain; malahan dengan mempelajari tentang kejadian yang sama darimana mereka masing-masing tiba kepada suatu kesimpulan tentangnya secara terpisah. Jadi meski jika ide dari Hindhu tentang karma dan kelahiran kembali identik dengan yang dimiliki oleh Buddhisme (yang sebenarnya tidak) ini tidaklah menjadi suatu bukti dari penyontekan. Kebenarannya adalah bahwa orang-orang bijak dari golongan Hindhu melalui renungan-renungan yang mereka kembangkan dalam meditasi, mendapatkan ide ide yang tidak pasti tentang karma dan kelahiran kembali, yang sang Buddha selanjutnya perjelas secara lengkap dan tepat.
Yesus mengampuni dosa kita, tetapi Buddhisme mengatakan bahwa engkau tak akan pernah bisa lolos dari akibat-akibat Karmamu
Ini hanya benar sebagian saja bahwa Yesus mengampuni dosa. Menurut Kristiani, setelah manusia diciptakan mereka akan hidup selamanya - pertama, untuk beberapa puluh tahun diatas bumi dan kemudian kehidupan abadi di surga atau neraka. Yesus akan mengampuni dosa orang selagi mereka hidup di dunia ini tapi untuk sisa kehidupan abadi dia menolak untuk melakukannya, tidak peduli berapa sering ataupun betapa memelasnya jiwa mereka dineraka memanggil-manggil namanya.. Jadi pengampunan Yesus itu hanyalah terbatas kepada periode yang sangat singkat dalam keberadaan manusia saja sesudah itu dia akan tidak memberikannya. Maka kebanyakan orang tak akan pernah lolos dari akibat dosa yang mereka perbuat.
Dapatkah umat Buddhis lolos dari karma mereka? Doktrin tentang karma mengajarkan bahwa setiap perbuatan (kamma) mempunyai suata akibat (vipaka). Tetapi akibatnya tidaklah selalu sama dengan penyebabnya. Contohnya, jika seorang mencuri sesuatu, perbuatan ini akan membawa akibat yang negatif. Tapi jika setelah mencuri orang tersebut menyesal, mengembalikan barang yang dicuri, dan dengan tulus berjanji akan berusaha lebih berhati-hati di masa yang akan datang, akibat yang negatif dari pencurian tersebut bisa menjadi berkurang. Mungkin masih ada efeknya tapi tak sekuat sebelumnya. Tapi meski jika sipencuri tidak mengurangi efek kesalahan dengan kebaikan kebaikan, ia akan bisa bebas dari perbuatanya sesudah akibatnya dijalankan. Jadi jika menurut Buddhisme kita bisa bebas dari karma kita menurut Kristiani dosa kita hanya diampuni dalam kesempatan yang sangat sempit.
Ada segi-segi lain dimana doktrin Karma lebih baik daripada pendapat orang Kristen tentang pengampunan hukuman. Dalam Buddhisme selagi seseorang mungkin harus menjalani akibat-akibat negatif dari kejahatan yang telah diperbuat (yang tentu saja adil), ini berarti bahwa orang tersebut akan mengalami efek positif dari perbuatan baiknya juga. Tidak demikian dalam Kristiani. Contohnya, misalkan ada seorang non-Kristen yang jujur, berbelas kasih, dermawan dan baik hati, sebaliknya dari semua kebaikan ini, pada saat kematian orang ini akan pergi keneraka dan tak menerima pahala apapun atas kebaikan yang diperbuatnya. Lebih jauh lagi, menurut doktrin karma tentang efek yang kita alami, semuanya secara sejajar, akan masuk kedalam suatu proporsi langsung dari sebab yang mereka lakukan. Lagi-lagi tidak demikian menurut Kristiani – bahkan jika seseorang luar biasa jahatnya selama hidup, neraka yang abadi adalah suatu hukuman yang kenyataan tak proporsionil. Betapa lebih tak-adilnya, jika orang tersebut adalah orang yang baik tapi non-Kristen? Nyatalah sungguh ide dari neraka yang abadi, dan ide-ide bahwa semua yang non-Kristen akan dikutuk untuk dilempar kedalamnya, adalah ajaran-ajaran yang memancarkan suatu keraguan yang amat mengenai konsep dari Tuhan yang maha adil dan penyayang.
Kristiani menyebar hampir kesetiap negara di dunia dan mempunyai pengikut yang lebih banyak dari agama manapun, jadi pasti benar.
Memang benar bahwa Kristiani telah menyebar luas tapi bagaimana terjadinya ini? Hingga abad 15 Kristiani hanya terbatas di benua Eropa saja. Setelah itu, angkatan perang Eropa menyebar ke seluruh dunia memaksakan agama mereka kepada orang-orang yang mereka taklukan. Di kebanyakan negara yang dijajah (seperti Sri Lanka, Filipina, Taiwan dan beberapa bagian dari India) dibuat hukum-hukum yang melarang semua agama yang bukan Kristen. Pada akhir abad ke-19, Paksaan yang brutal tidak lagi digunakan untuk memaksakan kepercayaan, tetapi di bawah diserahkan kedalam pengaruh dari para-misionaris, petugas-petugas negara penjajah mencoba menghalangi agama-agama non-Kristen sedapat mungkin.
Sekarang penyebaran agama Kristen didukung oleh bantuan keuangan yang berlimpah yang para misionaris dapatkan kebanyakan dari Amerika Serikat. Maka agama Kristen tidaklah tersebar luas karena kehebatan ajarannya, melainkan karena faktor-faktor lain.
Apakah agama Kristen adalah agama yang terbesar didunia ini hanyalah sekedar definisi saja. Dapatkah kita menganggap orang-orang Mormon, orang-orang Saksi Yehova, orang- orang Moony sebagai orang Kristen? Bisakah kita memasukkan kumpulan-kumpulan dan sekte-sekte aneh yang berkembang di Amerika Selatan dan Afrika yang jumlahnya mencapai jutaan itu sebagai orang-orang Kristen? Semua orang Protestan tidak menganggap orang Katholik sebagai orang Kristen! Jika kita tidak menerima bahwa semua kultus-kultus yang telah keluar maupun telah bercampur dan grup grup Kristen yang aneh sebagai ‘Kristen Sejati’, ini mungkin akan membuat Kristiani menjadi salah satu agama terkecil di dunia. Ini juga tentunya menjelaskan mengapa Alkitab mengatakan bahwa hanya 144.000 orang yang akan diselamatkan pada Hari Pengadilan (Wahyu 14:3-4). Tapi bahkan jika Kristiani adalah agama yang terbesar di dunia, apa yang hendak dibuktikan? Dua ratus tahun yang lalu kebanyakan manusia percaya bahwa bumi ini datar. Sejak itu mereka telah terbukti salah. Ketepatan dari suatu kepercayaan tidaklah berhubungan dengan jumlah orang yang menerima kepercayaan tersebut.
Tuhan memberkati mereka yang percaya kepadaNya. Itulah sebabnya mengapa negara-negara Kristen kaya raya dan negara-negara Buddhis miskin-miskin.
Dari semua argumentasi yang orang Kristen gunakan untuk mencoba mengajak orang untuk pindah agama, inilah yang paling bodoh. Pertama-tama jika apa yang Alkitab nyatakan tentang kekayaan itu benar (Matius 19:23-24), kelihatannya bahwa berkat Tuhan sepatutnya tumpahkan kepada Eropa dan America adalah benar benar suatu kutukan yang terselubung. Kedua, jika kemakmuran adalah benar benar bukti dari bantuan Tuhan, tampaknya seolah-olah bahwa ia sangat menyukai orang Islam karena ia telah memberi mereka semua minyak bumi. Ketiga, beberapa negara-negara Kristen seperti Honduras, Filipina sangat miskin, sedangkan Jepang, yang jelas-jelas negara Buddhis sangat kaya. Terakhir, dengan membuat pernyataan-pernyataan seperti ini orang Kristen telah keluar dari motivasi mereka dalam menyembah Tuhan - menginginkan uang. Buddhisme demi perannya mengajarkan bahwa kwalitas-kwalitas seperti puas-diri, cinta kasih, kelembutan, damai dalam diri adalah lebih berharga daripada uang.
Di seluruh dunia termasuk Asia, Kristiani telah menjadi kekuatan demi kemajuan sedangkan Buddhisme hanya berbuat sedikit sekali untuk memajukan masyarakat.
Dalam sejarah Kristen yang panjang banyak yang bisa dibanggakan dan juga mungkin sekaligus memalukan. Ambilah sebagai contoh, perbudakan, suatu institusi yang buruk yang hampir seluruh gereja mendukungnya hingga abad ke-19. Setelah Paulus menjadikan seorang budak pelarian bernama Oresimus ke dalam agama Kristen, ia meyakinkannya bahwa sebagai seorang Kristen ia hendaknya kembali kepada tuannya (Filemon 1:3-20). Paulus meminta sang tuan supaya memperlakukan Oresimus dengan baik, tetapi dia tidak meminta tuannya untuk membebaskan budaknya. Alkitab mengatakan bahwa budak-budak hendaknya mematuhi tuan-tuan mereka meskipun mereka diperlakukan secara kejam.
Budak-budak, berserahlah kepada tuanmu dengan penuh rasa hormat, bukan hanya kepada yang baik dan lembut, tetapi juga kepada yang kejam. Sebab seseorang hanya akan diterima jika, sadar akan kehendak Allah, ia menjalani siksaan yang diderita secara tidak adil. Apakah yang harus dipuji, jika engkau berbuat salah dan dipukul dimana engkau terima dengan sabar? Tetapi jika ketika engkau berbuat yang benar dan menderita karenanya dan kau terima dengan sabar, engkau akan diterima oleh Tuhan” (1 Petrus 2:18-20)
Begitulah menurut Alkitab seorang budak haruslah menganggap tuannya seolah-olah ia itu Tuhan dan harus menganggap lebih baik dipukul karena berbuat baik daripada berbuat buruk.
Alasannya mengapa para pemilik budak di Afrika, Amerika dan Brasilia mendorong agar budak-budak mereka menjadi orang Kristen adalah karena supaya membuat mereka menjadi pasif dan patuh. Di Inggris kampanye untuk menghapus perbudakan dalam abad ke-18 ditentang keras oleh pihak gereja sebagaimana juga mereka menentang kampanya yang sama di Mexico, Brasilia dan Amerika Selatan. (Untuk lebih lengkapnya, silakan baca bab “Slavery” di “The Encyclopedia of Religion and Ethics”, 1989)
Ambil ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan di Barat terhambat oleh tentangan dari gereja. (Baca “A History of the Warfare of Science with Theology in Christendom, 2 Vol, A.D White, 1960). Tentangan Kristen untuk membedah mayat telah menahan perkembangan ilmu kedokteran dan anatomi selama 300 tahun. Gereja-gereja menentang pembedahan itu karena mereka percaya bahwa pembedahan akan membuat kebangkitan badan menjadi mustahil. Gereja menentang pandangan heliosentris tentang alam semesta dan bahkan mengancam akan menghukum mati Galileo karena mengatakan bahwa bumi berputar mengelilingi matahari. Ketika Benjamin Franklin menciptakan tongkat penangkal petir yang mencegah kerusakan gedung akibat sambaran petir, kemarahan gereja Protestan meledak. Mereka percaya bahwa Tuhan tidak lagi akan bisa untuk menghukum orang-orang berdosa dengan menyambar mereka dengan petir. Ketika chloroform ditemukan, gereja-gereja Kristen melarang penggunaan chloroform untuk meredakan rasa-sakit waktu melahirkan. Alkitab mengajarkan dan mereka percaya bahwa kesakitan waktu melahirkan adalah hukuman Tuhan atas dosanya Hawa (Kejadian 3:16)
Ambil ketidak-toleransian terhadap orang Yahudi. Dari semua lembaran hitam sejarah Kristen, inilah lembaran sejarah Kristen yang paling memalukan dan paling hina. Selama 2000 tahun, orang-orang Kristen telah mengganggu, memburu, menghina dan membunuh orang-orang Yahudi karena orang-orang Yahudi menolak untuk percaya kepada Yesus. Dan dalam hal ini Protestan tidaklah lebih baik dari Katholik. Di tahun 1986, seorang pendeta Protestan di Amerika Serika berkata,”Tuhan tidak mendengar ketika orang Yahudi berdoa.”
Kita masih bisa menceritakan lebih banyak lagi tapi cukuplah sudah. Walau bagaimanapun juga semenjak abad ke-19 harus diakui bahwa gereja-gereja Kristen telah mulai untuk mengadopsi bagian luar dari tradisi duniawi lain yang lebih bebas dan menerima sebagai miliknya. Sehingga sekarang orang-orang Kristen seringkali dibarisan depan dari gerakan-gerakan demi keadilan, demokrasi dan persamaan hak. Tapi bertentangan sedikit sekali didalam Alkitab yang dapat mereka gunakan sebagai justifikasi gerakan mereka. Sebaliknya, Alkitab secara spesifik menyatakan bahwa semua penguasa, meski tak adil, mendapatkan kekuasaan mereka dari Tuhan dan melawan mereka sama dengan melawan Tuhan.
Biarkan setiap orang dibawah penguasa dari pemerintahan. Karena yang bisa berkuasa kecuali diberi oleh Tuhan dan semua yang ada telah di-institusikan oleh Allah. Oleh karenanya barangsiapa yang melawan pemerintah adalah melawan apa yang telah ditentukan oleh Allah, dan siapa yang melawan akan menghadapi pengadilan.” (Roma 13:1-2 lihat juga Yohanes 19:11, Titus 3:1, Petrus 2:13, Amsal 8:15-16)
Raja-raja yang berkuasa dan kejam, kardinal-kardinal, uskup-uskup mengutip tulisan-tulisan seperti ini selama berabad-abad demi membenarkan kekuasaan mereka. Para ahli agama yang bebas dan aktivis sosial dari golongan Kristen tak mengeluarkan suara apapun tentang tulisan-tulisan tersebut. Filosofi sosial orang Kristen bukan berasal dari Alkitab, melainkan berasal dari tradisi diluar agama dari duniawi Barat yang telah ditentang oleh gereja-gereja selama 400 tahun. Sekarang mereka mencoba untuk berpura-pura bahwa nilai-nilai ini berasal dari Yesus. (Lihatlah “What the Bible Really Says, ed. M.Smith and R.S. Hoffman, 1989).
Buddhisme selalu kurang aggressive dan ter-organisir seperti Kristen. Ini berarti bahwa pengaruhnya terhadap masyarakat adalah halus, kurang terlihat, dan bahkan tidak sedinamis dari apa yang seharusnya. Sebaliknya ini juga berarti bahwa memburu-penyihir terhadap yang menyelweng dan hukuman terhadap yang tidak percaya, dan perang-perang agama berdarah yang telah mencoreng sejarah Kristen, sangat jarang atau tidak pernah ada di dalam Buddhisme.
(1) Jauh didalam, umat Buddha sebenarnya mencari Tuhan
(2) Buddhisme hanyalah ekspresi yang berbeda akan pengertian manusia mengenai Tuhan
(3) Umat Buddhis sebenarnya adalah orang Kristen di luar gereja
Saat ini orang sering mendengar orang-orang Kristen yang lebih liberal membuat pernyataan-pernyataan seperti ini. Sedihnya, pernyataan-pernyataan semacam itu tidak ada artinya sama sekali. Orang bisa saja memutarbalikkan pernyataan-pernyataan itu dan berkata “Jauh di dalam, orang-orang Kristen mencari Nirvana”, “Tuhan Kristen hanyalah personifikasi dari Nirvana” atau “Kristen adalah Buddhis diluar kalangan Sangha”. Meski pernyataan-pernyataan semacam itu sering diterima dengan hangat oleh kaum Buddhis sebagai petunjuk bahwa orang Kristen liberal lebih toleran daripada saudara-saudara mereka yang fundamentalis, Ini sebenarnya tidaklah demikian. Pernyataan-pernyataan ini hanyalah menunjukkan bahwa orang-orang Kristen ingin menyatakan keunggulan agama mereka. Mereka juga menunjukkan bahwa yang seharusnya menjadi toleransi dari Kristen liberal adalah tergantung dari mempercayai bahwa Buddhisme itu adalah bentuk lain dari agama Kristen. Singkatnya, Ini didasari oleh suatu kepercayaan yang ngawur. Kristen liberal hanya akan sungguh-sungguh toleran waktu mereka dapat mengakui bahwa Buddhisme berbeda dari Kristiani, sangat berbeda, dan toleran terhadapanya walau adanya perbedaan-perbedaan itu.
Buddhisme mungkin adalah suatu falsafah yang agung, tapi jika kau perhatikan negara-negara Buddhis terlihatlah betapa sedikit orang yang menjalankannya.
Mungkin! Tapi bukankah ini sama persis dengan negara-negara Kristen? Apa yang dapat dikatakan oleh orang Kristen yang jujur bahwa semua orang Kristen secara penuh, tulus dan dengan pengertian yang mendalam mengikuti ajaran Yesus? Janganlah kita tidak menilai suatu agama dengan menunjukkan anggotanya yang tak mempraktekannya.
9
KESIMPULAN
Jika apa yang telah ditulis sejauh ini telah merangsang para pembaca untuk mengetahui lebih banyak tentang Kristiani dan Buddhisme, kita akan secara singkat menganjurkan Anda untuk selanjutnya membaca beberapa buku lain.
Sebuah buku yang terkenal dan mudah untuk dibaca yang membuka pikiran-pikiran keliru Kristen terhadap Yesus adalah “Evidence” oleh Ian Wilson, 1984. Wilson meneliti sejarah Alkitab dan menunjukkan bagaimana para ahli telah membuktikan tanpa ragu bahwa ini adalah kumpulan yang berantakan yang disusun selama dalam beberapa abad. Dia juga menunjukkan bagaimana seseorang yang bernama Yesus lambat laun menjadi dianggap sebagai Tuhan.
Sebuah buku lain adalah “Rescuing the Bible from Fundamentalists” oleh John Spong, 1991. Spong adalah seorang uskup Kristen dan ahli agama yang secara terbuka mengakui bahwa hampir seluruh isi Alkitab adalah jika bukan sesuatu yang sifatnya khayalan pasti sesuatu yang ngawu, dan dia menunjukkan segudang bukti-bukti mengenai ini.
Mungkin studi yang paling ilmiah dan sempurna yang terbit baru baru ini adalah “Is Christianity True (Apakah Kristiani benar)?” oleh Michael Arnheim, 1984. Studi yang menonjol ini menguji setiap doktrin Kristen dan membeberkan satu per satu dari mereka dengan sorotan yang dingin dari sinar analisa, dan tidak satupun dari ajaran itu yang lolos tanpa salah.
Banyak buku-buku yang baik sekali yang membahas ajaran-ajaran Sang Buddha.
Suatu pengenalan yang baik adalah “The Life fo the Buddha” oleh H. Saddhatissa, 1988. Buku ini mencakup riwayat Sang Buddha yang ditulis dengan baik sekali dan tulisan-tulisan yang jelas tentang konsep-konsep Buddhisme.
“What the Buddha Taught” oleh W.Rahula, 1985 dan “The Buddha’s Ancient Path” oleh Piyadassi Thera, 1979 juga buku-buku pengenalan yang baik.
“A Buddhist Critique of the Christian Concept of God” oleh G.Dharmasiri, 1988, adalah buku yang sangat baik tapi berupa pengamatan yang sangat tehnis akan konsep Protestan tentang Tuhan dari sudut pandang Buddhis.
Buku yang paling menarik adalah “Two Masters One Message” oleh Roy Amore, 1978. Di dalam studi ini, sang pengarang menunjukkan bahwa kebanyakan yang diajarkan oleh Yesus pasti berasal dari Buddhisme.
Orang Kristen fundamentalis memperlihatkan suatu ancaman nyata terhadap Buddhisme, dan sementara kita tidak pernah bisa berharap untuk menandingi agresi ataupun kemampuan berorganisasi mereka, kita bisa dengan mudah menangkal mereka dengan mengenal banyak kelemahan doktrin Kristen yang besar jumlahnya dan kekuatan ajaran Buddhisme yang besar. Kalau tantangan Kristen bisa merangsang umat Buddha untuk menghargai Dhamma, dan hidup di dalam Dhamma, maka tantangan tersebut menjadi bermanfaat demi keuntungan Buddhisme.
Senin, 16 Juli 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Saya melihat adanya perbedaan yang sangat mencolok antara kristiani dengan buddhism, yaitu:
1. Kristiani mengandalkan (bukan mensakralkan) Alkitab sebagai satu2nya titah/ajaran dari Sang Pencipta kepada manusia yang isinya menekankan bagaimana manusia harus bersikap selama hidup di dunia APABILA telah menerima Sang Juru Selamat dengan tujuan akhir ya tentu untuk ke surga (mengingat kutipan dari Alkitab yang menyatakan "JADIKAN SELURUH BANGSA MURIDKU, itu bukan berarti jadikan setiap individu muridKu" ya toh? :D ...bagi saya itu artinya tidak semua manusia di bumi ini akan diijinkan hidup dalam surga yang dijanjikan :D
2. Berdasarkan yang saya baca sekilas dari ulasan anda tentang Buddhism, saya ambil kesimpulan bahwa ajaran dari Sang Buddha itu saya anggap 100% isinya adalah PENGALAMAN manusia yang diwariskan turun temurun kepada manusia lain supaya tidak mengulangi kesalahan serupa oleh leluhur2nya(bisa dibilang bahwa pengalaman adalah guru yang paling berharga, dan inilah yang diwariskan turun temurun, artinya dari manusia kepada manusia)
saya anggap anda kurang relevan untuk memperbandingkan antara:
(1)agama di mana umat menyembah Tuhan Sang Pencipta, dengan
(2)ajaran agama yang saya anggap dari manusia kepada manusia
ini pandangan saya, tak perlu tersinggung, just smile :)
Agama itu adalah pengetahuan untuk membawa kita pada suatu jalan untuk ke satu tujuan(surga)
tapi kebenaran akan pengetahuan itu sendiri bukan hanya teori atau praktek tapi bukti dari kebenaran itu sendiri jadi bukan agama(islam,buddha,kristiani,hindu atau ajaran2 lain) itu sendiri yang membawa kita ke satu tujuan(surga) tersebut.
untuk mengklaim bahwa agama ini yg benar dan agama itu yang salah itu merupakan suatu yang tidak berguna untuk di diskusikan,manusia itu hidup untuk mencapai satu tujuan dan untuk mencapainya apakah kita akan membuang waktu kita dengan menilai dan mengklaim suatu hal yang membuang-buang waktu kita.
berpikirlah dengan bijaksana dan membuka hati...mencari dan menyelidiki..mendengar dan mengerti...kebenaran akan pengetahuan(agama)yang telah kita terima itu bukanlah suatu kebohongan atau dongeng yang di wariskan turun temurun.
agama itu bukan untuk diperdebatkan dan di ejek2,kalau kita lebih mengerti dan mendalami pengetahuan yang telah diajarkan dan yang telah kita terima maka tidak sepantasnya kita mengklaim dengan negatif tentang pribadi oranglain.
saya tidak setuju dengan yang diklaim dalam buku yang ditulis ini karena apa yang anda ketahui tentang kristiani atau hal negatif yang anda tuliskan disini tidak sepenuhnya seperti apa yang telah anda jabarkan.
kebenaran yang sebenarnya tentang klaim anda pada kristiani,tentang adanya keberadaan Tuhan atau kebenaran tentang alkitab akan saya berikan website yang akan menjawab semua klaim anda bahwa Tuhan itu memang pribadi yang nyata atau memang sesuatu yang tidak bisa dibuktikan...
website:
1) www.mahasiswakeren.com (bahasa indo)
2) www.everystudent.com (bahasa inggris)
Posting Komentar